Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - General Manager Teknik PT Jakarta Toll Road Development Djadjat Sudradjat mengatakan mundurnya penyelesaian proyek jalan tol Kelapa Gading-Pulo Gebang mendorong inflasi sekitar lima persen dari harga awal. Proyek yang dimulai Februari 2017 dan ditargetkan selesai 2019 ini memakan biaya investasi sebesar Rp 20,7 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dengan mundurnya jadwal ini memang ada kenaikan harga, tapi itu sudah dalam perhitungan," kata Djadjat di proyek ruas tol dalam kota seksi 1A rute Kelapa Gading-Pulo Gebang, Jakarta Timur, Kamis, 15 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembangunan jalan tol tahap 1 yang memiliki panjang 31,1 kilometer ini terdiri dari seksi A meliputi Kelapa Gading-Pulo Gebang sepanjang 9,3 kilometer. Seksi B rute Semanan-Grogol sepanjang 9,5 kilometer. Seksi C rute Grogol-Kelapa Gading sepanjang 12,4 kilometer.
Pekerjaan jalan tol dalam kota rute Kelapa Gading-Pulo Gebang diprediksi baru mencapai 70 persen. Target rampung yang meleset ini direncanakan baru selesai pada pertengahan 2021.
Salah satu faktor penghambat pengerjaan proyek ruas tol ialah pembebasan lahan di area pembangunan. "Kita bisa lihat, tantangan adalah pembebasan tanah," kata Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik (PUPR) Endra Saleh Atmawidjaja. "Kita bisa lihat kiri-kanan itu kan gedung."
Problem lain ialah pandemi Covid-19. Menurut Endra, proyek yang harus melibatkan seratus orang harus dikurangi menjadi 50 pekerja. Hal ini, kata dia, bertujuan untuk mengurangi kerumunan. "Ini tantangannya karena tol elevated (tinggi) di tengah kota yang padat," ujar dia.
Pembangunan jalan tol dalam Kota Jakarta disebut mengadopsi konstruksi jalan layang yang terintegrasi dengan transportasi umum Bus Rapid Transit (BRT). Pembangunan jalan tol tersebut diharapkan dapat membantu mengurai kemacetan di dalam Jakarta.
IHSAN RELIUBUN