Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Jokowi Diduga Politisasi Bansos, Ekonom: Bantuan Sebaiknya Diberikan Langsung Tanpa Seremonial

Ekonom CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet menanggapi soal dugaan politisasi bansos oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi.

25 Januari 2024 | 09.35 WIB

Presiden Joko Widodo bersama Ibu negara Iriana Joko Widodo membeli sayur di Pasar Minggu Modern Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, Kamis 20 Juli 2023. Presiden meninjau kondisi pasar sekaligus menyerahkan Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Usaha UMKM, dan Bantuan Sosial (Bansos) kepada para pedagang dan masyarakat sekitar. ANTARA FOTO/Muhammad Izfaldi
Perbesar
Presiden Joko Widodo bersama Ibu negara Iriana Joko Widodo membeli sayur di Pasar Minggu Modern Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, Kamis 20 Juli 2023. Presiden meninjau kondisi pasar sekaligus menyerahkan Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Usaha UMKM, dan Bantuan Sosial (Bansos) kepada para pedagang dan masyarakat sekitar. ANTARA FOTO/Muhammad Izfaldi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet menanggapi soal dugaan politisasi bansos oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Dugaan tersebut menguat setelah Jokowi semakin aktif terlibat dalam kebijakan bansos atau bantuan pangan beras.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Menurut saya, sebenarnya penyaluran langung tanpa unsur seremonial menjadi penting di tengah kondisi politik," ujar Yusuf kepada Tempo, Rabu, 24 Januari 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pada awal Januari 2024 lalu, Jokowi membagi-bagikan bantuan sosial itu di Kabupaten Serang, Banten. Satu bulan sebelumnya, Jokowi menebar bansos ke daerah lain, seperti Labuan Bajo, Pekalongan, serta Banyuwangi pada Desember 2023.

Berikutnya, Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi, berkunjung ke Lapangan Sepak Bola Klumpit Tingkir, Kota Salatiga, Jawa Tengah, pada Senin, 22 Januari 2024. Keduanya mengecek penyaluran bansos pangan cadangan beras pemerintah (CBP) telah diterima dengan baik.

Pembagian bansos di tahun politik pun menuai banyak krtik. Sejumlah pihak kemudian meminta agar penyaluran bansos ditunda sampai Pemilu 2024 selesai diselenggarakan. Yusuf sendiri menilai ada penundaan pemberian bansos memiliki kelebihan maupun kekurangan. 

Ketika penyaluran bansos beras ditunda, tuturnya, maka akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Dia menilai hal ini juga akan berdampak terhadap potensi peningkatan kemiskinan. 

Apalagi jika periode penyaluran berdekatan dengan rencana survei kemiskinan. Tanpa ada bansos tersebut, Yusuf berujar pengeluaran masyarakat akan berkurang dan berpotensi dalam menambah kategori masyarkat miskin yang dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS). 

Kendati demikian, ia menegaskan secara etika apa yang dilakukan oleh Jokowi, bukanlah sesuatu yang idea. Terlebih, Jokowi berkaitan langsung dengan Paslon nomor urut dua Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. 

Namun di saat yang bersamaan, menurutnya, memang relatif sulit melarang Presiden terlibat dalam pembagian bansos.  "Sebab tidak aturan langsung atau setidaknya sulit membuktikan secara langsung pelanggaran yang dilakukan oleh Presiden," ucapnya. 

Riani Sanusi Putri

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus