Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Setelah guncangan cina

Dolar hong kong merosot. makin banyak orang yang melarikan modalnya keluar. dolar hong kong anjlok dengan 9,2% terhadap satu dolar AS pada 24 september 1983. (eb)

15 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HONG Kong, pusat perdagangan Asia yang terkenal itu, lagi gundah. Penduduk di koloni Inggris itu hampir tiap hari menyerbu berbagai pusat perbelanjaan, memborong barang sejadi-jadinya. "Suasananya bagaikan besok ada perang saja," kata seorang bankir dari The Hong Kong and Shanghai Banking Corporation. "Padahal, stok barang lebih dari cukup." Berbagai bank juga sibuk melayani para nasabahnya yang setiap pagi antre untuk mencairkan simpanannya, atau menukarkan dalam mata uang doilar AS. Suasana panik itu, yang mirip isu akan adanya tindakan sanering di Indonesia tempo hari, makin terasa ketika dollar Hong Kong anjlok dengan 9,2% terhadap satu dollar AS pada 24 September lalu. Guncangan itu hanya dalam waktu tiga jam. Gubernur Hong Kong, Sir Edward Youde, pekan lalu mencoba menenangkan suasana, tapi masyarakat rupanya masih belum hilang dari kagetnya. Kabar burung, seperti biasa, cepat menjalar bagaikan penyakit menular: banyak toko yang mulai menolak menerima dollar Hon Kon. Sebuah surat kabar setempat malah memberitakan para penjual ayam di Kow-loon hanya mau menerima dollar AS. Beberapa toko memang sudah memasang harga dalam dollar Amerika. Melihat gelagat yang tak baik itu, pemerintah terpaksa mengeluarkan pengumuman "Barang siapa menolak menerima pembayaran dalam dollar Hong Kong, masyarakat diharap segera melaporkannya ke polisi." Tapi bagi masyarakat koloni Inggris yang secara praktis itu, mereka tentu tak suka dianggap menjadi informan. Soalnya, para pedagang merasa tak pasti kalau harus memasang harga dalam dollar Hong Kong. "Karena harga-harga bisa berubah setiap saat," kata seorang pemilik toko. Ketidakpastian itu bermula ketika tersiar kabar bahwa daerah seluas 1.000 kilometer persegi, dan berpenduduk lima setengah juta orang, itu akan jatuh ke tangan RRC pada 1 Juli 1997, saat habisnya masa sewa koloni Inggris itu. Rakyat di Hong Kong sendiri kabarnya sudah pasrah menunggu saat diturunkannya bendera Inggris, Union Jack, 14 tahun lagi. Tidak demikian dengan 30.000 penduduknya - para bankir, industrialis, dan kaum pedagang - yang sudah merasa kerasan dengan sistem perekonomian yang bebas. Sistem perekonomian kapitalis, yang hampir-hampir murni berjalan di Hong Kong, tadinya telah membuat banyak pemilik modal dari Singapura hijrah ke sana, ketika pemerintahan Lee Kuan Yew mulai berkuasa. Di bawah sistem itu pula Hong Kong, yang dulunya pulau karang, kemudian menonjol sebagai pusat keuangan No. 3 di dunia. Dan sekalipun dollarnya lagi lembek, adalah Hong Kong yang sampai sekarang merupakan partner dagang penting AS. Sebanyak 40% ekspornya masuk ke AS, yang sekarang mulai membaik ekonominya. Bagi para pedagang di Indonesia, suasana Hong Kong sekarang tentunya tak mereka biarkan lewat begitu saja. Mengimpor barang dari Hong Kong dengan sendirinya lebih murah. "Harga-harga dari sana sekarang lebih miring," kata seorang importir di Jakarta. Harga jual satu dollar Hong Kong ditempat penukaran valuta asing pada 24 September lalu masih bertahan RP 124. Tapi dua hari sesudah shock 24 September, orang bisa memperoleh Rp 117 untuk satu dollar Hong Kong. Pada 3 Oktober lalu, pasaran dollar Hong Kong di Jakarta kembali pulih. Tapi Senin lalu harga jual dollar Hong Kong di money changer PT Ayumas Gunun Agung, Jakarta, turun lagi menjadi Rp 117, sedangkan harga belinya Rp 107. Bisa jadi dollar Hong Kong akan tambah merosot. Dan gerakan melarikan modal ke luar koloni Inggris itu semakin dahsyat. Tapi seorang anggota Politbiro RRC, Xu Zhongxun, yakin suasana hiruk-pikuk itu cuma gejala sementara. "Apa pun yang terjadi, Hong Kong bakal terus berkembang. Baik uang maupun manusia (yang pergi) akan kembali. Mereka yang merasa waswas boleh saja pergi. Mereka boleh kembali lagi kelak," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus