Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertanian atau Kementan menyatakan mendukung perbaikan metode perhitungan produksi padi atau beras oleh Badan Pusat Statistik. "Kami mengapresiasi BPS, ini kami tunggu-tunggu," ujar Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantoro di Kantor Kementan, Rabu, 24 Oktober 2018.
BACA: Kisruh Soal Beras, Ketika Setiap Pihak Berkukuh Datanya Benar
Syukur mengatakan, berdasarkan Undang-undang, data BPS adalah satu-satunya sumber referensi data pangan. Sehingga, persoalan metodologi, menurut dia, hanya bisa dijawab oleh BPS. "Titik kelemahan metode yang lama bisa ditanyakan kepada BPS, kami hanya pengguna data."
Menurut Syukur, langkah pemerintah mengevaluasi dan mengoreksi metode perhitungan produksi pangan itu layak mendapatkan apresiasi. Pasalnya, ia menilai langkah evaluasi itu perlu keberanian dari pemerintah.
"Sebenarnya, sudah ada rencana mengenai hal ini sejak rezim-rezim sebelumnya, namun tidak ada yang berani melakukan pembaharuan yang signifikan," kata Syukur.
BACA: Data Produksi Beras Lawas, BPS: Mari Lupakan Masa Lalu
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik atau BPS, Suhariyanto mengatakan bahwa metode penghitungan produksi padi atau beras belum pernah diperbaiki sejak 1997. Akibatnya, kata dia, banyak pihak menduga bahwa data penghitungan produksi sudah lagi tak tepat.
Hari ini BPS telah mengumumkan data baru mengenai Luas Panen dan Produksi Padi di Indonesia 2018. Data ini merupakan data baru hasil kerjasama antara BPS bersama dengan lembaga lain seperti BPPT, LAPAN dan BIG.
Data ini dikeluarkan dengan menggunakan perbaikan metodologi perhitungan data produksi beras melalui metode kerangka sampel area. Penyusunan data ini dilakukan melalui pencitraan satelit termutahir.
Suhariyanto mengatakan proses verifikasi data telah dilakukan di 16 provinsi sentra produksi padi. Dari verifikasi itu sebanyak 87 persen luas lahan baku sawah di Indonesia telah berhasil dipetakan. Sedangkan luas bahan baku sisanya ditargetkan selesai pada akhir tahun 2018. Hasilnya, luas baku lahan sawah yang berhasil diverifikasi sejauh ini mencapai 7,1 juta hektare dari semula 7,5 juta hektare.
Dalam rilisnya, BPS mencatat luas panen tahun 2018 diperkirakan mencapai 10,9 juta hektare. Adapun, berdasarkan perhitungan luas panen diperkirakan produksi gabah kering giling atau GKG mencapai 49,65 juta ton sampai September 2018.
Sedangkan, potensi produksi sampai Desember 2018 diperkirakan sebesar 56,54 juta ton gabah atau setara dengan 32,42 juta ton beras. Karena itu, dengan angka konsumsi beras memcapai 29,57 juta ton per tahun, maka diketahui surplus beras diperkirakan mencapai 2,85 juta ton.
DIAS PRASONGKO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini