SEAKAN satu kebetulan saja, berita tentang sukses roadshow PT Barito Pacific Timber (BPT) muncul bersamaan dengan penegasan dari tim pengarah Departemen Keuangan tentang lima perusahaan termasuk BPT yang lulus dari peninjauan ulang. Karena BPT lulus, penyertaan dana PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (PT Taspen) yang baru-baru ini ramai dibicarakan di DPR tidak akan ditarik dari BPT. Empat perusahaan lain yang dinyatakan lulus adalah PT Marga Mandala Sakti, PT Bukaka Teknik Utama, PT Pasaraya, dan Pentasena Arthasentosa. Itu berarti kini BPT tinggal menunggu lampu hijau Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk masuk bursa. Adapun penarikan diri Salomon Brothers bank investasi di Hong Kong yang semula bermaksud menjadi co-lead underwriter bersama PT Makindo juga tidak menjegal proses masuk bursa BPT. Singkat kata, isu Salomon tidak membenamkan popularitas saham ini di mata investor asing. Malah, di luar dugaan, perjalanan promosi ke New York, Boston, Paris, London, Tokyo, Hong Kong, dan Singapura yang dilakukan PT Makindo (penjamin pelaksana emisi BPT) bisa dikatakan berbuah ganda. Selain berhasil menggaet perusahaan sekuritas Crosby yang berpusat di Inggris sebagai pengganti Salomon untuk menjadi lead manager di pasar AS BPT juga mencatat ledakan pesanan saham dari investor asing. Info yang diterima Sani Permana pialang efek PT Srikandi Securities dari pihak Makindo memastikan bahwa saham Barito di pasar asing oversubscribed enam kali. Berarti, jumlah pesanan enam kali lebih banyak dibandingkan dengan jumlah saham yang dijatahkan. Sani mengetahui hal ini ketika menghadiri public expose BPT di Singapura. Namun, tak begitu jelas faktor-faktor apa yang mendorong investor asing membeli saham BPT. Tampaknya, situasi perekonomian di AS dan beberapa negara Eropa yang ''jalan di tempat'' telah mendorong investor di sana lebih gencar menjajaki pasar modal di Asia. ''Wajar kalau kini mereka mulai mengalihkan sasaran pada Asia yang dianggap emerging market karena pertumbuhannya rata-rata 69 persen per tahun,'' ujar seorang pialang di BEJ. Bagi pasar modal lokal, besarnya minat asing ini pertanda baik paling tidak, akan menyemarakkan pasar. ''Sampai saat ini, bursa kita masih bersifat foreign driven market. Artinya, investor lokal akan lebih bergairah bila investor asing berminat besar pada saham lokal,'' kata Dandossi Matram, juru bicara Ikatan Pialang Efek Jakarta. Kelebihan pesanan asing ini bisa saja mendorong pembelian saham Barito via investor lokal. Namun, kekhawatiran bahwa pembelian itu akan melampaui batas pemilikan saham oleh investor asing (maksimum 49 persen) dianggap Dandossi tak beralasan. Sebab, Bapepam sudah menetapkan, sebelum penawaran perdana dibuka, penjamin emisi harus melakukan company listing, yakni berupa penjatahan saham. Demi pemerataan, penjatahan itu diatur melalui formula yang mendahulukan investor lokal individu, lalu institusi lokal, dan terakhir barulah investor asing. Anehnya, biarpun pihak asing menggebu-gebu, investor lokal cenderung untuk ''tunggu dulu''. Mereka tampaknya tak berminat menabrak saham BPT di pasar perdana yang akan dibuka awal bulan depan. Sumber TEMPO yang mengelola dana pensiun sebuah BUMN, misalnya, lebih suka menunggu saham Barito di pasar sekunder. Selain ini lebih aman, ia mengakui bahwa pembelian obligasi tahun lalu dirasakan sudah cukup menyedot dana. Ivan Haris
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini