Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Jaringan 5G Diproyeksi Tentukan Persaingan Perebutan Pelanggan Operator

Ridwan Effendi mengatakan kehadiran jaringan 5G pada tahun depan akan memberi dampak signifikan pada persaingan perebutan pelanggan.

27 Desember 2020 | 11.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pengujian kecepatan jaringan 5G AT&T oleh CNET pada Galaxy S10 5G. Kredit: Loan Moy/CNET

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kehadiran 5G di pita 2,3 GHz dinilai akan menjadi pembeda dalam persaingan memperebutkan pelanggan pada tahun depan. 5G dapat digunakan untuk menggantikan layanan internet tetap atau fixed broadband di sejumlah kawasan termasuk kawasan super prioritas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Ridwan Effendi mengatakan kehadiran jaringan 5G pada tahun depan akan memberi dampak signifikan pada persaingan perebutan pelanggan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski maksimal frekuensi yang digunakan oleh pemenang lelang 2,3GHz – Telkomsel dan Smartfren – hanya 40 MHz, tetapi dapat digunakan untuk memberikan layanan internet yang lebih cepat dan mengembangkan produk.

“40 MHz kalau dipakai 5G, walaupun tidak optimum akan tetap menjadi game changer. Kecepatannya masih lebih tinggi dari 4G, dan tentunya akan memberikan branding yang baik,” kata Ridwan kepada Bisnis, Minggu 27 Desember 2020.

Sebaliknya, Tri yang hanya memiliki 10 MHz, perlu bekerja sama dengan operator lainnya - melalui berbagi spektrum frekuensi – agar dapat mengembangkan produk yang dapat bersaing.

Adapun jumlah pelanggan Telkomsel, Smartfren dan Tri hingga kuartal III/2020, masing-masing sebanyak 170 juta pelanggan, 29 juta pelanggan, dan 38 juta pelanggan.

Dia berpendapat bahwa 5G di 2,3 GHz nantinya akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kecepatan layanan seluler (enhanced mobile broadband/eMBB) oleh para pemenang lelang.

Dengan tambahan beberapa lebar pita lagi, kata Ridwan, layanan operator seluler bahkan dapat menggantikan layanan internet tetap, termasuk internet rumah (fiber to the home/ FTTH), sehingga beberapa wilayah di kawasan super prioritas dan wilayah lainnya akan lebih tertib karena minim kabel,

“Setelah bandwidth cukup nanti bisa menjadi alternatif pengganti fixed broadband juga. Itu used case yang cukup terkenal di negara yang sudah mengimplementasikan ini,” kata Ridwan.

Meski demikian untuk menggantikan layanan internet tetap bukanlah yang mudah karena dibutuhkan sekitar 100 MHz per operator yang letak frekuensinya berdampingan.

Dengan skema ini tentu setiap operator seluler pemenang lelang di pita 2,3 GHz tidak dapat melakukannya jika sendirian. Ketiganya – Telkomsel, Tri, dan Smartfren - harus bergabung sehingga akumulasi frekuensi yang dimiliki sebesar 90 MHz.

Adapun mengenai ekosistem di 2,3 GHz yang kalah populer dibandingkan dengan 3,5 GHz, kata Ridwa, ekosistem akan cepat berkembang, seiring dengan implementasi 5G oleh operator seluler.

Saat ini perangkat yang telah mendukung layanan 5G di pita 2,3 GHz cukup banyak meski tidak lebih banyak dibandingkan dengan perangkat yang dukung 5G di ptia 3,5 GHz.

“Ada Samsung, iPhone, Lenovo, Bico dan Oppo. Sudah mendukung 5G,” kata Ridwan.  

Sekadar catatan, berdasarkan data pemasok seluler global (Global mobile Suppliers Association /GSA) November 2020, jumlah perangkat seluler yang mendukung 5G di pita frekuensi 2,3 GHz  belum terlalu banyak sekitar 50 perangkat.

Jumlah tersebut hampir seperenam dari jumlah perangkat seluler yang telah mendukung 5G di pita 3,5 GHz yang berjumlah 299 perangkat seluler.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus