Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Impor Bibit Induk Ayam Naik Menjadi 580 Ribu

Pemerintah menambah jumlah impor bibit induk ayam menjadi 580 ribu ayam.

6 Maret 2025 | 14.17 WIB

Ilustrasi ayam impor.
Perbesar
Ilustrasi ayam impor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah membuka impor grand parent stock (GPS) atau bibit induk ayam ayam pedaging (broiler) dan ayam petelur (layer) sebanyak 580 ribu ekor tahun ini. Angka ini bertambah 50 ribu ekor dari kuota impor bibit induk ayam tahun lalu, yakni sebanyak 530 ribu ekor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Mungkin karena disesuaikan dengan pertumbuhan penduduk,” ujar Alvino Antonio, Ketua Umum Komunitas Peternak Unggas Nasional kepada Tempo di Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Selasa, 4 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pemerintah membagi kuota impor sebanyak itu kepada 24 pelaku usaha. Tapi menurut Alvino, belum ada dari kuota itu yang terealisasi. Sebab, proses importasi saat ini masih tahap awal.

Selama ini, Alvino menjelaskan, Indonesia masih memenuhi 100 persen kebutuhan grand parent stock melalui importasi. Tak banyak perusahaan di dunia ini yang menjadi produsen grand parent stock. Negara yang menjadi langganan Indonesia adalah Amerika dan sejumlah negara di Eropa, seperti Jerman.

Alvino mengatakan, importasi bibit induk ayam tahun ini dan tahun-tahun mendatang akan terus bertambah. Pasalnya, ujar dia, ada program makan bergizi gratis. Menyitir Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan alias Zulhas, ia mengatakan program ini menyasar 80 juta orang. “Pasti kebutuhan ayamnya bertambah,” ujarnya.

Ihwal adanya upaya menciptakan sumber bibit dalam negeri, Alvino membenarkan. Tapi sampai hari ini, ujar dia, belum ada peternak yang menggunakan produk itu.

Bibit induk ayam great grand parent stock (GGPS) dan GPS ayam pedaging memang tengah dikembangkan di Indonesia. Pengembangan bibit unggas ini diklaim dapat mengurangi ketergantungan impor sumber protein itu hingga 50 persen.

Renaldi Anggada, Direktur Utama PT PPG, mengungkap riset dan peningkatan mutu genetik untuk menghasilkan GGPS dan GPS ayam broiler dan ayam petelur telah dimulai 15 tahun silam. Hasilnya, Kementerian Pertanian pada 2021 mengakui rumpun dan galur untuk GPS ayam gunsi yang dihasilkan oleh PT PPG.

“Setelah adanya legalitas dari pemerintah Indonesia, PT PPG langsung menyempurnakan mutu genetik dan fasilitas pembibitan,” ujar Renaldi dalam keterangan resmi yang diterima Tempo, Selasa, 25 Februari 2025.

Setiap tahun, Renaldi mengungkap, Indonesia mampu memproduksi 5,2 miliar ekor ayam pedaging serta 6,1 juta ton telur ayam. Produksi ini berasal dari perusahaan peternakan dan peternakan rakyat dari Sumatera hingga Papua.

Di hulu, produksi ayam pedaging dan telur ini berasal dari GPS pedaging sekitar 530 ribu–560 ribu ekor dan petelur (layer) sekitar 30 ribu ekor. Selama ini, ujar Renaldi, sumber GPS tersebut sepenuhnya masih bergantung pada impor.

Seluruh kebutuhan GPS ayam broiler dan petelur di dunia saat ini berasal dari tidak lebih dari lima perusahaan. “Walaupun Indonesia menyatakan sudah swasembada ayam dan telur, sumber bibitnya seluruhnya impor,” ujar Renaldi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus