Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri I BUMN Pahala N. Mansury menjelaskan kondisi pendanaan di salah satu anak usaha BUMN, PT Pertamina Hulu Energi (PHE). PHE merupakan salah satu dari empat anak usaha yang bakal melaksanakan penawaran umum saham perdana (initial publik offering atau IPO) pada 2023--tiga lainnya PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), serta Perkebunan Nusantara (Palm Co).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ya kalau kita lihat saat ini kan jumlah pinjaman yang dimiliki oleh PHE itu kurang lebih kisaran US$ 4,5 miliar (senilai Rp70,20 triliun). Kemudian juga saat ini total kebutuhan pendanaan dalam bentuk capex ya dalam tiga tahun dari tahun 2022-2024 nanti itu sekitar US$ 15 miliar," ujar Pahala saat ditemui seusai rapat dengan Komisi VI DPR pada Rabu, 7 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sehingga, kata Pahala, IPO memang menjadi satu kebutuhan bagi PHE untuk mengumpulkan dana ekuitas. Karena jika terlalu bergantung pada utang juga tidak bagus. Dia berharap dipelaksanaan pengumpulan pendanaan melalui pasar modal khususnya dalam bentuk ekuitas ini bisa memperbaiki struktur pemodalan yang dimiliki PHE ke depannya. "Yang juga tentunya enggak memberatkan pihak holding perseronya itu sendiri," ucap dia.
Pahala menuturkan, selain itu PHE juga harus mendukung hilirnya PT Pertamina Patra Niaga sebagai subholding hilir atau didistribusi dan pemasaran. Saat ini, dia menjelaskan, dengan kondisi harga minyak yang cukup tinggi sementara kompesasi juga mungkin pembayarannya secara periode, sehingga tentunya butuh adanya pinjamam juga kepada hilir.
"Untuk bisa melakukan distribusi daripada BBM, ini yang memang menjadi prioritas kita. Bagaimana supaya kepastian penyediaan distrisbusi BBM kepada masyarakat jangan sampai terjadi kendala," tutur Pahala.
Pahala juga mengungkap rencana IPO empat anak perusahaan BUMN. "(Target besaran dana IPO) Kita enggak membahas mengenai itu, tapi lebih mengenai berapa jumlah kepemilikan yang rencananya akan ditawarkan kepada publik," kata dia.
Untuk PGE, kata dia, saham yang akan ditawarkan kepada publik berkisar antara 20-30 persen. "Itu sudah kami paparkan dan sampaikan (ke Komisi VI DPR)". Sedangkan PHE berkisar 10-15 persen, PKT memang masih kita bahas, tapi kemungkinan dikisaran antara 10-20 persen. "Kemudian untuk Palm Co juga berkisar antara 10-20 persen," tutur Pahala.
Untuk PGE, kata dia, rencana IPO sebetulnya sudah didukung sebelumnya oleh Komisi VI DPR, sementara itu untuk PHE dan PKT masih dibicarakan. "Dan juga rencana pelaksanaan IPO untuk Palm Co yang nantinya merupakan penggabungan dari keseluruhan usaha kelapa sawit yang dimiliki oleh PTPN," ucap dia.
Pahala menuturkan pihaknya nanti akan melakukan public expose, registrasi, dan masa penawaran umum. "Kami berharap nanti penawaran saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), pencatatan sahamnya bisa diselesaikan di triwulan pertama tahun 2023,” tutur Pahala.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini