Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA — Saham emiten yang bergerak di bidang teknologi masih lesu menuju pengujung tahun ini. Saham teknologi pun menjadi sektor dengan penurunan nilai terdalam sepanjang tahun ini, yaitu anjlok hingga 25,97 persen secara tahun berjalan (year to date) di rentang 6.868,15-7.047.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada pekan lalu, indeks saham sektor teknologi tercatat masih melemah, yaitu sebesar 1,22 persen. Hal itu di satu sisi sejalan dengan pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) dan indeks sektor-sektor lainnya akibat ancaman resesi global yang kian nyata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vice President Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, menuturkan hal itu tak terlepas dari kinerja emiten-emiten teknologi, khususnya yang memiliki nilai kapitalisasi besar, seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), yang belum juga berhasil mencatatkan keuntungan. Walhasil, investor tak dapat berekspektasi tinggi, termasuk pada harga saham emiten tersebut. “Tentu harapannya ke depan akan ada perbaikan di sisi bisnis, ada pertumbuhan profitabilitas, kerugian bisa dikurangi,” ujarnya, kemarin, 2 Oktober 2022.
Perusahaan juga dituntut berinovasi dan merombak strategi bisnis agar bisa segera mencetak keuntungan. Di antaranya berfokus pada layanan yang menjadi penopang pertumbuhan dan melakukan efisiensi biaya promosi dan pemasaran yang jorjoran. GoTo saat ini memiliki tiga segmen bisnis yang menjadi sumber pendapatan perusahaan, yaitu e-commerce, on demand, dan financial technology (fintech).
Hingga akhir semester I 2022, GOTO dilaporkan masih mencatatkan kerugian bersih senilai Rp 13,64 triliun, naik dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,28 triliun. Adapun pada akhir pekan lalu, saham GOTO tercatat melemah 4,65 persen ke level Rp 246. “Investor tetap perlu mencermati dan berhati-hati jika ingin berinvestasi di sektor ini karena masih cenderung akan mengalami penurunan,” kata Wawan.
Aplikasi BukaLapak di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Tantangan Era Suku Bunga Tinggi
Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewanto, mengungkapkan bahwa era suku bunga tinggi yang berlangsung secara global menjadi tantangan tersendiri bagi emiten sektor teknologi. “Hal ini akan membuat emiten kesulitan memperoleh dana murah yang akan digunakan untuk melakukan promosi atau bakar uang,” ucapnya. Investor di sisi lain juga terpantau melakukan rebalancing portofolio di tengah era suku bunga mahal, di mana saham emiten teknologi menjadi salah satu opsi untuk dikurangi bobot portofolionya.
Pandhu sepakat bahwa emiten teknologi, seperti GoTo, kemudian PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang bergerak di bidang e-commerce, perlu terus menyiasati kerugian yang dialami untuk perlahan dikurangi dengan berfokus pada pertumbuhan bisnis yang sehat dan berkelanjutan. “Selain melakukan akuisisi menarik pelanggan baru, bisa juga meningkatkan daya tarik ekosistem platform masing-masing, sehingga semakin kompetitif,” kata dia.
Tren lesu saham teknologi tak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga pada bursa global. Di bursa saham Amerika Serikat, misalnya, saham perusahaan teknologi mencatatkan kerugian besar karena investor berbondong-bondong mengalihkan portofolionya pada aset investasi yang lebih defensif guna merespons kenaikan suku bunga.
Saham Apple, contohnya, tercatat turun hampir 5 persen, karena risiko pelemahan penjualan produk, termasuk siklus pembelian iPhone 14 yang dirilis bulan lalu karena ancaman inflasi. Dibanding akhir tahun lalu, saham Apple telah mengalami penurunan lebih dari 20 persen, sejalan dengan penurunan indeks Nasdaq yang mencapai 31 persen.
GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo