Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Impor Bawang Putih Lamban Terealisasi, Kemendag: Importir Wait and See Operasi Pangan

Impor bawang putih terealisasi baru 0,91 persen dari total persetujuan impor (PI) yang sudah terbit, yakni 226.101 ton.

4 Maret 2025 | 14.09 WIB

Pedagang menunjukkan sekarung bawang putih yang diimpor dari Cina di Pasar Kramat Jati, Jakarta, Kamis, 6 Februari 2020. Kenaikan ini sebagai imbas langkanya bawang putih karena pemerintah sempat menyetop impor komoditas dari Cina. Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Pedagang menunjukkan sekarung bawang putih yang diimpor dari Cina di Pasar Kramat Jati, Jakarta, Kamis, 6 Februari 2020. Kenaikan ini sebagai imbas langkanya bawang putih karena pemerintah sempat menyetop impor komoditas dari Cina. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Iqbal Shoffan Shofwan menyebutkan realisasi impor bawang putih hingga hari ini baru 2.059 ton. Angka itu sama dengan 0,91 persen dari total persetujuan impor (PI) yang sudah terbit, yakni 226.101 ton.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Ini merupakan bisa jadi salah satu penyebab mengapa peredaran dan harga bawang putih di pasaran saat ini jauh lebih tinggi dari harga acuan,” ujar Iqbal dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) yang disiarkan secara daring, Selasa, 4 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Keterlambatan realisasi impor bawang putih disinyalir mengakibatkan harga produk hortikultura itu naik. Berdasarkan Kemendag hari ini, harga bawang putih grade A jenis kating mencapai Rp 44.300 per kilogram, di atas harga eceran tertinggi Rp 38 ribu per kilogram. Sedangkan harga bawang putih grade B atau honan di angka Rp 44.900 per kilogram.

Dalam laporannya, Iqbal mengatakan kementeriannya bersama Ombudsman telah memantau ketersediaan pasokan di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta dan gudang importir. Di pasar induk, pedagang mengungkap kondisi pasar saat ini sedang mengalami penurunan permintaan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Penurunan terjadi hingga 40 persen dibandingkan dua tahun sebelumnya.

“Disinyalir adanya penurunan daya beli masyarakat. Hal tersebut tecermin dari penurunan permintaan hampir semua komoditas buah dan sayur, bukan hanya komoditas bawang putih,” tulis Iqbal dalam presentasinya.

Berdasarkan informasi importir bawang putih, Iqbal mengungkap banyak importir belum melakukan realisasi karena masih di posisi wait and see. Sikap ini disebabkan adanya kebijakan penyaluran bawang putih sebesar 20 persen alokasi untuk keperluan operasi pasar Ramadan dan Lebaran.

Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Pengamanan Pasar Kementerian Perdagangan (Kemendag) Tommy Andana sebelumnya mengaku telah berkoordinasi dengan direktorat terkait di kementeriannya untuk mengimbau pelaku usaha segera merealisasikan impor.

“Kemendag sudah mengimbau pemegang PI segera mempercepat realisasi dan ini untuk gula sudah ada realisasi, bawang putih juga sudah ada realisasi,” ujar Tommy dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang ditayangkan secara daring, Senin, 24 Februari 2025.

Tommy berharap, para pelaku usaha segera merealisasikan impor dan mendistribusikannya di pasar. Dari para pelaku usaha pemegang PI, ia melaporkan, 21 ribu ton bawang putih impor akan masuk bulan Maret. Lalu, akan ada tambahan 14.600 ton pada April 2025.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus