Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kejutan lagi dari prajogo

Pekan lalu, prajogo pangestu memborong 9,5 juta lembar saham astra dari danareksa. langkah taktis menyongsong rups astra pekan ini?

28 Agustus 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRAJOGO Pangestu tampaknya akan tampil sebagai investor paling kaya di pasar modal. Awal tahun ini ia membeli 15 juta lembar saham PT Astra International Incorporated (AII) dengan harga Rp 10.000 per lembar. Kamis lalu Prajogo lewat perusahaannya, PT Delta Mustika, kembali disebut-sebut telah memborong 9,5 juta lembar saham sejenis dengan harga Rp 13.300 per lembar. Seorang yang dekat dengan bos Barito ini membenarkan berita itu. ''Pak Prajogo membeli 9,5 juta saham Astra, itu benar. Tapi saya tidak tahu saham-saham tersebut dibeli dari siapa,'' kata sumber TEMPO. Direktur Utama Bursa Efek Jakarta (BEJ), Hassan Zein Mahmud, juga membenarkan bahwa telah terjadi perdagangan saham Astra dalam partai besar. Mandor pasar modal ini mengaku sudah tahu siapa penjual dan siapa pembelinya. Namun, ia belum bersedia mengungkapkannya secara resmi. ''Tunggu dulu lima hari, sampai serah terima saham itu terjadi,'' kata Hassan. Saham AII yang dibeli Prajogo pertama kali, sudah jelas adalah milik taipan William Soeryadjaya. Sedangkan saham-saham yang baru dibeli pekan lalu itu disebut-sebut berasal dari PT Danareksa Management Fund. Kalau itu benar, berarti untuk kedua transaksi tersebut Prajogo mengeluarkan uang tunai tak kurang dari Rp 276 miliar. Lalu otomatis, Prajogo atau PT Delta Mustika menjadi pemegang saham Astra yang paling besar di antara 31 pemegang saham sebagian besar muncul semenjak William Soeryadjaya melepaskan kepemilikan mayoritas atas perusahaan konglomerat tersebut, Maret silam. Memang, ketika keluarga William Soeryadjaya melepaskan saham- saham AII tersebut, PT Danareksalah yang menjadi pemegang saham terbesar (26 juta lembar). Kini, setelah ia mengoperkan 9,5 juta lembar, maka saham Danareksa di AII bisa ditebak tinggal sekitar 16,5 juta lembar. Sedangkan Prajogo atau PT Delta Mustika kini memegang 24,5 juta lembar, disusul Toyota Motor Corporation yang belum lama ini mengambil oper 20 juta lembar dari perusahaan Newark Ltd Hong Kong. Selain memborong 9,5 juta lembar saham AII dari Danareksa, ada pula berita selentingan menyebutkan bahwa Prajogo juga membeli 5 juta lembar saham AII milik Eka Tjipta Widjaja (Sinar Mas Group). Tapi selentingan ini agaknya hanya berupa kabar burung belaka. Selain itu juga belum terungkap, dari sumber mana Prajogo memobilisasi dana untuk membayar pembelian saham AII milik Danareksa yang 9,5 juta lembar itu. Tentang motivasi pembelian tersebut, ada yang menduga, langkah Prajogo dimaksudkan sebagai jurus untuk bisa mendikte para pemegang saham AII yang lain, yang akan melakukan rapat umum luar biasa Jumat pekan ini (27 Agustus 1993). Seperti diketahui, untuk memilih Presiden Komisaris baru, rapat umum itu dimaksudkan untuk memilih presiden komisaris baru jabatan yang kini lowong setelah ditinggalkan almarhum Oskar Surjaatmadja. Namun, kalau diteliti persentase kepemilikan, tampaknya Prajogo tak mungkin mendikte para pemegang saham secara keseluruhan. Kendati ia menguasai saham terbesar, Prajogo toh belum bisa dikatakan bisa menggantikan William Soeryadjaya sebagai pemegang saham mayoritas AII. Soalnya, saham yang dikuasai Prajogo barulah sekitar 10% dari seluruh saham AII. Adapun posisi Presiden Komisaris AII pekan lalu sudah santer disebut-sebut akan diberikan kepada Abdul Rahman Ramly, mantan Duta Besar RI di AS, yang sebelumnya pernah juga menjabat Direktur Utama PT Pertamina. Ditinjau dari suasana perdagangan di bursa, langkah Prajogo menyapu sejumlah saham yang dilemparkan Danareksa ternyata cukup positif. Kurs saham Astra International untuk pertama kali tahun ini menembus harga perdana. Harga saham AII pada pasar perdana di bulan April 1991 adalah Rp 14.800. Sejalan dengan pasar mobil yang meledak tahun itu, harga saham AII sempat tergerek sampai Rp 33.000 per lembar. Namun, tahun silam, ketika pasar mobil melorot dan keluarga Soeryadjaya ketahuan harus melego saham-saham mereka, harga saham AII sempat mencatat harga terendah sampai sekitar separuh harga perdana. Tapi Jumat lalu, sehari setelah langkah pemborongan saham oleh Prajogo, harga saham Astra melonjak naik dari Rp 13.300 menjadi Rp 15.000 per lembar. Presiden/CEO dari Penta Group, Tito Sulistyo, menganggap kenaikan itu sebagai sangat wajar. ''Pertama, karena kepercayaan para fund manager pada pasar saham meningkat. Mereka biasanya akan mulai pada saham yang paling besar kapitalisasi pasarnya, yakni sekarang ini adalah saham AII. Semua fund manager professional tentu memegang saham itu dalam portofolio mereka,'' kata Tito. ''Ketika harga saham Astra jatuh tahun lalu, mereka ragu mempertahankannya. Sekarang kepercayaan orang pada saham itu, dan juga bisnis otomotif, naik. Akibatnya, banyak orang yang mencari saham tersebut,'' begitu analisa pialang dari PT Pentasena Securities tadi. Pialang tersebut berpendapat, harga saham AII masih bisa meningkat lagi. Kalau Danareksa sudah berani menjual dengan harga Rp 13.300, perusahaan itu diperkirakan untung. Sebab, saham-saham itu dibeli oleh Danareksa bulan November tahun lalu dengan harga Rp 10.000 per lembar. Dengan menjual pada harga Rp 13.300, berarti investasi BUMN ini dalam tempo sepuluh bulan sudah mencatat keuntungan 33%. Max Wangkar, Sri Wahyuni, dan Taufik Alwi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus