PENDIDIKAN manajemen semakin ramai. Ambisi Institut Manajemen
Prasetiya Mulya (IMPM), Jakarta, untuk mencetak Master of
Bsiness Administration (MBA) misalnya. terus dirintis. April
ini angkatan kedua IMPM untuk kelas modul dasar sudah akan
selesai. Angkatan ketiga akan dimulai akhir April nanti.
Sementara kursus modul kedua, bidang keuangan, direncanakan
dibuka September nanti. Tapi sudah adakah manfaat lulusan
institut itu yang cuma baru ikut modul dasar bagi
perusahaan-perusahaan?
Menurut pimpinan PT Pembangunan Jaya, yang pada angkatan pertama
mengirimkan 10 karyawan untuk mengikuti pelajaran modul dasar,
memang ada perubahan dalam perusahaan tersebut. Kerja sama kini
menonjol di perusahaan itu. Dalam pelajaran modul dasar, salah
satu topiknya memang membahas "semangat kerja sama dalam
menyelesaikan suatu persoalan."
Felicia misalnya, karyawan dari bagian perencanaan real estate
PT Pembangunan Jaya, merasa memperoleh ilmu yang tak pernah
didapat dari fakultasnya. "Dulu saya tak begitu paham membuat
budjet, membuat rencana kerja, misalnya. Semua saya lakukan
menurut yang pernah dilakukan orang lain di bagian saya," tutur
insinyur sipil lulusan FTUI berumur 26 tahun itu. "Kini selain
saya bisa bikin rencana sendiri, terasa pekerjaan itu semakin
menyenangkan."
Manfaat yang sama juga didapat Sukirman, seorang pimpinan di
Taman Impian Jaya Ancol. "Dalam menganalisa masalah yang muncul
dalam pekerjaan, saya jadi memikirkan juga semua yang terlibat,
dan saya merasa perlu pula mendengarkan pendapat mereka,"
tuturnya.
Yang memandang IMPM dengan agak hati-hati adalah PT Indira,
perusahaan yang bergerak dalam penerbitan buku. "Sebenarnya tak
ada hal baru yang sara peroleh," tutur Bambang Wahyudi, general
manager PT Indira kepada TEMPO. "Cuma yang menarik, kursus ini
sembilan puluh persen membahas kasus, dan cuma sepuluh persen
kuliah." Dengan begitu kini Bambang mengaku bisa memahami sikap
dan pikiran orang-orang yang bekerja di perusahaannya, yang
sebelumnya sulit diketahui. Karena itu ia merencanakan
mengirimkan beberapa karyawannya untuk mengikuti kursus modul
dasar di IMPM.
Hingga kini IMPM masih menyelenggarakan kuliah di Hotel Kemang,
Kebayoran Baru. Kampus yang direncanakan dibangun di kawasan
Cilandak, belum jadi. Untuk memperoleh MBA ada enam modul yang
harus ditempuh peserta: modul dasar, keuangan, produksi,
pemasaran, sumber daya manusia, dan modul perangkat manajemen
strategis dan kebijakan bisnis.
Tampaknya. banyak yang berminat menikuti keenam modul itu
seluruhnya. Misalnya Adityawarman dari PT Pembangunan Jaya,
peserta angkatan kedua modul dasar. Arsitek lulusan ITB 1977 ini
mengaku wawasannya kini jadi bertambah luas dalam soal mengatur
orang dan pekerjaan. "Maka saya berjanji untuk lulus hingga
pelajaran terakhir," kata ayah seorang anak ini.
Yang menarik lagi, selain mata pelajaran pokok ada pula
pelajaran ekstra. Dan justru yang ekstra itulah yang disenangi
Sutanta, 40 tahun, sarjana ekonomi UGM 1969. "Latihan membaca
dan memahami suatu bacaan dengan cepat, sangat membantu saya,"
kata Sutanta. Dan termasuk pelajaran esktra ialah pelajaran
menjaga stamina. "Misalnya menjaga mata agar tahan membaca
lama," tambah Sutanta pula.
Tapi apa beda IMPM dengan misalnya Lembaga Pendidikan dan
Pengembangan Managemen (LPPM) ? Mengapa IMPM menjanjikan gelar
MBA, sementara pelajaran 10 bulan di LPPM yang bertujuan
mendidik calon manajer dengan kemampuan yang generalis tidak
memberikan gelar apa pun. "Status MBA memang belum kami
persoalkan benar," kata Drs. Lo Siang Hien, salah seorang staf
pengajar IMPM. "Yang penting kualitas pendidikan dan penghargaan
dari dunia pengusaha yang memakai tenaga lulusan IMPM."
Juga bagi Kwik Kian Gie, direktur pelaksana IMPM, soal gelar itu
dianggap bukan masalah besar. Karena MBA yang dimaksud adalah
MBA lokal. "Dengan titel MBA lokal itu IMPM tidak akan membebani
pemerintah untuk mengakui kami," kata direktur pelaksana IMPM
itu ketika meresmikan pembuatan gedung institut itu, November
tahun lalu.
LPPM sebenarnya pernah mencoba program MBA pada 1968-1969. "Tapi
gagal, karena tiada biaya," kata Ir. J. Sadiman, ketua LPPM.
Lantas LPPM mengubah program menjadi agak ringan, dengan
menciptakan tenaga manajer yang generalis. Selama 10 bulan
pendidikan itu sejak 1977. Rencananya tahun 1985 nanti program
MBA LPPM akan dibuka lagi dengan perslapan yang lebih matang.
Soalnya program MBA memang lebih berat, untuk tiap bidang
manajemen dibahas secara lebih mendetil. "Dan itu membutuhkan
banyak biaya. IMPM itu banyak uangnya, jadi bisa berjalan," kata
Sadiman pula.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini