Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Mba Lokal Dari Kemang

Kursus modul dasar IMPM membuka kuliah angkatan ketiga, beberapa peserta mengungkapkan manfaat dari kursus tersebut.(pdk)

16 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENDIDIKAN manajemen semakin ramai. Ambisi Institut Manajemen Prasetiya Mulya (IMPM), Jakarta, untuk mencetak Master of Bsiness Administration (MBA) misalnya. terus dirintis. April ini angkatan kedua IMPM untuk kelas modul dasar sudah akan selesai. Angkatan ketiga akan dimulai akhir April nanti. Sementara kursus modul kedua, bidang keuangan, direncanakan dibuka September nanti. Tapi sudah adakah manfaat lulusan institut itu yang cuma baru ikut modul dasar bagi perusahaan-perusahaan? Menurut pimpinan PT Pembangunan Jaya, yang pada angkatan pertama mengirimkan 10 karyawan untuk mengikuti pelajaran modul dasar, memang ada perubahan dalam perusahaan tersebut. Kerja sama kini menonjol di perusahaan itu. Dalam pelajaran modul dasar, salah satu topiknya memang membahas "semangat kerja sama dalam menyelesaikan suatu persoalan." Felicia misalnya, karyawan dari bagian perencanaan real estate PT Pembangunan Jaya, merasa memperoleh ilmu yang tak pernah didapat dari fakultasnya. "Dulu saya tak begitu paham membuat budjet, membuat rencana kerja, misalnya. Semua saya lakukan menurut yang pernah dilakukan orang lain di bagian saya," tutur insinyur sipil lulusan FTUI berumur 26 tahun itu. "Kini selain saya bisa bikin rencana sendiri, terasa pekerjaan itu semakin menyenangkan." Manfaat yang sama juga didapat Sukirman, seorang pimpinan di Taman Impian Jaya Ancol. "Dalam menganalisa masalah yang muncul dalam pekerjaan, saya jadi memikirkan juga semua yang terlibat, dan saya merasa perlu pula mendengarkan pendapat mereka," tuturnya. Yang memandang IMPM dengan agak hati-hati adalah PT Indira, perusahaan yang bergerak dalam penerbitan buku. "Sebenarnya tak ada hal baru yang sara peroleh," tutur Bambang Wahyudi, general manager PT Indira kepada TEMPO. "Cuma yang menarik, kursus ini sembilan puluh persen membahas kasus, dan cuma sepuluh persen kuliah." Dengan begitu kini Bambang mengaku bisa memahami sikap dan pikiran orang-orang yang bekerja di perusahaannya, yang sebelumnya sulit diketahui. Karena itu ia merencanakan mengirimkan beberapa karyawannya untuk mengikuti kursus modul dasar di IMPM. Hingga kini IMPM masih menyelenggarakan kuliah di Hotel Kemang, Kebayoran Baru. Kampus yang direncanakan dibangun di kawasan Cilandak, belum jadi. Untuk memperoleh MBA ada enam modul yang harus ditempuh peserta: modul dasar, keuangan, produksi, pemasaran, sumber daya manusia, dan modul perangkat manajemen strategis dan kebijakan bisnis. Tampaknya. banyak yang berminat menikuti keenam modul itu seluruhnya. Misalnya Adityawarman dari PT Pembangunan Jaya, peserta angkatan kedua modul dasar. Arsitek lulusan ITB 1977 ini mengaku wawasannya kini jadi bertambah luas dalam soal mengatur orang dan pekerjaan. "Maka saya berjanji untuk lulus hingga pelajaran terakhir," kata ayah seorang anak ini. Yang menarik lagi, selain mata pelajaran pokok ada pula pelajaran ekstra. Dan justru yang ekstra itulah yang disenangi Sutanta, 40 tahun, sarjana ekonomi UGM 1969. "Latihan membaca dan memahami suatu bacaan dengan cepat, sangat membantu saya," kata Sutanta. Dan termasuk pelajaran esktra ialah pelajaran menjaga stamina. "Misalnya menjaga mata agar tahan membaca lama," tambah Sutanta pula. Tapi apa beda IMPM dengan misalnya Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Managemen (LPPM) ? Mengapa IMPM menjanjikan gelar MBA, sementara pelajaran 10 bulan di LPPM yang bertujuan mendidik calon manajer dengan kemampuan yang generalis tidak memberikan gelar apa pun. "Status MBA memang belum kami persoalkan benar," kata Drs. Lo Siang Hien, salah seorang staf pengajar IMPM. "Yang penting kualitas pendidikan dan penghargaan dari dunia pengusaha yang memakai tenaga lulusan IMPM." Juga bagi Kwik Kian Gie, direktur pelaksana IMPM, soal gelar itu dianggap bukan masalah besar. Karena MBA yang dimaksud adalah MBA lokal. "Dengan titel MBA lokal itu IMPM tidak akan membebani pemerintah untuk mengakui kami," kata direktur pelaksana IMPM itu ketika meresmikan pembuatan gedung institut itu, November tahun lalu. LPPM sebenarnya pernah mencoba program MBA pada 1968-1969. "Tapi gagal, karena tiada biaya," kata Ir. J. Sadiman, ketua LPPM. Lantas LPPM mengubah program menjadi agak ringan, dengan menciptakan tenaga manajer yang generalis. Selama 10 bulan pendidikan itu sejak 1977. Rencananya tahun 1985 nanti program MBA LPPM akan dibuka lagi dengan perslapan yang lebih matang. Soalnya program MBA memang lebih berat, untuk tiap bidang manajemen dibahas secara lebih mendetil. "Dan itu membutuhkan banyak biaya. IMPM itu banyak uangnya, jadi bisa berjalan," kata Sadiman pula.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus