Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Leasing Milik Sandiaga Uno Dapat Utang Luar Negeri Rp 3,7 Triliun, Digunakan untuk Apa?

Multifinance milik PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk yaitu PT JACCS MPM Finance Indonesia (MPM Finance) mendapat utang sindikasi asing US$ 250 juta.

26 Juli 2022 | 10.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
JACCS MPM Finance Indonesia. Foto : mpm finance

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan pembiayaan atau multifinance milik PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk yaitu PT JACCS MPM Finance Indonesia (MPM Finance) mendapat pinjaman sindikasi luar negeri (offshore syndicated facility) senilai total US$ 250 juta. Bila dirupiahkan, utang tersebut setara dengan Rp 3,7 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mayoritas atau 60 persen saham MPM Finance dimiliki oleh JACCS Co. Ltd. Sebanyak 40 persen sisanya digenggam oleh PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX), yang merupakan perusahaan leasing milik PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saratoga adalah perusahaan kongsi Menteri Sandiiaga Uno dengan putra putri pendiri Astra, yakni keluarga Soeryadjaya yang kini dikendalikan oleh Edwin.

Direktur Keuangan JACCS MPM Finance Hajimu Yukimoto menyatakan pinjaman sindikasi tersebut berasal dari 20 lembaga keuangan per 1 Juli 2022. Utang itu dalam bentuk mata uang dolar Amerika Serikat dan yen Jepang bertenor 4 tahun.

Hajimu menjelaskan fasilitas pinjaman sindikasi luar negeri merupakan salah satu langkah strategis perseroan sebagai bentuk diversifikasi sumber pendanaan. "Di samping fasilitas pinjaman bank bilateral dari dalam dan luar negeri," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin, 25 Juli 2022.

Adapun MUFG Bank, Ltd (MUFG) bertindak sebagai mandated lead arrangers, underwriters, dan bookrunners dalam fasilitas pinjaman sindikasi ini. MUFG juga terafiliasi dengan JACCS MPM Finance, serta Mizuho Bank, Ltd. (Mizuho).

Adapun fasilitas pinjaman sindikasi luar negeri kali ini, kata Hajimu, adalah kali keenam yang diperoleh perseroan. Sebelumnya, pada Mei tahun 2019, perseroan juga telah mendapat fasilitas serupa senilai US$ 250 juta dari 20 lembaga keuangan.

Dalam konteks strategi diverifikasi sumber pendanaan, leasing ini pun tengah dalam proses menerbitkan Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan I JACCS MPM Finance Indonesia Tahap I Tahun 2022. Perusahaan dalam hal ini menargetkan penghimpunan total dana Rp 600 miliar.

"Perseroan terus berhati-hati dalam rencana memperoleh sumber pendanaan, di antaranya dengan mengurangi porsi pinjaman valuta asing. Tentunya hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan pendanaan dan kondisi pasar," ujar Hajimu.

Lebih jauh, Hajimu menilai industri pembiayaan di Tanah Air secara umum masih punya prospek yang sangat baik pada periode ini. Hal tersebut terlihat dari tren pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 3,69 persen pada tahun 2021.

Didukung oleh konsumsi, investasi pemerintah serta konsumsi masyarakat, Hajimu memprediksi prospek pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih cerah. Selain itu, pertumbuhan pasar otomotif di Tanah Air terbilang menjanjikan sebagai yang terbesar di Asia Tenggara.

Ia pun yakin perusahaan bisa memperkuat bisnis perusahaan multifinance, terutama berkat dukungan kuat dari para pemegang saham. "Tepatnya dukungan keuangan dari JACCS dalam mendapatkan sumber dana dengan biaya yang kompetitif, serta dukungan ekosistem bisnis MPMX sehubungan dengan pembiayaan sepeda motor baru merek Honda."

BISNIS

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus