Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Kisah Bos Samsung Lee Kun-hee dan Televisi Berdebu di Los Angeles

Kepala Samsung Group, Lee Kun-hee, meninggal pada hari ini, Minggu, 25 Oktober 2020, pada usia 78 tahun. Begini sekilas kisah hidupnya.

25 Oktober 2020 | 12.24 WIB

Lee Kun-hee. REUTERS/Lee Jae-Won
Perbesar
Lee Kun-hee. REUTERS/Lee Jae-Won

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Samsung Group, Lee Kun-hee, meninggal pada hari ini, Minggu, 25 Oktober 2020, pada usia 78 tahun. Lee tak lain adalah anak ketiga dari Lee Byung-chull, yang mendirikan Samsung Group pada 82 tahun lalu, tepatnya 1 Maret 1938.

"Lee adalah sosok visioner sejati yang telah mengubah Samsung menjadi perusahaan industri dan inovator terkemuka di dunia," tulis pihak Samsung dalam pernyataannya, sebagaimana yang dikutip dari Reuters di hari yang sama.

Lee lahir pada Januari 1942, empat tahun setelah ayahnya mendirikan Samsung di Taegu, Korea Selatan. Saat itu Samsung bukanlah perusahaan elektronik seperti yang sekarang dikenal, tapi bisnis grosir yang menjual barang kebutuhan, salah satunya mie.

Pada 1953, setelah kecamuk Perang Korea berakhir, Lee dikirim ayahnya ke Jepang pada usia 11 tahun. "Ayahnya ingin puteranya itu belajar, bagaimana Jepang bisa membangun kembali negara mereka usai Perang Dunia kedua," demikian tulis Reuters.

Lee pun hidup di Jepang. Dia menempuh pendidikan studi ekonomi di Universitas Waseda. Lalu, ia melanjutkan studi manajemen bisnis di Universitas George Washington, Amerika Serikat.

Pengalaman bertahun-tahun di Jepang inilah yang membuat Lee menyaksikan perkembangan teknologi di negara Sakura tersebut. Pengalaman ini berpengaruh ke Samsung, saat Lee memimpin perusahaan.

Pada 1987, di usia yang ke-45 tahun, Lee memegang kontrol atas Samsung, yang sebelumnya dipegang saudaranya sendiri. Meski demikian, di awal kepemimpinannya, Samsung tidak langsung melesat.

Di pertengahan 1990, Lee sempat menarik kembali produk handphone bikinan Samsung yang berkualitas rendah. Total, ada produk senilai US$ 50 juta yang ditarik oleh perusahaan, untuk membakar semua handphone itu.

Lee tak senang dengan produk berkualitas rendah ini. Sehingga, sejak itulah ia ingin mengubah total strategi bisnis Samsung untuk meraih pangsa pasar. Fokusnya kini pada kualitas, bukan kuantitas.

Tapi kondisi belum banyak berubah sampai 1993. Kala itu, Lee disebut sempat frustrasi dengan kondisi bisnis yang ada. "Lingkungan bisnis sedang tidak bagus, tapi tidak ada rasa cemas di dalam perusahaan ini," kata Lee saat itu. Lee pun bertekad untuk memperketat kerja mereka agar para pegawainya bisa merasakan masalah yang sedang dihadapi perusahaan.

Februari 1993, Lee pernah memerintahkan bawahannya untuk mengecek produk Samsung di sebuah toko bernama Best Buy di Los Angeles, Amerika Serikat. Di sana, televisi Samsung terletak di pojokan rak, tertutup debu, dan dijual seharga US$ 100, lebih murah dari televisi produk rival mereka, Sony.

Hingga empat bulan kemudian, Lee akhirnya menerapkan rencana "Manajemen Baru" untuk mengubah kondisi perusahaan. Kepada para eksekutif di Samsung, Ia meminta agar semuanya diubah. "Kecuali istri dan anak Anda," kata Lee.

Sejak itulah, bisnis Samsung berkembang. Tapi badai kembali terjadi. Tahun 2008, Lee dituduh mengelola dana ilegal. Media setempat, The Korea Herald, saat itu melaporkan terjadi penarikan dana senilai US$ 4,2 miliar dari 1.199 rekening bank. Akun ini diduga digunakan untuk kegiatan transfer ilegal dalam keluarga pendiri perusahaan tersebut.

Jaksa gagal membuktikan tuduhan ini. Akan tetapi, Lee dihukum atas kasus lain yaitu penghindaran dan penggelapan pajak. Lee pun meminta maaf dan mundur dari perusahaan, walau kemudian kembali lagi jadi bos Samsung dua tahun kemudian.

Di akhir hayatnya ini, Samsung menyampaikan ke publik bahwa sepanjang kepemimpinan Lee, perusahaan berkembang menjadi raksasa teknologi dunia dalam hal pendapatan.

Selain itu, perusahaan menyebut mereka sudah mengalahkan raksasa Jepang seperti Sony, Sharp, dan Panasonic, mengakhiri kejayaan Nokia, dan mengalahkan smartphone Apple. "Warisannya akan abadi," kata pihak Samsung.

FAJAR PEBRIANTO I REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Fajar Pebrianto

Fajar Pebrianto

Meliput isu-isu hukum, korupsi, dan kriminal. Lulus dari Universitas Bakrie pada 2017. Sambil memimpin majalah kampus "Basmala", bergabung dengan Tempo sebagai wartawan magang pada 2015. Mengikuti Indo-Pacific Business Journalism and Training Forum 2019 di Thailand.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus