Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Mentan Ungkap Tantangan dalam 100 Hari Kerja di Era Prabowo Subianto

Menurut Mentan Amran, tantangan utama di Kementerian Pertanian adalah berasal dari faktor lingkungan yang menghambat produksi komoditas pangan.

30 Januari 2025 | 22.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memberikan pemaparan saat konferensi pers di Gedung Kementerian Pertanian, Jakarta, 26 November 2024. ANTARA/Muhammad Ramdan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkap sejumlah tantangan yang ia hadapi selama bekerja di 100 hari pertama di bawah komando Presiden Prabowo Subianto. Menurut Amran, tantangan utama di Kementerian Pertanian adalah berasal dari faktor lingkungan yang menghambat produksi komoditas pangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tantangannya kemarin ada El Nino, ada La Nina, ada kekeringan. Dan itu tantangan luar biasa," ucapnya saat ditemui di Hotel The Westin Jakarta, pada Kamis, 30 Januari 2025. Saat memberi sambutan di acara 'Outlook 2025: Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia' ia sempat mencurahkan isi hatinya soal tantangan-tantangan tersebut. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di hadapan audiens di West Java Ballrom, Amran bercerita bagaimana Indonesia terancam krisis pangan saat 22 negara memutuskan membatasi ekspor. Pembatasan ekspor beras itu pernah disampaikan oleh Presiden ketujuh Indonesia, Joko Widodo pada September 2023 silam. Menurut Amran, kondisi krisis iklim sejak itu masih berpengaruh terhadap kinerjanya kini sebagai Menteri Pertanian di Kabinet Merah Putih. 

Menurut Amran, Indonesia bisa bertahan melewati krisis akibat pandemi Covid-19, tapi tidak dengan krisis pangan. Ia yakin krisis pangan akibat kondisi lingkungan bisa membuat Indonesia bermasalah. "Sehingga Presiden, Bapak Presiden Prabowo memerintahkan pada kami, prioritaskan pangan. Dunia dalam kondisi tidak baik-baik saja," ujar Amran.

Atas perintah itu, Amran mengklaim telah melakukan sejumlah jurus untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya beras di dalam negeri. Strategi itu adalah lewat program seperti optimalisasi lahan rawa 352 ribu hektare, pompanisasi sawah tadah hujan 1 juta hektare, transformasi pertanian lewat mekanisasi, regenerasi petani ke generasi milenial hingga refocusing anggaran.

Amran mengklaim strategi itu membuahkan hasil yang cukup menggembirakan berdasarkan data proyeksi produksi beras Badan Pusat Statistik (BPS). "Yaitu produksi melompat cukup tinggi pada Januari-Februari dibanding tahun lalu. Itu rata-rata 50 persen kenaikannya," ucap Amran. BPS memperkirakan produksi beras pada Januari 2025 bisa mencapai 1,2 juta ton dan Februari 2025 sebesar 2,08 juta ton.

Dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024, proyeksi itu meningkat dibanding realisasi produksi beras sebesar 874 ribu ton per Januari dan 1,3 juta ton per Februari. Mundur pada 2023, realisasi produksi beras nasional pada Januari tercatat mencapai 1,3 juta ton dan Februari sebesar 2,8 juta ton. 

Selain menghadapi tantangan iklim, Amran mengatakan internal Kementerian Pertanian sempat terguncang karena pegawainya terindikasi melanggar peraturan. Amran mengibaratkan itu sebagai El Nino yang membuat 60 orang pegawai Kementan dimintai pertanggung jawaban. "Pernah kami copot 11 orang satu hari," kata Amran. 

Sebelumnya Amran memecat 11 pegawainya yang terlibat dalam aktivitas ilegal pengedaran pupuk palsu. Pegawai yang telah diberhentikan itu sebelumnya menduduki posisi direktur, pejabat eselon II dan III, serta staf yang memproses pengadaan pupuk. 

Hanin Marwah berkontribusi pada penulisan artikel ini. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus