Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kalau pertamina melawan arus

Peraturan baru dari pertamina. setiap pembelian bahan bakar oleh maskapai penerbangan harus dibayar tunai. beberapa maskapai asing protes. pertamina menurunkan harga dan memberlakukan peraturan lama.

19 Januari 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGAI pemasok tunggal bahan bakar untuk pelbagai maskapai penerbangan yang singgah di Indonesia, Pertamina tiba-tiba bertindak agak lain. Mengapa? Pertengahan Desember lalu, Pertamina menetapkan bahwa setiap pembelian bahan bakar harus dilakukan secara cash and carry atau advance payment. Pembelian secara kredit seperti lazimnya di negeri-negeri lain ditolak. Selama ini, di Indonesia juga berlaku pembayaran kredit, untuk jangka sepekan sampai 10 hari. Adapun peraturan baru yang agak menghebohkan itu dicabut Kamis dua pekan lalu, berarti hanya sempat berlaku sekitar dua minggu. Tampaknya, Pertamina tak tahan menanggung protes, terutama dari maskapai penerbangan asing yang memiliki perwakilan di sini. Country Manager Saudi Arabian Airline termasuk dalam kelompok orang yang melontarkan protes itu. "Ini tidak praktis," katanya. Cepat-cepat ia menambahkan, Pertamina sebenarnya tak perlu khawatir. "Kami di sini sudah sejak 1985," katanya lebih lanjut. "Dan kami tidak akan pergi besok atau lusa. Jadi, mereka tidak usah khawatir tentang uangnya." Saudi terbang ke Jakarta empat kali seminggu. Dalam sebulan ongkos yang dikeluarkannya untuk bahan bakar berkisar antara US$ 400 ribu dan US$ 500 ribu. Ini untuk menebus harga bahan bakar Pertamina, yang per Desember 1990 naik dari US$ 25 sen menjadi US$ 42 sen/liter. Tapi, apa pertimbangan Pertamina, sampai menuntut cash and carry? Direktur Pembekalan Dalam Negeri & Pemasaran Pertamina Ir. R.I.J. Soetopo mengatakan bahwa sekarang makin banyak penerbangan asing ke Indonesia. "Dan mereka lebih suka mengisi bahan bakar di sini karena harganya relatif lebih murah - kecuali dibandingkan Singapura, yang harganya US$ 40 per liter." Pembelian dalam jumlah banyak itu dengan sendirinya berdampak terhadap penerbangan domestik, mengingat pesawat terbang asing umumnya besar-besar. Contohnya KLM, yang terbang dari Amsterdam ke Jakarta dan mengisi bahan bakar di sini dalam keadaan tangki kosong. Atau JAL dan Thai Airline. Pokoknya, untuk jenis pesawat Jumbo saja, dalam satu hari Pertamina harus menyediakan 80 ton avtur. Soetopo mengharapkan, jumlah pembelian sebanyak itu akan berkurang. Sebab, "Sebagian avtur itu masih diimpor dari Singapura. Jadi, mau tak mau harganya disesuaikan." Pembayaran harus kontan, mengingat pembayaran kredit (pembayaran sampai sebulan) sering tertunda, kadang sampai tiga bulan baru lunas. "Kita tidak mau dirugikan, dong. Hampir semua penerbangan asing tersebut menunggak. Rata-rata setelah tiga bulan, baru mereka lunasi," keluh Soetopo. Adapun Garuda tak terkena sistem baru, karena maskapai Indonesia ini tidak pernah menunggak. Sayangnya, Pertamina tidak cuma melayani Garuda. Karena itu pula, belum sebulan peraturan cash and carry itu diberlakukan, Pertamina sudah harus mengubahnya, kembali ke peraturan lama, yang membolehkan pembayaran secara kredit. Mengapa Pertamina gentar? Lazimnya, pembayaran cash and carry hanya diberlakukan bagi penerbangan yang non-schedule. Maka, tidak aneh kalau kemudian seperti kata Soetopo, "Banyak yang protes. Kalau Pertamina tak mengubahnya, mereka mengancam akan membalasnya ke Garuda." Sementara itu, harga avtur, yang Desember lalu dinaikkan Pertamina menjadi US$ 42 sen, sekarang diturunkan hingga US$ 30 sen. Kini, Pertamina tidak dikecam lagi. Namun, merugikah Pertamina? Jawabannya tak jelas. Soetopo hanya mengatakan, "Ini demi menyukseskan Visit Indonesia Year juga." Diah Purnomowati dan Sri Pudyastuti (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus