Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Menanti kasihan biro iklan

Dewan pers membatasi iklan di koran dan majalah, tujuannya agar pers daerah kebagian rejeki. tapi biro iklan jakarta lebih suka antri dan bayar mahal pada koran jakarta karena peredarannya luas. (md)

31 Januari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENDAPATAN iklan harian Banjarmasin Post (oplah 17.500), Banjarmasin, tetap tak meningkat. Tahun lalu iklan yang ditampungnya hanya mendatangkan Rp 60 juta. Secara berkelakar H.J. Djok Mentaja, pimpinan umumnya, menyebut bahwa penghasilannya dari iklan setahun sama dengan iklan Kompas dalam beberapa hari. "Keputusan Dewan Pers sedikit sekali pengaruhnya buat kami," ungkapnya. Justru dengan maksud menolong media cetak (pers) lemah di daerah, Dewan Pers (1 Maret 1980) mengeluarkan keputusan yang membatasi koran terbit dengan 12 halaman -- dengan iklan 30% dan berita 70%. Semula diduganya iklan yang tak tertampung lagi di koran Jakarta yang kuat seperti Kompas dan Sinar Harapan akan mengalir ke pers daerah. Ternyata, sekalipun harus antre menunggu pemuatan, biro iklan Jakarta masih lebih senang pada koran Jakarta. Betapapun mahal tarif iklannya (Kompas, misalnya, Rp 2.000/mm kolom), koran Jakarta yang luas dalam peredaran masih dianggap oleh biro iklan lebih tepat dan murah untuk menjangkau konsumen. Akibatnya, pers daerah harus mengejar iklan dengan sedikit pengorbanan. Banjarmasin Post, misalnya, seting melakukan tarif berdamai, sekalipun sejak awal Januari tarif iklannya naik dari Rp 350 menjadi Rp 500/mm kolom. Secara fisik lebih 30% dari 12 halaman koran itu terisi iklan. "Tapi setelah dihitung, hasilnya tidaklah besar," ujar Djok. Dalam kondisi seperti itu, persaingan antara sesama koran daerah memperebutkan tetesan iklan berjalan sengit. Harian Mandala (oplah 15.000), Bandung, mengerahkan sejumlah gadis cantik untuk mencari iklan dengan imbalan komisi 20-30%. Hasilnya lumayan. Tahun lalu iklannya mendatangkan sekitar Rp 40 juta. Bandung Post (oplah 10.000), Bandung, tak mau ketinggalan. Sebagai media Pemerintah Daerah Jawa Barat, ia selalu menurunkan laporan khusus sampai dua dari delapan halamannya bila suatu kabupaten atau kotamadya merayakan hari jadi. Biasanya sejumlah pengusaha rekanan pcmerintah daerah yang berhari jadi itu sekaligus memasang iklan ucapan selamat. "Hasilnya lumayan, bisa lebih dari Rp 1 juta, setiap ada penulisan seperti itu," ungkap Mohammad Siddik, pimpinan redaksinya. Iklan semacam itu bisa diandalkan rupanya, karena di Jawa Barat ada 24 kabupaten dan kotamadya. Demi Pemerataan Tapi ketika koran daerah masih sulit mencari iklan, baru-baru ini muncul majalah bisnis Manajemen Jakarta, yang menyedot banyak iklan. Mengantungi Surat Tanda Terdaftar (STT), majalah ini diterbitkan biro iklan Matari bersama Lembaga Manajemen. Kalangan pers menyebut biro iklan itu bermain tidak baik dengan memasukkan sumber iklan yang dikelolanya ke penerbitan sendiri. Paul W. Karmadi, direktur operasi Matari tentu membantahnya. Tampaknya Dewan Pers masih akan harus menetapkan apakah biro iklan boleh berusaha juga di bidang penerbitan. Yang jelas ialah majalah pemegang STT tidak diperkenankan menerima iklan secara berlebihan. Untuk menolong pers lemah lagi, Dewan Pers juga akan membatasi halaman majalah (112 halaman) dengan iklan 30% dan berita 70%. Diduga sidang Dewan Pers yang berlangsung di Medan akhir Februari akan menelurkan keputusan itu. Iklan yang selama ini banyak disedot sejumlah majalah di Jakarta diharapkannya akan mengalir ke pers daerah yang lemah itu. Tapi Dewan Pers disebut juga akan meninjau kembali keputusannya (1 Maret 1980 yang membatasi iklan di koran. Sejumlah anggota Dewan Pers telah mengusulkan agar volume iklan di koran dinaikkan dari 30% ke 40% untuk menangkap limpahan dari TVRI yang menghapuskan iklan mulai April. "Tapi demi kepentingan pemerataan, koran seyogyanya tetap terbit 12 halaman," kata Soekarno SH, Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika. Akan tertolongkah pers., daerah dengan sejumlah keputusan tadi? Jawabannya masih akan ditentukan oleh sikap dan penilaian sejumlah biro iklan Jakarta. Jumlah pers daerah yang dianggap mereka memenuhi syarat dan tepat sebagai media promosi tidaklah banyak. Bali Post (Denpasar), Surabaya Post dan Jawa Pos (Surabaya), Suara Merdeka (Semarang), Pikiran Rakyat (Bandung), Sinar Indonesia Baru dan Analisa (Medan), Pedoman Rakyat (Ujungpandang), Kedaulatan Rakyat (Yogyakarta) serta Banjarmasin Post -- itu saja koran daerah yang berkenan di hati sejumlah biro iklan Jakarta. Rata-rata hanya 10-20% volume iklan yang dimuat koran daerah berasal dari biro iklan Jakarta, yang meminta pula potongan sampai lebih 50%. "Hitung-hitung dengan potongan segala macam, kami hanya kebagian 30% saja. Tapi apa boleh buat, kami sedang butuh," ujar Krisna Harahap SH, pemimpin redaksi Mandala.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus