MINAT mendirikan pusat perbelanjaan (supermarket) belakangan ini
meningkat. Banyaknya pengusaha yang berminat terjun ke sektor
itu diam-diam telah membuat harga tanah, terutama di pusat
kegiatan bisnis, meroket. Di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta,
tempat pelbagai kegiatan bisnis, jika masih ada tanah lowong,
seorang pengusaha berani membelinya dengan harga Rp 600 ribu per
meter persegi.
Tingginya harga tanah di salah satu pusat bisnis paling ramai
itu, menurut direktur sebuah kantor akuntan publik, menunjukkan
bahwa usaha itu masih belum jenuh di Jakarta. Dia menilai,
sesudah kelompok Gelael Supermarket sukses membuka usaha di 13
kota, bisnis itu termasuk yang paling menguntungkan.
Anggapan seperti itu dibenarkan oleh Dick Gelael, 50 tahun,
direktur utama PT Gelael Supermarket. Dia bahkan berani
memastikan untuk kota besar seperti Jakarta masih butuh tambahan
20 supermarket lagi.
Usaha jasa di sektor ini jumlahnya kini sudah mencapai 16 buah
di Jakarta. Yang bisa dibilang spermarket, menurut Gelael, baru
tujuh saja. Sisanya, menurut dia, adalah "supermarket" yang
hanya "menjajakan barang-barang kalengan." Jika mereka ini harus
menjual daging atau buah segar pula, "modal Rp 500 juta tak
bakalan bisa," katanya lagi.
Untuk mendirikan supermarket, menurut Dick Gelael, dibutuhkan
dana sedikitnya Rp 1 milyar. Dana sebesar itu, katanya, paling
cocok digunakan untuk membangun usaha di pinggiran kota Jakarta,
tempat kebanyakan kaum elite tinggal. Dia sendiri, katanya,
sudah berpikir ke arah itu. Sebidang tanah yang dibelinya dengan
harga di bawah Rp 100 ribu per meter persegi sudah pula
diperolehnya di pinggiran Jakarta. Di Bali dia sudah membuka
supermarketnya di tengah sawah di jalan Sanur - Denpasar.
Karena itulah dia agak menyesali upaya sejumlah pendatang baru
yang berlomba membuka supermarket di pusat kota atau menyewa
ruang di plaza. Selain kurang taktis, karena sulit menyediakan
lapangan parkir, usaha mereka ini dinilainya hanya merusakkan
harga tanah dan sewa ruangan saja. Sewa ruangan di Ratu Plaza,
Jakarta, yang US$ 13 per meter persegi setiap bulan, dinilainya
kelewat tinggi. Apalagi harus membayar enam bulan di muka. Oleh
karena itu, dia mengaku "menyesal" membuka Gelael Supermarket di
Ratu Plaza. "Itu merupakan proyek rugi," katanya.
Suka atau tidak, sejumlah pengusaha yang membangun plaza dan
pusat perbelanjaan toh tak berarti harus menghentikan
tawarannya. Henry Onggo, pemilik Ratu Plaza, kini sedang
membangun pusat perbelanjaan dan perkantoran The Jakarta
Landmark di Dukuh Atas, Jakarta. Apakah Dick Gelael juga akan
terjun ke situ belum jelas benar. Yang pasti, Dick, yang
memegang monopoli Kentucky Fried Chicken, sudah pula membuka
bisnis ayam goreng Amerika itu di Gadjah Mada Plaza, Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini