Pernah dengar istilah "tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif"? Pada pertengahan era 1990-an, bagi mereka yang gemar mengembangkan diri, buku dengan judul seperti di atas seakan menjadi kitab suci alias bacaan wajib. Hal ini langsung berkaitan dengan sukses metode pengembangan diri berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Steven Covey, ahli pengembangan SDM dari AS.
Setelah Indonesia dilanda krisis, rupanya membaca buku itu saja dianggap tak mencukupi. Karena itulah pekan lalu Dunamis menggagas sebuah wadah bagi mereka yang gemar mengembangkan diri. Nugroho Supangat, Managing Partner Dunamis, menyebutnya sebagai komunitas manusia pembelajar. Ia mengklaim bahwa komunitas semacam ini adalah yang pertama di Indonesia. Wadahnya sendiri disebut Jakarta Executive Learning Community atau Komunitas Eksekutif Pembelajar Jakarta (Jelcom). Selain Jelcom, Dunamis juga meresmikan berdirinya Dunamis Knowledge Resource Centers.
Jelcom bertujuan agar para pengambil keputusan di Indonesia, baik pebisnis maupun pejabat pemerintah, tak tertinggal dalam perkembangan global yang mengarah dari era industri menuju ke era pengetahuan—jadi, bukan lagi era informasi. Menurut Nugroho, untuk itu topik pembelajaran di Jelcom akan terfokus pada pengembangan kepemimpinan dan penyelarasan organisasi.
Fokus ini memang merupakan keahlian konsultan Dunamis. Di Indonesia, merekalah yang menjadi pemegang lisensi tunggal Franklin Covey Organization Services, lembaga pengembangan SDM dari AS, tempat Steven Covey menjadi salah satu pemiliknya. Bagi anggota Jelcom, mereka dapat menikmati berbagai fasilitas yang disediakan, seperti diskusi, pelatihan, serta meminjam berbagai buku di perpustakaan. Tetapi, agar bisa menjadi anggota Jelcom, para peminat harus merogoh kocek sebesar Rp 4,5 juta untuk keanggotaan selama setahun. Mengapa tidak menawarkan paket hemat?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini