Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Kupon Undian Mencetak Berita, Menangguk Laba

Empat media cetak hidup dari penjualan kupon undian, bahkan menjadi dermawan olahraga. Tapi kini dua media sudah ditutup, dua lagi masih bertahan.

18 Februari 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA banyak jalan menuju Roma, ada banyak cara menjual media. Pemeo itu agaknya cukup pas menggambarkan trik-trik media di Bali?terutama tabloid olahraga?untuk menggaet pembaca. Jangan kaget, mereka memanfaatkan penjualan kupon undian dengan hadiah yang menggiurkan. Hingga kini, sudah ada empat media yang menggunakan cara itu, yakni tabloid Liga Bola, Stamina, Modus, dan Gelora Dewata. Dan terbukti, cara itu cukup ampuh untuk menaikkan oplah. Tabloid Liga Bola, misalnya, sempat laku hingga 100 ribu eksemplar hanya dalam enam bulan. Modus malah sudah mendapatkan 150 ribu pembeli dalam dua bulan pertama. Stamina dan Gelora Dewata tak terlalu sukses, tapi lumayanlah untuk ukuran sebuah media baru di daerah. Kalaupun Liga Bola dan Stamina akhirnya tidak terbit lagi, itu bukan karena tidak laku. Pemiliknya melakukan swabredel setelah DPRD Bali dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Bali sepakat bahwa ada indikasi kuat Liga Bola melakukan perjudian terselubung. Kepolisian Daerah (Polda) Bali juga sudah melakukan penggerebekan ke kantor Liga Bola. Judi? Yang dilakukan Liga Bola memang mirip perjudian. Ada beberapa indikasi, misalnya penjualan Liga Bola melalui agen khusus dan tidak bercampur dengan media lain. Pembeli mingguan milik PT Puri Permata Megah ini mendapatkan kupon dengan kolom isian empat angka yang akan diundi setiap pekan. Bagi mereka yang bisa menebak tepat empat angka dari belakang, tersedia hadiah Rp 6 juta; kalau tiga angka yang cocok, hadiahnya Rp 850 ribu, dan dua angka Rp 150 ribu. Unsur judi makin kuat setelah lama-lama pembeli Liga Bola harus juga membeli kuponnya. Sementara pada awal-awal terbitnya pembeli hanya mengeluarkan Rp 3.500 untuk mendapatkan tabloid itu plus kuponnya, belakangan mereka harus merogoh lagi Rp 2.500 untuk kolom tebakan dua angka dan Rp 10 ribu untuk kolom tebakan empat angka. Praktek ini mirip dengan judi buntut yang merebak di Indonesia pada 1970-an sampai akhir 1980-an. Sementara yang dulu membonceng kupon Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB), yang di Bali ini nebeng tabloid olahraga. Namun, penutupan ternyata tidak menyelesaikan masalah. Keputusan itu ternyata justru memancing media lain mengikuti jejak Liga Bola, termasuk memanfaatkan jaringan pengecernya. Tabloid Modus, yang berhenti terbit pada November 2000, kembali terbit awal Januari lalu dengan memodifikasi tebakan angka Liga Bola. Hadiahnya pun cukup wah. Penebak tepat empat angka mendapat 100 gram emas (sekitar Rp 8 juta), tiga angka 12,5 gram emas, dan dua angka 2,5 gram emas. Ternyata, hasil tabloid mingguan milik pengusaha hiburan Jerry Filmon ini lebih hebat dari Liga Bola. Yang dilakukan Gelora Dewata?terbit awal Februari 2001?sama saja meskipun tak sesukses Modus. Yang terjadi kemudian memang mirip Liga Bola. Pembeli Modus atau Gelora Dewata akhirnya cuma membeli kuponnya. "Mereka sering cuma membeli kuponnya. Tabloidnya dikembalikan," kata seorang pengecer di Sanur. "Saya cuma ingin kuponnya. Tabloidnya biar dibaca keponakan saya saja. Saya juga enggak ngerti isinya," kata Sumi, seorang ibu rumah tangga biasa. Pembeli yang lain mengaku tak berminat membaca isinya yang kurang bermutu. Para pengecer pun dengan jeli memanfaatkan peluang tersebut. Mereka akhirnya cuma menjual ramalan yang isinya tak lain petunjuk nomor yang bakal keluar. Trik-trik tadi masih ditambah dengan bumbu yang tak kalah sedapnya. Mereka menjadikan tokoh-tokoh KONI Pusat dan pentolan sepak bola nasional sebagai payungnya. Tabloid itu juga minta surat rekomendasi dari KONI Bali dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Komda Bali. Bahkan, mereka juga mengaku sudah mendapat izin dari Menteri Urusan Kemasyarakatan?yang sudah dilikuidasi itu. Tak hanya itu. Para pemilik tabloid itu juga memberikan sumbangan kepada organisasi olahraga. Liga Bola, misalnya, menyumbangkan Rp 7,5 juta per bulan kepada KONI Bali dan Komisariat PSSI Bali. Gelora Dewata bahkan lebih gila. Mereka menyumbangkan Rp 100 juta setiap bulannya kepada kesebelasan sepak bola Bali, Gelora Dewata. Harus diakui, trik-trik tadi memang menjadikan tabloid sebagai mesin uang bagi pemiliknya. Gelora Dewata, misalnya. Tabloid bulanan ini cuma punya tiras 5.000 eksemplar, tapi mampu menyumbangkan Rp 100 juta. Pemimpin Redaksi Modus, Mukhlisin, menolak tudingan perjudian terselubung itu. "Kalau sampai begitu, itu sudah di luar wewenang kami," katanya. Tapi polisi tampaknya tak mau kecolongan lagi. "Jika memang ada unsur judinya, kita akan menindaknya," kata Kepala Polda Bali, Brigjen Pol. Wayan Ardjana. DPRD pun akan memanggil pemilik Modus, Selasa pekan ini. Semuanya memang harus jelas: ini bisnis media atau perjudian. M. Taufiqurohman, Rofiqi Hasan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus