Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kesepakatan yang benjol

Sidang ke-85 opec di wina menetapkan kuota sebesar 19,5 juta barel per hari, berlaku 1 juli-sampai akhir 1989. harga us$ 18 per barel tetap dipertahankan. kuwait & uni emirat arab minta tambahan kuota.

17 Juni 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPIR pada setiap sidang Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), selalu muncul "biang kerok" yang bisa mengganjal kesepakatan. Sidang ke-85 yang berlangsung Senin hingga Rabu pekan lalu di Wina, Austria, menampilkan Kuwait dan Uni Emirat Arab (UEA) sebagai anak-anak nakal. Kedua negara itu, beberapa minggu sebelumnya, memang sudah mengancam mau ngotot minta tambahan jatah di atas kenaikan proporsional -- setidaknya 300 ribu barel sehari. Betul saja. Kuwait dan UEA terus memaksakan kehendak mereka selama sidang yang alot itu. Bujukan dari Arab Saudi -- ketua kelompok negara-negara Teluk -- agar keduanya setuju dengan kenaikan kuota proporsional tak begitu dihiraukan. Sidang akhirnya menetapkan kuota baru sebesar 19,5 juta barel per hari, berlaku mulai 1 Juli sampai akhir tahun ini. Ini berarti ada kenaikan 1 juta barel. Juga, harga sasaran yang US$ 18 per barel tetap dipertahankan. Kuwait dan UEA memang ikut menandatangani kesepakatan baru itu, meskipun menggerutu dan akan meninjau kembali keputusannya pada pertemuan OPEC di Paris, September depan. Namun, keduanya tidak terikat pada kuota yang ditandanganinya itu, dan bisa memompa ladang-ladang minyaknya sesuka hati. Tapi Menteri Perminyakan Kuwait Seikh Ali Al-Khalifa Al-Sabah pada konperensi pers esoknya, bilang, "Kami akan memgunakan kebebasan itu dengan sangat, sangat berhati-hati." Ini ditafsirkan bahwa ia "hanya" akan memompa sampai 1.35 juta barel sehari (melebihi kuotanya yang 1,09 juta barel). Mendingan. Sebab, selama bulan Mei kemarin, Kuwait diperkirakan menggenjot sampai 1,9 juta barel sehari. Langkah Seikh Ali ini terkait dengan program suntikan dana US$ 1 milyar, untuk mengembangkan potensi produksinya yang bisa digenjot sampai 3,5 juta barel sehari dalam 5 tahun mendatang. Ini berlawanan dengan beleid Kuwait pada awal 1970-an, yang justru menghendaki pengurangan produksi demi menghemat cadangan minyaknya. Dan Kuwait percaya, bila harga tak menentu, ia sambil melenggang bisa mengembangkan produksinya, sementara negara-negara produsen minyak di luar OPEC, yang ongkos produksinya tinggi, bakal segan melakukan eksplorasi dan pengembangan produksi. Karena ulah Kuwait dan UEA, kalangan industri perminyakan menilai bahwa OPEC sulit mendisiplinkan diri. Kesepakatan yang baru diambil itu dinilai benjol, tidak bulat. Dan gerak tipu seperti yang diperagakan Kuwait dan UEA bisa diikuti oleh yang lain. Iran dan Irak, yang butuh banyak fulus untuk membangun kembali negerinya setelah dilanda perang 8 tahun, pasti akan meminta jatah lebih banyak pada sidang OPEC mendatang. Akibatnya, harga akan cepat anjlok kembali. Gara-gara kesepakatan benjol itu saja, harga sudah doyong. Harga di Tokyo sempat turun 15 sen dolar, sehari setelah ditandatanganinya kuota baru. Sedangkan produksi OPEC bulan Juni, yang diperkirakan 21,5 juta barel, juga bisa memerosotkan harga. Tapi para analis minyak di Jepang melihat kelebihan produksi itu tak terlalu banyak. Diperkirakan, harga minyak dalam tiga bulan mendatang bisa mencapai 15 dan 16 dolar per barel. Bagaimana dengan Indonesia? Menteri Pertambangan dan Energi Ginandjar Kartasasmita tampak puas dengan kuota baru Indonesia sebesar 1,307 juta barel sehari (sebelumnya 1,240 juta barel). Ia yakin, harga akan tetap bertengger di atas harga patokan RAPBN US$ 14 sebarel, dan Indonesia mampu memenuhi kuota baru itu. Padahal, tahun lalu Indonesia rata-rata hanya memompa 1,161 juta barel sehari. Mungkin dengan dua deregulasi migas yang telah dicanangkan Ginandjar, serta penundaan PPN atas jasa di sektor ini, produksi akan bisa diangkat. Siapa tahu?Bachtiar Abdullah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum