Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Manisnya Rezeki Hari Raya

Mereka yang jeli melihat peluang menangguk untung lumayan selama Ramadan.

13 Oktober 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LILIS Yuliswati punya patokan penting setiap tahun. Ramadan dan hari raya Idul Fitri. Itulah saatnya pembuat kue simping itu melipatgandakan produksi. Sejak awal Ramadan, perempuan berusia 40 tahun itu bisa menghabiskan bahan baku sampai 60 kilogram dalam sehari. Padahal, di luar bulan puasa, paling banter dia hanya bisa mengolah sekitar 20 kilogram.

Yang ikut melonjak tentu saja pendapatan Lilis. Dalam sehari, Lilis rata-rata bisa menjual kue khas Kampung Kaum, Purwakarta, Jawa Barat ini sampai Rp 500 ribuan. Tak terlalu besar, memang. Tapi untuk ukuran bisnis yang cuma bermodal awal Rp 1 juta, pencapaian Lilis yang mulai menekuni usaha ini mulai 2003 sungguh sangat lumayan.

Itu baru Lilis seorang. Di Kampung Kaum, ada 20 produsen simping seperti dia. Dari tangan mereka, tak kurang dari 3.000 lusin bungkus kue simping mengalir tiap pekannya ke pasar-pasar di seantero Jawa dan beberapa kota di pulau-pulau lain. ”Hari-hari biasa saja omzetnya hampir Rp 110 juta dalam sepekan,” kata Lilis. ”Musim Lebaran begini bisa berlipat tiga.”

Setiap hari, dua pekerja di dapur hampir tanpa henti mengisi tungku setiap kali simpingnya matang. Satu pekerja lagi khusus bertugas melakukan pengepakan di ruang tengah. Pada saat Lebaran, pesanan mengalir deras dari kota-kota di sekitar Purwakarta, hingga Bandung dan Jakarta. ”Banyak juga orang Purwakarta di luar negeri minta dikirimi simping. Katanya sebagai obat kangen,” katanya.

Simping bentuknya bundar tipis dan bisa matang hanya dalam semenit dipanggang di atas tungku khusus. Bahan dasarnya tepung tapioka dicampur terigu dan santan. Karena tipisnya, kue ini akan langsung lumat di lidah begitu masuk mulut. Itulah sensasi yang dikangeni penggemarnya, selain aneka rasa hasil racikan Lilis, seperti stroberi, cokelat, pisang, udang kering, dan pedas.

Yang tak kalah untung pada saat puasa adalah para pedagang kelapa muda seperti Satum alias Gordon. Keringnya kerongkongan setelah sehari puasa memang akan amat segar bila digelontor dengan air kelapa muda. Manisnya pasar inilah yang dirasakan lelaki 25 tahun itu di depot penampungan kelapa miliknya di ujung Jalan Raya Pasar Minggu menuju Depok, di selatan Jakarta.

”Dua truk tiap hari,” katanya soal banyaknya kelapa yang dapat dijualnya. Meningkat dua kali lipat dibanding hari-hari biasa. Sebagian kelapa itu didatangkan dari Lampung, tapi kebanyakan berasal dari Sukabumi bagian selatan seperti Jampang Kulon, Surade, dan Pelabuhan Ratu.

Tiap truk sedikitnya berisi 2.500 butir kelapa, dan maksimal tiga ribuan. Gordon menjualnya Rp 2.000 per butir bagi pembeli yang memborongnya dalam jumlah besar untuk dijual lagi. Maklum, banyak juga pedagang ”kambuhan” pada bulan ini. ”Yang saya jual eceran sendiri paling cuma 400-an,” katanya. Dengan tambahan es batu dan pemanis vanila, harganya Rp 3.000 per butir. Jadi, hari-hari ini, ada Rp 6-7 juta berputar di gubuk penampungannya yang sudah reot itu.

Berkah memang mengalir deras selama Ramadan dan Idul Fitri. Setiap kali Ramadan tiba, Bank Indonesia harus menyiapkan uang ekstra untuk mengguyur kebutuhan belanja yang melonjak hampir di semua level. Tahun ini, uang tambahan itu mencapai Rp 32,5 triliun atau hampir 27 persen dari jumlah uang yang beredar di masyarakat sampai akhir September, sekitar Rp 121 triliun.

Pada saat puasa, keluarga muslim Indonesia rata-rata memang membelanjakan uangnya lebih besar ketimbang hari biasa. Apalagi menjelang Lebaran, mereka biasanya menerima tambahan pendapatan berupa uang tunjangan hari raya (THR). Karena itulah, bagi orang-orang yang jeli melihat peluang seperti Lilis dan Satum, puasa dan Lebaran menjadi saat yang tepat untuk menggelembungkan kantong mereka.

Y. Tomi Aryanto, Nanang Sutisna (Purwakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus