Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Luhut dan Sri Mulyani Terpesona Pada Bandara Banyuwangi

Luhut dan Sri Mulyani meninjau Bandara Banyuwangi untuk pertemuan IMF dan Bank Dunia.

2 Maret 2018 | 08.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kanan) memainkan gitar milik Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dalam acara Lelang Sukarela barang koleksi pribadi para pejabat negara di Kementerian Keuangan, Jakarta, 28 Februari 2018. Acara lelang digelar dalam rangka memperingati 110 tahun lelang di Indonesia. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Banyuwangi - Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menkeu Sri Mulyani Indrawati, dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengunjungi Kabupaten Banyuwangi, Kamis, 1 Maret 2018. Kedatangan mereka ini untuk meninjau kesiapan daerah tersebut dalam menyambut Annual Meeting IMF dan Bank Dunia di Bali, Oktober 2018 mendatang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Banyuwangi telah ditunjuk oleh pemerintah pusat menjadi daerah penyangga Bali dalam ajang yang diikuti 18.000 delegasi dari ratusan negara itu. Sebagian delegasi penting dari berbagai negara dijadwalkan mendarat di Bandara Banyuwangi.

Mendarat di Banyuwangi, para menteri dan gubernur BI disambut Bupati Abdullah Azwar Anas. Luhut dan rombongan diberi udeng, penutup kepala khas Suku Using, masyarakat asli Banyuwangi. Adapun Menkeu Sri Mulyani dikalungi scarf batik khas Banyuwangi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Luhut dan rombongan kemudian berkeliling menyusuri terminal Bandara Banyuwangi yang baru saja beroperasi setelah sekitar dua tahun dibangun. Itu merupakan terminal bandara berkonsep hijau pertama di Indonesia. Bupati Anas menerangkan, terminal bandara itu dibangun menggunakan APBD Rp 45 Miliar. Sebagian besar bahan yang digunakan adalah kayu bekas.

Terminal bandara mengedepankan konsep rumah tropis dengan penghawaan alami, sehingga nyaris tanpa AC. Desain interior minim sekat untuk menjamin sirkulasi udara dan sinar matahari. Hampir setiap sudut terminal dikelilingi kolam ikan untuk mengoreksi tekanan udara, sehingga suhu ruang tetap sejuk. Terminal bandara ini juga mengadopsi kebudayaan lokal dengan mengusung kekhasan masyarakat Suku Using dalam arsitekturnya.

”Sehingga ini bukan hanya bandara, tapi landmark baru yang menarik wisatawan,” kata Anas dalam rilis yang diterima Tempo, Kamis, 1 Maret 2018. Mendengar penjelasan tersebut, Luhut, Sri Mulyani, dan Agus Martowardojo pun menunjukkan keterkejutannya. Keduanya cukup kaget karena tidak menyangka dana yang dikeluarkan cukup murah untuk membangun bandara dengan hasil yang sangat baik.

"Wah, hebat juga kamu ya, Nas. Bandaranya sangat representatif untuk acara itu (Annual Meeting IMF-Bank Dunia). Coba lihat rumputnya saja bagus ini, padahal ada di bandara lain pakai duit APBN, rumputnya saja kering," kata Menteri Luhut kepada Anas disambut tawa semua rombongan.

Luhut dan rombongan tampak mencermati detil bangunan. Sesekali melihat atap yang menghijau. Matanya juga tak luput dari lapis-lapis kayu bekas yang didesain sebagai penyekat ruang. Gemericik kolam ikan membuat Luhut tampak nyaman menyusuri terminal bandara.

Terakhir sebelum beranjak dari bandara, Menkeu Sri Mulyani mengajak rombongan berselfie di depan hamparan sawah yang juga menjadi daya tarik pemandangan bandara. “Hebat bandaranya, sangat layak untuk menyambut delegasi internasional,” kata Sri Mulyani.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus