JEPANG, dewasa ini, merupakan sumber kredit yang murah. Dan Indonesia mulai menjajaki. Pekan lalu, menurut Asian Wall Street Journal, Indonesia mendekati Bank of Tokyo untuk membicarakan pinjaman dalam mata uang Jepang sebesar P100 milyar (Rp 600 milyar lebih). Konon, pembicaraan berjalan lancar, dan sudah bisa ditandatangani awal bulan depan. Pinjaman langsung 60% dari Jepang berbunga 0,1% di atas suku bunga nasabah utama pada saat penarikan dana. Suku bunga nasabah utama sekarang adalah 7,2%. Sisanya dari Euroyen berbunga mengambang 0,375% di atas suku bunga antarbank London, yang kini sekitar 6%. Para bankir Eropa dan AS, agaknya, kaget dengan sikap Indonesia yang biasanya pinjam dalam dolar dari sindikat bank-bank Eropa-AS-Jepang. Menurut seorang bankir AS, bila Indonesia menarik pinjaman itu, ada bahayanya: akan sangat bergantung pada satu sumber. Para bankir Barat, tampaknya, tak akan ingin membantu menyediakan dana lewat peluang di Euroyen. Sebelum memutuskan lari ke yen, Indonesia telah mempertimbangkan untuk mengambil pinjaman sindikat bank Barat dan Jepang dalam bentuk dolar. Tapi ide tersebut dilepaskan antara lain, karena biaya lebih mahal. Jika kurang ditanggapi bank-bank Barat, nama bisa jatuh pula.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini