SUARA sirene itu meraung keras tepat pada pukul 07.55. Para
buruh yang berseragam biru muda dengan cepat membentuk kelompok,
berjajar rapi bagai pasukan yang akan apel pagi. Dari corong
pengeras suara terdengar irama lagu senam pagi. Dan semua yang
hadir, dari buruh, pegawai staf sampai pimpinan PT National
Gobel -- yang membentuk barisan tersendiri -- segera melakukan
senam bersama (taiso) lima menit.
Acara berikutnya pembacaan tujuh prinsip perusahaan, antara
lain: "Berbakti pada negara melalui industri" serta "Bersyukur
dan berterima kasih". Segera sesudah itu terdengar irama mars
perusahaan. Disusul penjelasan pengawas pabrik pada
masing-masing kelompok tentang tugas mereka hari itu. Ada juga
kesempatan bagi salah seorang buruh untuk mengemukakan saran
lisan pada teman-temannya.
Tiap hari kerja pemandangan seperti itu bisa dijumpai di pabrik
PT National Gobel yang terletak di Jalan Raya Jakarta-Bogor.
Tepat pukul 11.45 sirene meraung lagi. Para buruh berlarian ke
ruang cafetaria, untuk makan siang gratis. Menu hari itu: sayur
asam, tumis kangkung dan rendang telur yang bisa ditukar dengan
ikan goreng. Nasi disediakan tak terbatas. Pagi hari sebelum
kerja para buruh mendapat segelas susu ditambah sepotong roti
manis.
Berbagai slogan menghias kompleks pabrik yang luasnya 16 hektar
itu. Di halaman depan terpasang poster yang berbunyi: "Memberi
saran secara aktif berarti anda kreatif". Sedang yang di dinding
ruang makan berbunyi: "Motto 1981: Tingkatkan rasa tanggung
jawab terhadap perkataan, perbuatan dan perencanaan."
Yang sangat mengesankan adalah keadaan kompleks pabrik yang
sangat bersih. "Kami memang menanamkan rasa disiplin yang tebal
pada buruh," kata Thomas Uly, Direktur PT National Gobel. Buruh
yang membuang puntung rokok bukan di tempat yang disediakan akan
didenda Rp 250. Bagi pegawai staf dendanya lebih besar: Rp
25.000 Bagi anggota direksi Rp 250.000 dan anggota komisaris Rp
1 juta.
Tidak terlihat buruh pria yang berambut gondrong. Itu termasuk
larangan perusahaan. Salah satu hal lain yang bisa mengakibatkan
denda adalah menambah nasi tapi kemudian menyisakannya.
Jaminan sosial Gaji buruh terendah Rp 28.600 dan yang tertinggi
untuk jabatan kepala seksi sekitar Rp 160.000 (untuk 20 hari
kerja). "Kami tak mempunyai buruh harian, semua bulanan," ujar
Thomas Uly.
Menurut dia, di perusahaannya karyawan dianggap partner
pimpinan. Buruh yang telah bekerja 5 tahun mendapat hadiah saham
perusahaan yang bernilai nominal Rp 1.000 (saat ini nilai
nyatanya Rp 13.200). "Itu saham langsung Pak Gobel," kata
Thomas. Moh. Gobel adalah Komisaris Utama perusahaan yang
mempunyai sekitar 3.000 buruh itu.
Poliklinik disediakan buat para buruh. Biaya perawatan rumah
sakit ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan. Seluruh pekerja
dimasukkan Astek dan Asuransi Kecelakaan. Tiap tahun selain
hadian Lebaran, para buruh mendapat bonus 3 bulan gaji. Tiap
musim haji, sekitar 10 buruh menunaikan ibadat haji dengan biaya
perusahaan.
Buruh yang terlambat datang akan ditegur atasannya. Yang datang
lebih pagi mendapat hadiah uang Rp 350. Kalau selama seminggu
teratur datang lebih pagi dan pulang tepat jam bubar (pukul
16.00) akan mendapat tambahan Rp 500. Sabtu dan Minggu seluruh
buruh libur, kecuali bagi yang lembur.
"Di sini tenang, tidak ada pertikaian masalah perburuhan," kata
Thambrin Mosii, Ketua SB Elektronika Basis PT National Gobel.
Basis buruh di sana berdiri sejak 1974. Dan Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) ada sejak 1978.
Toh tenang tidak selalu berarti tidak ada keluhan. "Kalau
tentang kesejahteraan sosial kami puas, cuma gaji yang tidak
cukup," kata seorang buruh. Ia tidak tahu tatkala ditanya siapa
ketua serikat buruh di perusahaannya. "SB itu malah menjadi
intel perusahaan untuk menekan upah kami," tambahnya.
"Perusahaan seolah-olah memaksa diri ingin mengejar target,"
cerita buruh lain yang telah bekerja 3 tahun di PMA Jepang
(Matsushita) itu. Akibat bekerja terburu-buru sering terjadi
kecelakaan kecil, yang untung mendapat santunan perusahaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini