Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Putu, Pistol, dan Ombak Kuta

12 Mei 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lobi Hotel J.W. Marriot, Jakarta, tengah malam Februari lalu. Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) I Putu Gede Ary Suta tiba-tiba meradang. Ditanya wartawan TEMPO ihwal berbagai kejanggalan di balik penjualan aset BPPN, Putu sontak bangkit dari duduknya. "Apa maumu?" katanya menghardik. Berjalan ke kanan, ke kiri, ia berkacak pinggang, dan menyibak jaket kremnya. Ups! Sepucuk pistol yang terselip di pantalonnya seperti ikut mendelik galak. Tapi janganlah berburuk sangka dulu. Di malam itu tak ada senjata yang menyalak ataupun kegawatan sebangsanya. Putu dengan gamblang menjelaskan panjang lebar duduk permasalahannya, dan wawancara pun berlangsung happy ending. Putu. Pistol. Bagi orang yang mengenalnya, keduanya bukanlah paduan yang mengagetkan. Anak seorang pegawai Departemen Hankam I Gde Durna Ary Tenaya ini, menurut seorang yang mengenalnya, "memang keranjingan segala hal yang berbau militer". Ia bahkan sampai digosipkan punya panser segala. Padahal, menurut Putu, ia cuma memiliki beberapa mobil militer tua yang dia perbaiki untuk dikoleksi. Awal karir Agen Utama Badan Intelijen Negara (BIN) itu sebenarnya jauh dari dunia militer, apalagi jagat mata-mata. Mulai bekerja di Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) sejak 1982, Putu merangkak dari kasta paling rendah: pegawai harian di staf bagian akuntansi dengan honor Rp 40 ribu sebulan. Namun perlahan tapi pasti, posisi pekerja keras yang diakui banyak orang berotak cerdas ini lalu merambat naik. Perkawanannya dengan Gunawan Jusuf—bos Makindo yang banyak menangani perusahaan anak-anak Soeharto di lantai bursa—lantas membawanya ke lingkaran dalam Cendana, khususnya dengan Titiek Soeharto, yang banyak berbisnis di sektor keuangan dan memiliki Pentasena Sekuritas. Dalam usianya yang baru 37 tahun, Putu pun meroket ke puncak Bapepam dan mencatat rekor sebagai ketua paling muda. Toh Putu tak pernah risau akan pengaitan dirinya dengan Cendana. "Saya pernah memberi sanksi kepada Citra Marga Nusaphala Persada (perusahaan milik Tutut)," katanya. Dari pintu Cendana itulah agaknya Putu kemudian makin memperluas pergaulannya dengan sejumlah jenderal berpengaruh. Didudukkan sebagai komisaris PT Pindad, pabrik senjata di bawah Angkatan Darat, Putu terlihat akrab dengan Jenderal Wismoyo Arismunandar. Kerabat Soeharto dan mantan Kepala Staf Angkatan Darat ini agaknya menjadi patron utama Putu di kalangan bersenjata. Terpental dari kancah militer lalu mengomandani Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Wismoyo menggandeng Putu sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di badan induk olahraga itu. Di sini Putu diandalkan perannya sebagai pemutar mesin uang organisasi. Banyak orang sekuritas ditariknya masuk ke kepengurusan Yayasan KONI. Hubungan itu terus bertemali. Dan, Januari kemarin giliran Wismoyo terpilih sebagai Presiden Komisaris Dipasena, perusahaan tambak udang milik taipan Sjamsul Nursalim yang dijaminkan ke BPPN. Putu memang ahli menebar lobi ke segala penjuru. Di kalangan militer, selain Wismoyo, ia juga belakangan tampak bersahabat dengan Kepala BIN Letjen (Purn.) Hendropriyono. Pada masa Presiden Abdurrahman Wahid, ia direkrut Jaksa Agung Marzuki Darusman sebagai penasihat ahli. Pergaulannya di kalangan pengusaha pun tak sembarangan. Ia disebut-sebut bergaul dengan dua konglomerat pengutang negara yang hingga sekarang sulit disentuh hukum. Bengal dan gemar menantang bahaya rupanya tabiat Putu muda. Kepada Kontan ia pernah berkisah. Suatu hari, sambil berbugil ria, bersama gengnya ia naik motor trail menyatroni Pantai Kuta. Tak peduli dengan laut yang sedang mengganas, para remaja tanggung itu nekat berlomba renang. Riwayat Putu nyaris tamat. Ombak besar menyeret dan hampir menenggelamkannya. Ia lolos dari maut berkat pertolongan dua orang pemanjat pohon kelapa. Entahlah, apakah kali ini nasibnya semujur itu setelah ia digulung dari BPPN. Karaniya Dharmasaputra, Rommy Fibri -------------------------------------------------------------------------------- I Putu Gede Ary Suta Tempat, tanggal lahir:
  • Denpasar, 12 April 1958 Pendidikan:
  • Sarjana Akuntansi Universitas Airlangga Surabaya (1982)
  • MBA dari University of Denver, Colorado, Amerika Serikat (1987) Karir:
  • Staf Bagian Akuntasi Biro IV Bapepam (1982-1984) Kasubag Pemeriksaan Keuangan Perusahaan Bapepam (1984-1988)
  • Kasubag Norma Laporan Keuangan Bapepam (1988-1990)
  • Kabag Akuntansi Bapepam (1990-1991)
  • Kabag Standar Akuntansi dan Pemeriksaan Bidang
  • Perusahaan Produksi Barang Bapepam (1991)
  • Kepala Biro Penilaian Keuangan Perusahaan II Bapepam 1991-1995)
  • Ketua Bapepam (1995-1998)
  • Staf Ahli Menteri Keuangan (1998-2001)
  • Penasihat Ahli Jaksa Agung (2001)
  • Ketua BPPN (25 Juni 2001-22 April 2002)
  • Agen Utama Intelijen Negara RI (28 Januari 2002-…)
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus