PASAR tunai minyak mentah di London, sejak akhir pekan lalu, ditutup sementara. Jatuhnya harga minyak yang cukup jauh ternyata telah mengaramkan banyak pedagang perantara yang menguasai pasar tunai itu. Spekulan dari seluruh dunia, dalam dua tahun terakhir ini, bermunculan bagaikan jamur di pasar tunai London. Mereka memperjualbelikan minyak di kapal tanker -- bisa mencapai 100 kali transaksi -- hanya lewat telepon tanpa membayar tunai. Bila satu perusahaan membatalkan transaksi, rantai kontrak atas minyak di kapal itu bisa karam. Pekan lalu, beberapa kontrak yang dibuat dua-tiga bulan berselang dengan harga US$ 29 per barel, sudah mulai jatuh tempo. Tapi, ada pedagang perantara yang terang-terangan mengatakan tak mau menjual ataupun membeli minyak sesuai dengan kontrak, karena kapal-kapal yang baru datang membawa minyak sudah dengan harga sekitar US$ 16 per barel. Kendati sengketa menyangkut tak sampai 10 kontrak, diperkirakan hampir semua perusahaan perantara terlibat. Diduga cukup banyak yang akan berurusan di pengadilan, bangkrut, atau meninggalkan pasar tunai. Keguncangan harga minyak di pasar tunai sekitar satu-dua dolar saja, selama ini, sudah menyebabkan banyak perusahaan bangkrut -- misalnya anak kelompok perusahaan Volvo Swedia, yang bangkrut 1983, karena rugi sekitar US$ 150 juta. Apalagi harga, sejak November lalu, terguncang sampai sekitar US$ 15.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini