Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan proyek kilang minyak milik PT Pertamina (Persero) di Balikpapan, Kalimantan Timur terus berjalan di tengah pandemi Covid-19. Saat ini, sekitar 5.000 pekerja di kilang tersebut terus dikerahkan untuk menyelesaikan proyek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Akhir tahun mungkin akan bertambah lagi," kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi Energi DPR di Jakarta, Rabu, 1 Juli 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertengahan tahun depan pun, jumlah pekerja proyek ilang akan bertambah lagi menjadi sekitar 20 ribu orang. Kepada anggota Komisi Energi DPR, Nicke berjanji perusahaan akan memprioritaskan penggunaan tenaga kerja dalam negeri.
Saat ini, Pertamina terus mempercepat pembangunan kilang, sekaligus mengoptimalkan keterlibatan industri dalam negeri pada proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery (GRR). Optimalisasi sudah dilakukan melalui pembentukan Tim Percepatan Pembangunan Kilang PT Pertamina (Persero).
Proyek tersebar di beberapa lokasi. Selain Balikpapan, ada juga di Dumai, Plaju, Cilacap, Balongan, Balikpapan, Tuban, dan wilayah lainnya di Indonesia Timur yang sudah berjalan sampai tahun 2027.
Proyek dengan investasi hampir mencapai Rp 800 triliun tersebut merupakan peluang besar bagi industri nasional untuk berpartisipasi semaksimal mungkin, sehingga dapat menumbuhkan kemandirian manufaktur dalam negeri.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia, Pertamina, Ignatius Tallulembang, menambahkan, pembangunan kilang memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Namun, Pertamina sudah mencoba melakukan percepatan. "Sehingga bisa lima tahun," kata dia.
Pengerjaan konstruksi kilang Balikpapan sendiri sudah dimulai sejak Februari 2019. Targetnya, proyek dengan nilai investasi US$ 6,5 miliar ini selesai tahun 2023 untuk tahap 1, dan 2025 untuk tahap 2.