PENDAPATAN iklan harian Banjarmasin Post (oplah 17.500),
Banjarmasin, tetap tak meningkat. Tahun lalu iklan yang
ditampungnya hanya mendatangkan Rp 60 juta. Secara berkelakar
H.J. Djok Mentaja, pimpinan umumnya, menyebut bahwa
penghasilannya dari iklan setahun sama dengan iklan Kompas
dalam beberapa hari. "Keputusan Dewan Pers sedikit sekali
pengaruhnya buat kami," ungkapnya.
Justru dengan maksud menolong media cetak (pers) lemah di
daerah, Dewan Pers (1 Maret 1980) mengeluarkan keputusan yang
membatasi koran terbit dengan 12 halaman -- dengan iklan 30% dan
berita 70%. Semula diduganya iklan yang tak tertampung lagi di
koran Jakarta yang kuat seperti Kompas dan Sinar Harapan akan
mengalir ke pers daerah. Ternyata, sekalipun harus antre
menunggu pemuatan, biro iklan Jakarta masih lebih senang pada
koran Jakarta. Betapapun mahal tarif iklannya (Kompas,
misalnya, Rp 2.000/mm kolom), koran Jakarta yang luas dalam
peredaran masih dianggap oleh biro iklan lebih tepat dan murah
untuk menjangkau konsumen.
Akibatnya, pers daerah harus mengejar iklan dengan sedikit
pengorbanan. Banjarmasin Post, misalnya, seting melakukan
tarif berdamai, sekalipun sejak awal Januari tarif iklannya
naik dari Rp 350 menjadi Rp 500/mm kolom. Secara fisik lebih 30%
dari 12 halaman koran itu terisi iklan. "Tapi setelah dihitung,
hasilnya tidaklah besar," ujar Djok.
Dalam kondisi seperti itu, persaingan antara sesama koran daerah
memperebutkan tetesan iklan berjalan sengit. Harian Mandala
(oplah 15.000), Bandung, mengerahkan sejumlah gadis cantik untuk
mencari iklan dengan imbalan komisi 20-30%. Hasilnya lumayan.
Tahun lalu iklannya mendatangkan sekitar Rp 40 juta.
Bandung Post (oplah 10.000), Bandung, tak mau ketinggalan.
Sebagai media Pemerintah Daerah Jawa Barat, ia selalu menurunkan
laporan khusus sampai dua dari delapan halamannya bila suatu
kabupaten atau kotamadya merayakan hari jadi. Biasanya sejumlah
pengusaha rekanan pcmerintah daerah yang berhari jadi itu
sekaligus memasang iklan ucapan selamat. "Hasilnya lumayan, bisa
lebih dari Rp 1 juta, setiap ada penulisan seperti itu," ungkap
Mohammad Siddik, pimpinan redaksinya. Iklan semacam itu bisa
diandalkan rupanya, karena di Jawa Barat ada 24 kabupaten dan
kotamadya.
Demi Pemerataan
Tapi ketika koran daerah masih sulit mencari iklan, baru-baru
ini muncul majalah bisnis Manajemen Jakarta, yang menyedot
banyak iklan. Mengantungi Surat Tanda Terdaftar (STT), majalah
ini diterbitkan biro iklan Matari bersama Lembaga Manajemen.
Kalangan pers menyebut biro iklan itu bermain tidak baik dengan
memasukkan sumber iklan yang dikelolanya ke penerbitan sendiri.
Paul W. Karmadi, direktur operasi Matari tentu membantahnya.
Tampaknya Dewan Pers masih akan harus menetapkan apakah biro
iklan boleh berusaha juga di bidang penerbitan. Yang jelas ialah
majalah pemegang STT tidak diperkenankan menerima iklan secara
berlebihan.
Untuk menolong pers lemah lagi, Dewan Pers juga akan membatasi
halaman majalah (112 halaman) dengan iklan 30% dan berita 70%.
Diduga sidang Dewan Pers yang berlangsung di Medan akhir
Februari akan menelurkan keputusan itu. Iklan yang selama ini
banyak disedot sejumlah majalah di Jakarta diharapkannya akan
mengalir ke pers daerah yang lemah itu.
Tapi Dewan Pers disebut juga akan meninjau kembali keputusannya
(1 Maret 1980 yang membatasi iklan di koran. Sejumlah anggota
Dewan Pers telah mengusulkan agar volume iklan di koran
dinaikkan dari 30% ke 40% untuk menangkap limpahan dari TVRI
yang menghapuskan iklan mulai April. "Tapi demi kepentingan
pemerataan, koran seyogyanya tetap terbit 12 halaman," kata
Soekarno SH, Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika.
Akan tertolongkah pers., daerah dengan sejumlah keputusan tadi?
Jawabannya masih akan ditentukan oleh sikap dan penilaian
sejumlah biro iklan Jakarta. Jumlah pers daerah yang dianggap
mereka memenuhi syarat dan tepat sebagai media promosi tidaklah
banyak. Bali Post (Denpasar), Surabaya Post dan Jawa Pos
(Surabaya), Suara Merdeka (Semarang), Pikiran Rakyat (Bandung),
Sinar Indonesia Baru dan Analisa (Medan), Pedoman Rakyat
(Ujungpandang), Kedaulatan Rakyat (Yogyakarta) serta Banjarmasin
Post -- itu saja koran daerah yang berkenan di hati sejumlah
biro iklan Jakarta.
Rata-rata hanya 10-20% volume iklan yang dimuat koran daerah
berasal dari biro iklan Jakarta, yang meminta pula potongan
sampai lebih 50%. "Hitung-hitung dengan potongan segala macam,
kami hanya kebagian 30% saja. Tapi apa boleh buat, kami sedang
butuh," ujar Krisna Harahap SH, pemimpin redaksi Mandala.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini