Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Hilirisasi Nikel Disebut Untungkan Cina, Stafsus Menteri ESDM Berikan Jawaban

Stafsus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif buka suara soal anggapan hilirisasi nikel hanya menguntungkan Cina

18 Agustus 2023 | 20.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pengolahan bijih nikel di smelter feronikel PT Antam Tbk di Kolaka, Sulawesi Tenggara. TEMPO/M. Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Stafsus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif buka suara soal anggapan hilirisasi nikel hanya menguntungkan Cina. Irwandy berujar, sebagian besar pembangunan smelter nikel dengan teknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) yang bekerja sama dengan Cina.

"Hampir 100 persen RKEF yang prosesnya pure metalurgi yang menghasilkan pig iron dan feronikel. Nah, yang masuk smelter-smelter kerjasama, 90 persen dari Cina," tutur Irwandy ketika ditemui wartawan di komplek Kementerian ESDM pada Jumat, 18 Agustus 2023.

Menurut Irwandy, kerja sama dengan Cina dipilih lantaran biayanya lebih murah. Kendati demikian, Irwandy menegaskan tidak semua proyek hilirisasi digarap dengan Cina. PT Vale Indonesia (INCO), misalnya, yang memilih bekerja sama dengan Kanada.

Lebih lanjut ihwal untung-rugi, Irwandy mengatakan Indonesia tetap diuntungkan dengan adanya kebijakan hilirisasi ini. Sebab, hilirisasi diikuti peningkatan penerimaan negara.

Irwandy juga mengatakan bakal ada partner-partner lain, selain Cina, yang bakal bekerja sama dengan Indonesia. 

Tudingan hilirisasi nikel hanya mendukung industrialisasi di Cina

Adapun sebelumnya, Ekonom senior dari Universitas Indonesia Faisal Basri  mengatakan mayoritas keuntungan atas kebijakan ini bukan dirasakan oleh Indonesia melainkan mengalir ke Cina. Faisal berujar, keuntungan yang dirasakan Indonesia atas regulasi tersebut tak kurang dari 10 persen.

"90 persennya lari ke China," kata dia dalam seminar yang dilaksanakan oleh Institute for Development of Economics and Finance (Indef) di Jakarta Pusat, Selasa, 8 Agustus 2023. 

Kalau hilirisasi yang diterapkan sekadar mengolah bijih nikel menjadi NPI atau feronikel, kata Faisal Basri, sebagian besar keuntungannya akan tetap mengalir ke negeri Tirai Bambu. Karena itu, ia menilai kebijakan hilirisasi nikel di Indonesia nyatanya hanya mendukung industrialisasi di Cina.

Faisal menjelaskan 95 persen bijih nikel di Indonesia digunakan untuk perusahaan-perusahaan di Cina. Pada awalnya bijih nikel dibanderol dengan harga US$ 34 oleh pemerintah Indonesia. Padahal, menurut Faisal Basri, di Shanghai bijih nikel dijual dengan harga 80 dolar.  

Ekonom senior Indef itu mengkritik langkah Presiden Joko Widodo atau Jokowi beserta jajaran menterinya yang selalu menyuarakan keberhasilan hilirisasi nikel. Sebab menurutnya, yang banyak diekspor itu bukan dalam bentuk yang sudah diolah atau hasil hilirisasi. 

 

RIRI RAHAYU | RIANI SANUSI PUTRI

Pilihan editor: Jokowi Klaim Hilirisasi Nikel Beri Keuntungan Indonesia, Aliansi Sebut Tidak Sebanding dengan Kerusakan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus