CARA-CARA berdagang setingkat grosir pun perlu inovasi. Tidak cukup dengan membangun sarana megah seperti di Mangga Dua, Jakarta, tapi juga perlu sistem organisasi manajemen yang bermutu. Maka, ketika Rabu malam pekan silam PT Karabha Unggul mengumumkan hendak membangun pusat perkulakan di Jakarta, direksinya menjelaskan bahwa sistemnya diadaptasi (melalui perjanjian bantuan teknis) dari SHV. SHV adalah sebuah perusahaan swasta (kabarnya keenam terbesar) di Belanda, yang memiliki pengalaman internasional dalam bidang cash and carry wholesaler, yakni pasar grosir tunai. Pusat perkulakan Karabha Unggul, sebuah gedung berpendingin seluas 10.000 m2, akan dibangun di kawasan Pasar Rebo, Jakarta, di atas areal tiga hektare. Namanya: Makro nama jaringan SHV di banyak negara, mulai dari Inggris, Spanyol, sampai Muangthai dan Argentina. Pelanggannya haruslah badan usaha yang sudah menjadi anggota Makro. Kabarnya, kini sudah terdaftar sekitar 40.000 anggota, mulai dari toko eceran, warung, rumah makan, hotel, usaha jasa boga, koperasi, dan rumah sakit. Mereka akan dibekali kartu, sebagai pas tanda masuk ke Makro, yang menjual komoditi makanan dan bukan makanan. Presiden Direktur Karabha Unggul, Teddy P.Rachmat (yang juga Presiden Direktur Astra International), belum bersedia mengungkapkan, berapa fee yang harus dibayarnya ke SHV untuk pemakaian nama Makro dan adaptasi sistem manajemennya. Yang pasti, anggota yang berbelanja ke Makro harus menghabiskan minimal Rp 100 ribu. Dan harus dibayar tunai, tak ada kartu kredit apalagi cek mundur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini