SITUASI ekonomi tampaknya belum akan membaik memasuki kuartal pertama 1985 nanti. Permintaan industri lokal akan bahan-bahan baku dan penolong impor kemungkinan besar juga tak bakal naik mencolok. Bertolak dari anggapan itu, gubernur Bank Indonesia Arifin Siregar memperkirakan, neraca pembayaran 1984-85 secara keseluruhan akan surplus US$ 601 juta. Hingga, pada akhir Maret 1985 itu, cadangan devisa di tangan pemerintah masih akan tetap meliputi angka US$ 5.745 juta. Gubernur Arifin pekan lalu, ketika, menjelaskan mengenai proyek itu di DPR, tak menjelaskan secara terperinci berapa ancar-ancar realisasi pemasukan modal akan terwujud pada akhir tahun anggaran. Serangkaian tindakan moneter pemerintah pada tahun 1983 lalu, agaknya, gaungnya masih terasa. Menurunnya impor barang dan jasa industri lokal, serta besarnya penarikan dana dari luar negeri, telah menyebabkan pamor neraca pembayaran pada periode itu bisa memperoleh surplus US$ 589 juta. Cadangan devisa di tangan pemerintah, sampai akhir September, tercatat US$ 5.733 juta. Kata seorang ekonom, jumlah devisa sebesar itu tak akan berarti apa-apa selama industri lokal masih banyak yang loyo - karena pasar lemah dan suku bunga untuk memperoleh modal kerja tetap tinggi. Tapi, ketika banyak negara kekurangan valuta asing, jumlah devisa itu tentu cukup baik sebagai obat sakit kepala.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini