SENYUM lebar seperti biasa mengiringi Menteri Subroto ketika menerima Fikri Jufri dari TEMPO di ruang kerjanya Senin sore lalu. Tapi tak seperti biasa, menteri yang sudah sembilan tahun tampil di berbagai forum OPEC itu tampak berhati-hati menyimak perkembangan harga minyak yang belakangan ini kembali meletup-letup di sana-sini. Memegang teguh beleid pemasaran minyak RI, bekas ketua OPEC yang gemar mengenakan dasi kupu tak serta-merta tergiur dengan naik daunnya harga minyak jenis West Texas Intermediate minyak mentah yang banyak diperdagangkan di Amerika Serikat -- yang pada 15 Juli menggapai 22,60 dolar sebarel. Dan Inggris, yang sampai sekarang tak mau bersahabat dengan OPEC, pada saat itu juga sudah mengerek harga minyak jenis Brent setinggi 20,50 dolar sebarel. Mengapa Indonesia tak ikut terjun di tengah suasana harga minyak yang lagi membaik? Bukankah kita perlu mengeduk lebih banyak dolar untuk mengisi kas anggaran negara yang tak terlalu basah? Selesai menelepon Menteri Perdagangan Rachmat Saleh, Menteri Pertambangan dan Energi Subroto menjawab: "Kami bukan tidak mengamati perkembangan harga-harga minyak yang naik belakangan ini. OPEC, yang sekarang diketuai oleh Rilwanul Lukman dari Nigeria, juga sudah membentuk sebuah panitia 5 menteri, yang sewaktu-waktu bila diperlukan siap untuk bersidang istimewa. Sebagai anggota panitia yang memantau harga-harga minyak, saya sendiri beranggapan Indonesia, dan juga OPEC, belum waktunya untuk secara resmi menaikkan harga patokannya yang 18 dolar per barel." Kenapa tidak? Anda harus tahu, harga yang disetujui OPEC adalah harga resmi. Sedang kenaikan yang sekarang terjadi di pasaran tunai (spot), seperti yang terjadi dengan jenis Brent di Inggris. Sedang kenaikan yang terjadi di Amerika, terutama di New York Merchandise Exchange, dikenal dengan harga future: transaksi dilakukan hari ini, tapi penyerahan minyaknya baru berlangsung satu atau dua bulan kemudian. Harga future yang ditentukan di pasar future sangat spekulatif, sehmgga terasa sekali psikologi pasar. Maksud Anda amat dipengaruhi ketegangan yang meledak di Teluk Persia? Betul. Kalau timbul pernyataan dari pelaku di pasaran minyak, itu segera akan mempengaruhi harapan dari spekulasi. Ambil saja pernyataan para pemimpin Iran yang mengancam akan mengebom kapal-kapal tangki AS jika berani memasuki perairan Kuwait. Meskipun baru berupa ancaman, itu sudah cukup untuk menimbulkan spekulasi bahwa aliran minyak dari Teluk Persia akan terganggu. Kalau OPEC dalam waktu dekat akan berkumpul lagi, apakah Anda akan menganjurkan harga yang sekarang 18 dolar untuk dinaikkan lagi, misalnya menjadi 20 dolar per barel? Ya, kita perlu mempelajari faktor-faktor yang mendukung kenaikan harga itu secara lebih matang. Tapi dalam sidang reguler di bulan Desember nanti, saya tak menutup kemungkinan harga mungkin bisa dinaikkan antara 19 dan 20 dolar sebarel. Selain harga, apakah Anda juga melihat kuota OPEC yang disepakati 16,6 juta barel, perlu ditambah? Misalnya kembali pada tingkat kuota 18,3 juta barel yang disepakati bulan Desember lalu? Keputusan OPEC 25 Juni lalu untuk membatasi produksi pada 16,6 juta barel per hari, untuk bagian kedua tahun 1987, memang mengakibatkan kekurangan dalam pasaran minyak sekarang. Ini juga yang ikut mendorong harga naik. Tapi dalam praktek kuota OPEC itu 'kan dilampaui, karena Irak tak ikut menandatangani perjanjian Desember 1986, dan perjanjian 25 Juni 1987. Produksi Irak sekarang 2,2 juta barel sehari, sedang menurut kuota yang diberikan adalah 1,5 juta barel sehari. Bagaimana dengan produsen minyak di luar OPEC? Norwegia sampai sekarang tetap memegang janji untuk membatasi produksinya. Inggris sama sekali tak mau membantu OPEC, dan meningkatkan produksinya. Sementara itu, Mesir menaikkan harga minyaknya. Lalu kita juga mendengar Malaysia meningkatkan produksi minyaknya dengan 40.000 ribu barel sehari. Uni Soviet juga berjanji akan membantu OPEC, tapi kita tidak mengetahui berapa jumlah minyak yang sebenarnya mereka hasilkan. Kabarnya, Aramco ingin membeli lebih banyak dari Arab Saudi? Mungkinkah disetujui? Saya dengar Arab Saudi keberatan. Menteri Perminyakan Hisham Nazer memang tak mau melampaui kuota. Demikian pula dengan Iran yang lagi perang. Kalau tak ada kesepakatan antara Saudi dan Iran, tak mungkin ada kesepakatan di dalam OPEC. Apa yang membuat Arab Saudi dan Iran bisa kompromi. Saya kira hal itu lebih banyak disebabkan pribadi menterinya. Sheikh Hisham orangnya teknokrat, suka bekerja, pendekatannya baik, dan mudah berkomunikasi. Sedang menteri perminyakan Iran yang sekarang menurut saya seorang diplomat yang pandai bergaul. Tapi yang juga amat berperan dalam sidang-sidang OPEC adalah ketuanya sekarang dari Nigeria. Bicara soal Nigeria, biasanya minyak jenis Bonnie mereka mengikuti gerakan harga jenis Brent di Inggris. Harga minyak Bonnie di pasaran spot kini memang sudah di atas harga resmi. Tapi hal itu tidak terlalu mengacau pasaran. Sebab roduksi minyak dari Laut Utara mulai menurun, karena keadaan sumur-sumurnya sudah mulai menyusut. Apa ada tambahan permintaan dari Jepang untuk minyak dari Indonesia? Sampai sekarang belum. Soalnya, Indonesia dari dulu sampai sekarang tidak menjual di pasaran tunai. Memang ada pendapat yang mengatakan, kenapa kita tidak menjual lebih banyak ke Jepang, atau menaikkan harga minyak Indonesia yang rata-rata kini 17,55 dolar sebarel? Kalau kita menaikkan harga sendirian, pembeli kita di Jepang dan Pantai Barat AS 'kan bisa membeli minyak yang kurang lebih sama dari penjual lain, misalnya Arab Saudi atau dari Iran. Pak Broto nampaknya khawatir dengan kenaikan harga-harga minyak sekarang. Kekhawatiran saya itu begini: kalau kenaikan harga sekarang diikuti dengan kenaikan produksi yang cukup besar, terutama dari non-OPEC, tindakan itu nanti bisa menimbulkan banjir minyak seperti di tahun 1985. Lebih-lebih kalau sumur-sumur yang banyak ditutup di Amerika sampai dibuka kembali. Naiknya jenis WTI hingga di atas 22 dolar sebarel nampaknya akan mendorong ke arah itu. Jadi, sebaiknya kita lebih berhati-hati, dan jangan mengharapkan telur Si Blorok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini