Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Meniup Makanan atau Minuman Panas, Ini Bahayanya bagi Kesehatan

Jangan biasakan meniup makanan dan minuman panas karena berdampak buruk bagi kesehatan. Apa saja efeknya?

18 Mei 2021 | 20.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar
ilustrasi minuman panas/ dok. Rika Ekawati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ada yang mengatakan meniup makanan atau minuman panas berlawanan dengan sunah Nabi Muhammad SAW. Ternyata, selain tidak sesuai dengan sunah, kebiasaan ini juga bisa berbahaya bagi kesehatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dr. Adeline Jaclyn, meniup makanan panas dapat mentransfer mikroorganisme berbahaya. “Terdapat studi yang meneliti jumlah mikroorganisme pada makanan panas yang ditiup dan tidak ditiup. Didapatkan hasil perbedaan yang signifikan antara keduanya, yaitu lebih banyak mikroorganisme pada yang ditiup,” ungkap Adeline.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dr. Dyah Novita Anggraini juga mengatakan meniup makanan panas dapat menyebabkan kontaminasi mikroorganisme penyebab penyakit. “Tidak boleh meniup makanan panas. Itu lebih kepada kuman yang ada di mulut atau bakteri di dalam mulut bisa berpindah ke dalam makanan,” ungkap Dyah.

Dia memaparkan, saat meniup makanan tubuh akan melepaskan karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO). Karbon dioksida yang dilepaskan bereaksi dengan partikel air (H2O) di dalam makanan dan menghasilkan pembentukan asam karbonat (H2CO3). Karbon monoksida itu sendiri saja sudah beracun.

Jadi, jika mengonsumsi makanan setelah meniupnya, tubuh akan kemasukan lebih banyak asam karbonat dan karbon monoksida. Hal tersebut berisiko mengganggu keseimbangan asam atau alkali tubuh, yang mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme.

Ilustrasi menghirup minuman panas. (Pixabay.com)

Sementara itu, dilansir dari paraporshi.com, disebutkan saat kita menghirup makanan atau minuman panas, karbon dioksida dilepaskan dari mulut, yang merupakan sinyal kimiawi. Reaksi kimia uap air dan karbon dioksida menghasilkan asam karbonat dan turunannya yang bersifat asam. Kita tahu pH darah dari tubuh manusia yang kuat dan sehat berfluktuasi dari 7,35 menjadi 7,45 persen, yang sedikit bersifat basa. Ketika pH di bawah 7 itu asam dan di atas 7 itu basa dan pH 7 netral.

Jika pH darah dalam tubuh berada di bawah 7,2 atau 7,6 desimal, maka terdapat berbagai gejala seperti sakit kepala, mual, kebingungan, mati rasa, bahkan bisa menyebabkan penyakit serius. Perubahan pH darah merupakan gejala dari beberapa penyakit utama. Misalnya asma, diabetes, jantung, ginjal, paru-paru, asam urat, infeksi, keracunan, dan perdarahan.

Untuk diketahui, organ paru-paru dan ginjal bisa menahan perubahan pH darah. Paru-paru melepaskan karbon dioksida dari tubuh dan melepaskan senyawa asam berbahaya melalui urin ginjal. Jika pola makan tidak seimbang, yaitu makanan bersifat basa atau asam, maka pH darah dapat berubah dan itu meningkatkan risiko penyakit serius.

Karena itu, waspadai asupan makanan. Aspek lain adalah jika meniup makanan dan minuman, maka kuman akan keluar dari mulut dan jatuh ke makanan, meski sebagian besar mikroba dalam makanan dihancurkan di dalam mulut. Sisanya dihancurkan oleh asam klorida yang disimpan di perut. Setelah itu, mungkin timbul sakit perut.

Bahaya lain adalah bisa membuat keracunan makanan. Keracunan biasanya disebabkan oleh makanan yang busuk, tidak sehat, atau makanan dan minuman yang didisinfeksi. Besarnya kenaikan tingkat keracunan ini terlihat dengan bertambahnya tingkat pemanasan. Ini karena makanan terbuang dalam panas atau dapat dengan mudah menghasilkan racun dengan menyebarkan kuman, yang bisa menyebabkan sakit perut, masalah pencernaan, diare, muntah, dalam banyak kasus.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus