Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menyodok Pasaran Dalam Negeri

PT. Sistim Komunikasi Nusantara melakukan demonstrasi penggunaan stasiun bumi kecil (SBK) di Malaysia usaha memasarkan timbul setelah pernyataan PM. Huse In Onn bahwa Malaysia akan menyewa palapa. (eb)

19 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEKAN lalu, selama dua hari bertumt-turut, PT Sistim Komunikasi Nusantara (SKN) melakukan demonstrasi penggunaan stasiun bumi kecil (SBK) dalam rangka sistim komunikasi satelit domestik di Kualalumpur, Malaysia. Demonstrasi semacam ini untuk pertama kalinya dilakukan perusahaan ini di luar negeri. Hasilnya? "Sukses, paling tidak secara tehnis," ujar Aburizal Bakrie, 32 tahun, Direktur Utama PT SKN. Secara tehnis demonstrasi itu memang berhasil. Hubungan telepon langsung dengan menggunakan stasiun bumi itu antara Wapres Adam Malik di Jakarta dengan Wakil PM Malaysia Datuk Mahathir di Kualalumpur Senin pagi lalu berlangsung jelas. "Seolah bercakap di sebelah dinding saja," komentar Mahathir pada TEMPO. Hingga Aburizal berani menyimpulkan: "Ada pertanda kemungkinan Malaysia membeli stasiun bumi ini lebih besar." Didirikan Pebruari lalu, PT SKN merupakan usaha orang-orang muda. Perusahaan ini terutama memasarkan hasil produksi PT Radio Frequency Communication (RFC) yang berlokasi di Bandung. "Kami bermaksud memusatkan RFC hanya pada produksi saja. Untuk memperluas pemasaran, bekerja sama dengan beberapa kawan dibentuklah PT SKN," ujar Hardianto Kamarga, 32 tahun, Dir-Ut PT RFC yang dalam PT SKN duduk sebagai Komisaris Utama. Lulusan ITB jurusan Elektro pada 1971 ini menjabat Presiden Direktur RFC sejak Nopember lalu. Perusahaannya terutama bekerja atas pesanan dan menghasilkan peralatan elektronis dan sistim telekomunikasi. "Kami memproduksi bukan berdasar lisensi, tapi kami membeli tehnologi ini dari perusahaan asing," kata Hardianto. Hingga didapat kebebasan lebih besar termasuk membuat disain baru. Saat ini sebagian produksi masih berupa asembling, tapi persentase imbangan yang dibuat sendiri makin membesar dari tahun ke tahun. Dengan jumlah karyawan 160 orang, RFC yang didirikan dengan fasilitas PMDN pada 1969 ini merupakan satu-satunya perusahaan dalam negeri dalam bidang produksi sistim telekomunikasi. Sebagian besar produksinya dipergunakan oleh instansi pemerintah seperti Departemen Keuangan, PLN Jawa Barat, Pemda DKI dan Jawa Barat dan juga Ditjen Telkom. Dengan jumlah penjualan sekitar Rp 500 juta per tahun, usaha pribumi ini cukup maju. PT ini misalnya telah membangun 9 SBK untuk Hankam di berbagai tempat di Indonesia. Bilyar Usaha memasarkan SBK ke Malaysia merupakan usaha memasarkan hasil tehnologi tinggi ke luar negeri kedua setelah PT Nurtanio berhasil menjual pesawat terbang dan helikopternya ke beberapa negara asing. Mengapa Malaysia? Ini timbul setelah PM Hussein Onn dalam pertemuannya dengan Presiden Soeharto di Yogyakarta Maret lalu menyatakan niat Malaysia untuk menyewa satelit Palapa. Gagasan ini makin berkembang setelah delegasi HIPMI di bawah Abdul Latief Maret lalu berkunjung ke sana. Dengan cepat rencana segera disusun. Bekerja sama den'gan usaha bumiputera Sanshiba Electronics Berhad milik Tunku Iskandar, dalam waktu kurang dari 2 minggu demonstrasi dipersiapkan. "Kami tak mungkin berhasil tanpa pengertian dan bantuan pemerintah," cerita Aburizal dan Hardianto. Untuk mengangkut stasiun bumi dan perlengkapannya termasuk antena parabol 5 meter disewa pesawat Hercules dari AURI. Ditjen Bea Cukai membantu dengan bersedia memeriksa barang yang akan diangkut ke luar negeri di tempat pemberangkatannya di Bandung. Ditjen Telekom membantu beberapa tenaga ahli termasuk kehadiran Dirjen Telkom Mayjen Suriadi di Kualalumpur. Malaysia sendiri seperti juga Indonesia untuk komunikasi internasionalnya menyewa satelit Intelsat dari ITT di samping menggunakan sistim kabel laut. "Kalau akan menggunakan Palapa, itu sebagai pelengkap dari sistim yang sudah ada, terutama untuk tempat-tempat terpencil yang belum ada infra-strukturnya," kata Mahathir. Saat ini Malaysia sedang mempelajari kemungkinan penggunaan stasiun bumi kecil ini dalam rangka rencananya menyewa Palapa. Pada taraf pertama diperkirakan Malaysia akan membangun sekitar 10 stasiun bumi ini. Harga stasiun bumi produksi RFC ini antara Rp 100-Rp 125 juta. Pejabat-pejabat Malaysia tampaknya cukup terkesan pada demonstrasi ini. "Sya tak mengira Indonesia mempunyai kebolehan dan kecakapan seperti ini," kata seorang pengunjung demonstrasi. Biaya demonstrasi di Kualalumpur dan juga di Bangkok yang akan dilakukan akhir bulan ini adalah sekitar Rp 50 juta. Apakah biaya promosi ini akan bisa kembali? "Kalau dimisalkan main bilyar, bola sasaran kami yang pertama adalah dalam negeri, yang berikutnya baru luar negeri," kata Aburizal. Maksudnya pasaran utama yang lebih besar ada di Indonesia. Lalu apa guna segala promosi di luar negeri ini? "Supaya dalam negeri yakin bahwa produksi kami bermutu tinggi tidak kalah dengan produksi asing. Kalau melihat negara lain mau membeli produksi kita, mereka akan bisa lebih yakin," tutur Aburizal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus