Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengungkap data bahwa ada perpindahan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum, khususnya ke Teman Bus—program transportasi skema Buy The Service (BTS). Data tersebut berdasarkan hasil survei pelanggan Teman Bus periode 1 Mei-8 Juni 2023 terhadap 20.735 pengguna di 10 kota.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebanyak 10 kota tersebut adalah Palembang, Medan, Bali, Surakarta, Yogyakarta, Makassar, Banyumas, Banjarmasin, Bandung, dan Surabaya. Program tersebut sudah berjalan sejak tahun 2020 dengan jumlah koridor 48, dan kendaraan 741 bus. Sedangkan feeder atau angkot ada 111 unit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Shifting itu berpindah. Tahun ini ada 72 persen pengguna kendaraan roda dua (motor) kini menggunakan Teman Bus, sedangkan kendaraan roda empat (mobil) 23 persen,” ujar Kasubdit Angkutan Perkotaan Direktort Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Tonny Agus Setiono di Gedung Cipta, Kemenhub, Jakarta Pusat, pada Selasa, 27 Juni 2023.
Angka tersebut, menurut Tonny, meningkat di mana pada tahun lalu pengguna sepeda motor yang berpindah ke Teman Bus mencapai 61 persen. Sedangkan pengguna mobil 5 persen. Dia menilai, berdasarkan data itu orang sudah melihat bahwa menggunakan Teman Bus lebih enak.
“Lebih nyaman daripada naik sepeda motor terus, akhirnya berpindah naik Teman Bus. Berarti kan ada, lumayan. Bisa dicoba, apa keluhannya, apa enaknya sampaikan kepada saya,” tutur Tony.
Selanjutnya: Banyaknya orang yang beralih menggunakan Teman Bus....
Banyaknya orang yang beralih menggunakan Teman Bus juga sejalan dengan data peningkatan pengguna. Kemenhub menargetkan peningkatan menjadi 76.080 penumpang tahun ini. “Sekarang itu dalam posisi sampai 31 Mei kemarin 64.041 penumpang,” ucap dia.
Penumpang pada 2020 pada saat awal operasi jumlahnya hanya 8.052, kemudian pada 2021 melonjak naik 275 persen atau 30.210, dan 2021 naik 141 persen 72.947. “Kita lihat perkembangan dari 2022 sampai saat ini cukup berfluktuasi,” kata Tonny.
Menurut dia, jumlah penumpang Teman Bus tidak bisa langsung 100 persen, karena harus dibatasi demi kenyamanan penumpang. Di Singapura, yang awalnya 94 persen kapasitas bus boleh dinaiki, kini diubah menjadi 85 persen. “Kalau desak-desakan kan enggak enak. Makanya ini berfluktuasi tapi kami punya target ada peningkatan,” tutur dia.
Selain itu, kata Tonny, jumlah penumpang masing-masing kota di mana program dilaksanakan juga fluktuatif. “Tergantung kotanya. Di Surabaya kenapa kecil? Di sana hanya satu koridor. Jadi memang perlu ada kolaborasi dengan pihak lain supaya penumpangnya naik,” kata Tonny.