Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Panorama JTB Tours mengandalkan event MICE untuk pemulihan, seperti Indonesia Comic Con.
Sejak pembatasan mobilitas sepenuhnya dihapus pada akhir tahun lalu, bisnis event berangsur rebound.
Daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih sehingga event pun harus digelar secara bertahap.
Indonesia Comic Con hanya satu dari sekian ekshibisi tahunan yang kembali digelar di Jakarta Convention Center setelah dua tahun vakum akibat pandemi. Pameran budaya pop yang selalu diserbu penggemar film, komik, mainan, dan tokoh fiksi ini pertama kali dipopulerkan di San Diego, Amerika Serikat, pada 1970. Di Indonesia, agenda ini dipromotori PT Panorama JTB Tours, anak usaha PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR) yang berfokus menggarap segmen tur wisata, transportasi, serta media. Panorama JTB Tours awalnya bernama Panorama Tours sebelum akhirnya melebur dengan JTB, biro perjalanan asal Jepang, pada 2017.
Presiden Direktur Panorama JTB Tours, Royanto Handaya, mengatakan jaringan JTB di 37 negara membantu ekspansi bisnis Grup Panorama. Di awal merger, kongsi Panorama dan JTB ini sempat menargetkan pertumbuhan usaha hingga 300 persen dalam lima tahun. Namun target itu terjegal pandemi. “Sekarang kami ingin kembali sehat dulu agar bisa tumbuh lagi,” ucapnya kepada Tempo sambil berkeliling di antara tenant pengisi Indonesia Comic Con: Pop Asia pada 23 Juni 2023.
Indonesia Comic Con menjadi salah satu hasil kemitraan bisnis Panorama di bidang meeting, incentive, convention, exhibition (MICE). Lini bisnis MICE ini sempat menjadi yang paling terkena dampak oleh pembatasan mobilitas, tapi kini menjadi ujung tombak pemulihan perusahaan. Berikut ini kutipan wawancara lengkap dengan Royanto.
Presiden Direktur PT Panorama Tours, Royanto Handaya, saat ditemui di acara Indonesia Comic Con 2023, Jakarta Convention Center, Jakarta, 23 Juni 2023. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagaimana animo masyarakat terhadap MICE besutan Panorama?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak pembatasan mobilitas sepenuhnya dihapus pada akhir tahun lalu, bisnis event berangsur rebound (pulih). Bisnis ini butuh interaksi dan sosialisasi langsung sehingga wajar kinerjanya jatuh sepanjang masa pandemi. Indonesia Comic Con bukan agenda pertama yang kami buka lagi setelah masa pandemi. Saat kapasitas ruangan masih dibatasi, kami sempat menggelar Franchise and License Expo Indonesia (FLEI) pada Juni 2022. Indonesia Comic Con baru diadakan sekitar empat bulan kemudian. Waktu itu masih ada penyesuaian dengan protokol kesehatan, sedangkan sekarang sedikit lebih longgar. Ketika kami umumkan bahwa Indonesia Comic Con diadakan tiga hari, pada 23-25 Juni 2023, sambutan penggemar luar biasa.
Seperti apa peningkatan minatnya?
Demand sangat tinggi, tapi kami mengutamakan kenyamanan. Setelah belajar dari pengalaman padatnya pengunjung Indonesia Comic Con pada Oktober 2022, kami menambah durasi acara dari dua menjadi tiga hari. Dulu kami pernah menutup loket tiket selama beberapa jam karena keterbatasan kapasitas venue yang disewa. Tahun ini, penataannya lebih rapi. Kami memakai dua hall di JCC sehingga pengunjung lebih nyaman bergerak.
Bagaimana perusahaan menggali pendapatan dari lini MICE?
Selain dari penjualan tiket, monetisasi atau keuntungan event ini berasal dari semua yang terlibat dalam ekosistemnya. Sebagian mitra ingin jadi ekshibitor dan tenant atau penyewa space. Banyak juga yang hanya ingin masuk sebagai sponsor. Bagi sponsor, acara seperti Comic Con tergolong bisnis business to customer (B2C) karena banyak pengunjung yang membeli produk retailnya. Ada juga pendapatan dari acara tambahan. Dalam Indonesia Comic Con, ada konser khusus di sela acara yang tiketnya dijual terpisah.
Target apa yang dikejar di setiap event?
Dari beberapa key performance indicator (KPI), volume pengunjung menjadi penentu keberhasilan acara. Kembali memakai Comic Con sebagai contoh, jumlah pengunjungnya selalu meningkat setiap tahun sebelum masa pandemi. Tahun ini merupakan Indonesia Comic Con yang ketujuh. Saya tak bisa menyebutkan jumlah pengunjung, tapi pilot project event ini dulunya di Balai Kartini. Karena semakin ramai, kini dipindah ke JCC Senayan. Karena minat pengunjung, tahun ini kami menggelar acaranya dua kali, pada Juni dan Oktober nanti.
Presiden Direktur PT Panorama Tours, Royanto Handaya, saat ditemui di acara Indonesia Comic Con 2023, Jakarta Convention Center, Jakarta, 23 Juni 2023. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Seberapa besar pendapatan dari satu agenda MICE?
Saya tidak hafal persisnya. Yang penting ada pemasukan untuk napas kami, harus ada profit untuk meneruskan agenda ini secara konsisten. (Tarif tiket masuk Indonesia Comic Con 2023 bervariasi, dari Rp 200 ribu untuk general sale hingga Rp 2,5 juta untuk kelas VIP. Ada juga varian harga tiket untuk pengunjung berkostum (cosplay) dari Rp 175 ribu hingga Rp 550 ribu). Pemasukan juga dibutuhkan untuk inovasi, jadi bukan hanya untuk pembiayaan jangka pendek. Kami menyesuaikan kebutuhan (agenda MICE) dengan pendapatan dari jenis usaha lainnya.
Layanan apa yang diandalkan Panorama JTB saat ini?
Yang pasti, MICE dikerjakan oleh unit bisnis event kami, yaitu Panorama Media. Di luar acara MICE, kami punya unit Panorama Event untuk acara yang lebih privat. Konsumennya segmen korporasi. Belakangan, kami banyak melayani acara team building untuk perusahaan yang ingin memulihkan chemistry atau kerja sama karyawannya. Kami juga punya majalah bernama Get Lost untuk para pembaca konten pelesiran. Sama seperti induk kami, pariwisata selalu jadi pilar layanan utama.
Bagaimana para pemain MICE bersaing untuk mendapatkan venue?
Di Indonesia, tak banyak lokasi yang bisa menampung acara MICE besar. Di Jakarta dan sekitarnya, para promotor paling banyak berebut slot di tiga tempat besar, yaitu JCC Senayan, Jakarta International Expo di Kemayoran, serta Indonesia Convention Exhibition (ICE) di Bumi Serpong Damai. Meski para pengelola lokasi itu ingin mengakomodasi semua permintaan, tetap saja slotnya terbatas. Ketika bisnis MICE melambung drastis setelah masa pandemi, yang diuntungkan adalah penyelenggara event tundaan. Indonesia Comic Con salah satunya. Artinya, slot untuk acara tahunan ini sudah kami bayar, tapi belum tertahan pandemi. Pengelola venue masih terikat dengan kontraknya.
Bagaimana tantangan bisnis MICE?
Pengumuman endemi sepenuhnya menghapus keraguan masyarakat untuk menghadiri semua jenis MICE. Sebagai penyelenggara, kami sedang mengejar banyak peluang business to business dari berbagai investor yang tertahan selama masa pandemi. Niat mengadakan ekshibisi menggebu-gebu. Namun, tetap saja, daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih, sehingga event pun harus digelar secara bertahap. Volume kunjungan pusat belanja saja belum pulih seperti 2019, padahal itu retail kebutuhan pokok. Tentu kami harus memantau minat pasar sebelum mengadakan event MICE yang cenderung merupakan leisure (kebutuhan tersier). Tidak apa berjalan pelan dulu, yang penting kita bergerak menuju pemulihan.
YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo