JOOP Ave, Dirjen Pariwisata yang tinggi besar itu, ada di Macao
pekan ini. Bukan untuk main judi. Tapi untuk mengikuti sebuah
konvensi wisata bersama 47 pengusaha dari Indonesia. Bekas
Dirjen Protokol dan Konsuler Deplu yang fasih tiga bahasa -
Belanda, Inggris dan Prancis - kini merasa sebagai orang bisnis.
"Ya saya harus pandai menjual Indonesia ke mana pun saya pergi,"
katanya.
Apa saja yang akan dijual Joop Ave dalam tahun ini, setelah
pemerintah memberlakukan masa bebas visa untuk wisatawan asing
dari 26 negara "Wah banyak, antara lain gunung berapi," katanya
kepada Fikri Jufri dari TEMPO yang mewawancarainya pekan lalu,
sehari sebelum ia bertolak ke Singapura dan Macao. Beberapa
petikan:
POTENSI pariwisata di Indonesia sungguh tanpa batas. Bukan saja
alamnya dan latarbelakang kebudayaan yang berbeda, tapi besarnya
negara kita yang terdiri dari 13.667 pulau. Kalau kita tak
melihat adanya potensi itu, ya rugi sendiri.
Sulitnya masih banyak orang yang menilai sektor tersebut dari
segi yang negatif. Itu terdengar dari DPR, pers, para pemuka
masyarakat dan beberapa pejabat sendiri. Selalu saja saya
mendapat pertanyaan tentang bahaya pelacuran, ganja, rusaknya
budaya kita, dan sensitivitas sekuriti. Mengapa? Karena
pariwisata masih dipandang dari sudut keamanan.
Jadi pariwisata butuh suatu iklim yang terbuka?
Itu jelas. Kita perlu membuka pintu untuk orang asing yang bisa
membantu ekonomi Indonesia, selaras dengan kemauan kita. Bicara
soal pariwisata adalah bicara soal manusia. Dan manusia tidak
suka dihambat diinterogasi. Manusia suka kebebasan. Saya amat
gembira ketika pemerintah mengambil suatu keputusan yang sangat
mendasar di bidang pariwisata: dari pendekatan sekuriti menjadi
pendekatan ekonomi.
Tapi unsur keamanan kan tetap diperlukan di sini?
Betul. Untuk pariwisata yang bertanggung jawab untuk keamanan
adalah polisi. Tapi bagi saya itu kurang cukup. Maka saya
usulkan kepada pihak kepolisian agar dibentuk kesatuan polisi
khusus - polisi pariwisata. Ternyata usul itu ditanggapi secara
baik. Di Bali misalnya pihak polisi sendiri telah mengambil
prakarsa itu.
Apakah Anda merasa Bali telah dirusak?
Menggantungkan pariwisata dari satu tujuan saja, ternyata memang
dapat merusak. Saya merasa butuh untuk membicarakan soal ini
secara mendalam dengan pemukapemuka Bali, termasuk yang tinggal
di Jakarta. Saya melihat ada beberapa bahaya yang kini mengancam
Bali, khususnya di bidang pariwisata. Mulai rusaknya lingkungan,
dan gejala komersialisasi yang semakin menjadi-jadi.
Bisakah Anda menjelaskan lebih jauh tentang itu?
Ketika membuka Munas Temu Wisata baru-baru ini di Bali, saya
berpesan: Jangan sampai para wisatawan yang datang ke Bali
melalul usaha promosi tentang keagungan dan kehebatan Pulau
Bali, hanya disajikan suatu produk komersial yang sangat
dangkal. Banyak puri dan monumen yang telantar. Sebaliknya yang
tumbuh adalah toko, dan beberapa tontonan seperti barong, tari
cak dan legong yang sudah dikomersialisasikan.
Apakah atraksi yang menurut Anda komersial itu juga banyak
dikeluhkan para wisatawan? Bali yang tidak lestari boleh jadi
akan membuat para turis tak ingin datang lagi. Di tepi jalan
raya yang tahun lalu diresmikan oleh Presiden, sekarang bisa
dijumpai gunungan sampah. Juga mulai bermunculan rumah mewah
model sekarang yang banyak terdapat di Jakarta, sekalipun
terpampang papan sebesar gajah yang melarang timbulnya bangunan
baru di situ. Ini juga saya kira merusak lingkungan.
Memang setiap kelompok wisatawan mencari atraksi yang berlainan.
Tapi saya bisa melaporkan banyak wisatawan sekarang merasakan
dan beranggapan Bali sudah terlalu komersial. Mereka bahkan
merasa terganggu ketika berkunjung ke Kintamani misalnya,
melihat sepak terJang para pedagang acungan, yang seakan memaksa
mereka untuk membeli, dengan menarik-narik lengan, dan
mengacung-acungkan patung dagangannya ke muka wisatawan.
Bagaimana mengatasinya?
Adalah orang Bali sendiri yang harus mengatasi gejala
komersialisasi itu. Kegemaran untuk membawa wisatawan ke toko
saya kira bukan kesalahan para pramuwisata saja, yang mencari
komisi. Tapi sudah kait-mengait antara satu bos dengan bos yang
lain.
Masa bebas visa yang baru-baru ini dikeluarkan tidak termasuk
Timur Tengah. Kenapa? Timur Tengah sampai sekarang baru omong
saja. Sasaran mereka adalah Eropa dan Amerika, juga beberapa
negara ASEAN seperti Muangthai? Atraksi yang ada di Indonesia
mungkin kurang menarik mereka.
Tapi jangan lupa ada puluhan ribu warga Indonesia yang bermuhm
di Arab Saudi. Mereka berduit, dan pasti ingin menengok tanah
airnya. Bukankah itu sasaran yang perlu dijaring? Itu merupakan
salah satu harapan, yang saya serahkan kepada Dubes RI di sana,
Pak Ahmad Tirtosudiro, untuk meneliti apakah ada potensi paket
wisata ke Indonesia.
Mana yang lebih banyak membawa masuk dollar: wisatawan kelompok
atau perorangan?
Indonesia memiliki forein independent tourists (FIT) yang
tinggi. Mereka dalam dunia wisata tergolong yang top. Hotel di
Jakarta yang rata-rata memiliki 82% tingkat penghunian kamar,
kebanyakan diisi oleh kaum bisnis. Dan orang-orang yang datang
untuk konvensi.
Kabarnya ada anjuran agar orang Eropa mencari tempat tamasya di
negeri sendiri. Besarkah akibatnya untuk Indonesia?
Ada kecenderungan di dunia pariwisata untuk memperpendek jarak
bepergian akibat resesi ekonomi. Karena Indonesia letaknya
begitu jauh dari Eropa Barat - pasaran terbesar kita - dan tiket
pesawat merupakan bagian terbesar dari paket wisatawan, jelas
kita terkena. Di Belanda ada program pariwisata yang berbunyi:
"Tinggallah di rumah. Kami menyediakan tempat wisata yang
menarik buat Anda." Devaluasi mata uang Franc Prancis baru-baru
ini, membuat kita kehilangan 40.000 calon wisatawan dalam
setahun. Demikian pula dengan Italia.
Kini Indonesia berusaha menarik wisatawan dari kawasan Asia
Pasifik dan ASEAN. Pasaran paling besar adalah Jepang, dan
Australia. Jepang dalam keadaan sekarang masih bisa
mempertahankan Jumlah turis dari 4,3 juta menjadi 3,9 juta orang
tahun ini. Tapi persaingan untuk merebut mereka masuk juga amat
tajam. Sedang dari Australia, sekalipun volumenya besar, tapi
umumnya termasuk low yield. Mereka umumnya tinggal di
tempat-tempat murah seperti Kuta, dengan pengeluaran rata-rata
sekitar 10 dollar sehari.
Daya pikat apa lagi yang bisa Anda kemukakan kepada wisatawan?
Pernah saya tanyakan kepada orang asing, apa yang pertama kali
menarik dia kalau bicara soal Indonesia. Jawabnya sungguh di
luar dugaan: gunung berapi. Sadarkah kita bahwa Indonesia
memiliki gunung berapi aktif yang terbanyak di dunia? Banyak
orang, antara lain dari Swiss meminta brosur tentang itu, bahkan
banyak pula yang ingin datang untuk membuat buku. Adakah di
antara pengarang Indonesla yang sudah membuat buku tentang
gunung berapi?
Ada lagi yang Anda lihat di samping gunung berapi?
Sekarang ada trend baru: Kembali ke alam (back to nature). Tidak
perlu lagi membangun hotel besar. Lihat Hotel Benakutai di
Balikpapan yang cuma delapan tingkat, dan dikunjungi wisatawan
berpakaian fang, dan berdompet tebal. Mereka senang diajak naik
kapal menyusuri sungai besar, menyaksikan sendiri kekayaan flora
dan fauna di Kalimantan. Mereka tergila-gila ketika melihat
burung besar terbang di atas kepala mereka. Anda bisa mengerti
mengapa pemerintah mengangkat seorang menteri untuk melestarikan
lingkungan hidup.
Berapa tebal dompet orang-orang itu? Mereka paling tidak
menghabiskan 250 dollar dalam sehari.
Tersediakah pramuwisata yang pandai untuk itu?
Saya memang sedang mengarah ke sana. Ketika membuka Istana
Presiden, saya sudah menyiapkan sejumlah anak-anak muda untuk
dididik menjadi pramuisata. Hasilnya lumayan. Sedang
direncanakan untuk mencarikan wadah bagi mereka - suatu embrio
dari organisasi Perhimpunan Duta Wisata Indonesia. Mereka akan
berdiri sendiri, bukan kepanjangan usaha dari biro perjalanan.
Bicara tentang 'kembali ke alam', bagaimana dengan Irian?
Saya kira ini membutuhkan suatu dialog nasional. Kalau kita mau
menjual Irian. jelas kita perlu melestarikan kehidupan di sana,
termasuk koteka. Ini bertentangan dengan politik nasional. Saya
merasa tidak kompeten bicara soal Irian. Kalau saja melalui
dialog nasional, DPR dan pemerintah setuju, Irian pasti
merupakan daya tarik yang dahsyat bagi wisatawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini