Seperti biasa, I Putu Gede Ary Suta tampak percaya diri. Sambil menebar senyum kepada puluhan wartawan, Putuā begitu ia biasa disapaāSenin pekan lalu memasuki aula lantai 16 Kantor Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di kawasan Lapangan Banteng. Tokoh kelahiran Denpasar 43 tahun lalu ini siang itu digeser dari jabatan Kepala BPPN, yang telah disandangnya selama 10 bulan. "Lihatlah, tak ada kesedihan di wajah saya," kata sosok yang dikenal sebagai pekerja keras itu.
Di luar pelbagai cerita miring yang mengiringi pencopotannya, Putu memang punya alasan untuk percaya diri. Ia memenuhi target setoran yang diembankan ke pundaknya. Tahun lalu, suami Dokter Lexiani Winayati ini berhasil menggenapi setoran BPPN senilai Rp 27 triliun. Bahkan Putu juga dikabarkan bakal diproyeksikan untuk jabatan yang lebih tinggi: Menteri Negara BUMN. Menanggapi gosip itu, Putu cuma berujar, "Saya tidak tahu soal itu. Saya bukan peminta-minta jabatan."
Sebenarnya bagaimana tanggapan Putu terhadap gosip miring yang selalu mengelilinginya? Berikut ini kutipan wawancara Setiyardi dari TEMPO dengan Putuāyang terkadang berlangsung tak mulusādalam beberapa kali kesempatan.
Apa kesibukan Anda sekarang?
Jangan salah. Setelah tak jadi Ketua BPPN, saya tambah sibuk. Setidaknya, saya sibuk membereskan semua file saya di BPPN supaya tidak ada yang tercecer.
Anda kecewa dengan pemberhentian Anda dari BPPN?
Anda lihat sendiri wajah saya. Apakah tampak sedih? Buat saya, ini proses yang biasa saja. Saya seorang profesional yang bisa kerja di mana saja.
Apa alasan pemberhentian Anda?
Jangan tanya saya, dong. Tanyakan kepada orang yang memberhentikan saya. Tapi saya menganggap posisi sebagai Kepala BPPN merupakan penugasan. Kalau orang yang memberi tugas sudah mencabutnya, saya tidak bisa apa-apa. Saya harus menerimanya dengan ikhlas.
Ada kritik, Anda terlalu mengejar setoran. Benarkah?
Persoalan di BPPN sangat besar dan kompleks, mulai dari restrukturisasi perbankan hingga soal setoran yang harus masuk ke pemerintah. APBN kita diisi dari sana.
Tapi mengapa recovery rate aset BPPN terus turun?
Itu soal lain. Saat saya masuk ke BPPN, keadaannya sudah kacau-balau. Soal MSAA (pembayaran utang dengan menyerahkan aset konglomerat yang cenderung merugikan pemerintahāRed.), misalnya, bukan dibuat pada zaman saya. Bukan berarti saya mau lari dari tanggung jawab. Kalau saya jadi Kepala BPPN sejak dua tahun lalu, ceritanya akan lain.
Apa persoalan terbesar selama jadi Kepala BPPN?
Kepala BPPN adalah posisi yang sulit. Saya harus berhadapan dengan para konglomerat yang dibekingi banyak pejabat. Tapi saya tidak peduli, dan mereka tetap saya sikat. Toh saya tetap menjadi Kepala BPPN yang relatif lama, yakni sekitar 10 bulan. Sebelumnya, orang-orang cuma menjabat 6 bulan.
Anda sendiri juga dikabarkan punya beking kuat, dan bahkan Anda adalah agen utama Badan Intelijen Negara. Benarkah?
Ah..., ndak betul itu. Saya bukan agen BIN. Barangkali agen koran, ha-ha-ha....
Tapi kami punya bukti kuat....
(TEMPO menunjukkan kopi surat keputusan yang ditandatangani Kepala BIN A.M. Hendropriyono. Dan Putu membacanya dengan seksama).
Ah, ndak..., ndak. Ini ngarang-ngarang saja. Saya heran, kok Anda suka men-cari tahu urusan orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini