Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mimpi Besar Syarief Tando

Pembentukan wadah koperasi mahasiswa, Kopindo (Koperasi Pemuda Indonesia), merupakan koperasi sekunder dari koperasi-koperasi primer mahasiswa. Ketua umumnya Syarief Tando.

22 Agustus 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARU berumur dua bulan Koprasi Pemuda Indonesia (Kopindo) sudah menarik perhatian. Dibangunnya asrama mahasiswa ITB berbentuk flat dan pondok pemuda yang berkapasitas 100 kamar di Cibodas, Jawa Barat. Sudah dirintis pula pembangunan Akademi Teknik Mobil dan ini yang mengundang kontroversi sebuah hotel bertaraf internasional di Ujungpandang. "Kami sudah bertekat ikut terjun ke bisnis besar. Koperasi harus ikut bicara dalam perekonomian nasional," ujar Ir. Syarief Tando, Ketua Umum Kopindo. Karena itu Kopindo sebagai koperasi sekunder dari koperasi-koperasi primer mahasiswa, pelajar dan pemuda akan menjadikan anggotanya sebagai "organisasi ekonomi yang berwajah sosial," katanya. Sampai saat ini baru 10 koperasi primer yang jadi anggota Kopindo, tapi sudah banyak yang menyatakan keinginan untuk bergabung. Ide pembentukan wadah koperasi mahasiswa itu datang dari Dirjen Koperasi Dr. Soedjanadi Ronohadiwirjo. Tiga kali Soedjanadi mengumpulkan koperasi-koperasi mahasiswa hingga akhirnya terbentuk Kopindo Juni lalu di Malang. Syarief Tando, 36 tahun, salah seorang putra pengusaha terkenal Sidi Tando, sejak dua tahun lalu juga terjun membina koperasi pedagang pasar di Malang, dan terpilih sebagai ketua umum. Dia juga bergerak sebagai konsultan dan perencana bangunan. Awal tahun lalu dia berhasil memenangkan tender untuk rencana bangunan (disain) Pasar Turi dan tiga pasar lainnya di Surabaya. "Kita memang memerlukan pengurus yang punya visi bisnis," ujar Ir. Mohamad Iqbal, pengurus Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa Bandung. Iqbal, bekas Ketua Umum Dema ITB, sebagai Ketua I Kopindo. Semasih di ITB, Iqbal dikenal sebagai aktivis Masjid Salman. Di awal 1978 ia pernah ditahan bersama Herry Akhmadi, Ketua DM ITB waktu itu. "Kami sudah memutuskan agar setiap koperasi anggota Kopindo mengangkat manajer yang gajinya seperti di perusahaan swasta," ujar Iqbal yang belum lama berselang kabarnya pernah belajar koperasi di Swedia. Asrama mahasiswa yang akan diserahkan kepada Koperasi Keluarga Besar ITB tadi akan dikelola oleh manajer yang diangkat pengurus. "Manajer inilah yang harus memikirkan bagaimana supaya bisa memperoleh keuntungan. Misalnya dengan membuka toko buku, kantin dan usaha lain yang terkait erat dengan kebutuhan mahasiswa," sambung Ir Erlangga Ibrahim, sekretaris Kopindo. Kopindo sendiri akan memilih usaha tertentu yang tidak bakal menyaingi usaha anggotanya. Kalau bisa justru menunjang. Misalnya mendirikan usaha penerbitan untuk mensuplai toko-toko buku anggotanya. Karena itu Kopindo akan mengangkat beberapa orang manajer yang akan memimpin berbagai bisnisnya. Tapi bisnis besar yang pertama dipilihnya ternyata justru hotel. "Semula memang direncanakan agribisnis atau industri, tapi karena ini langkah pertama perlu memilih investasi yang aman," ujar Syarief. "Dengan memilih hotel, dana yang tertanam bisa terwujud tanah dan bangunan yang harganya tidak bakal turun," katanya. Primadona Dana untuk membangun hotel itu diperoleh dari kredit sebuah lembaga keuangan luar negeri. "Dia mau memberi kredit karena kita jamin pengelolanya profesional. Sudah kita putuskan manajemennya nanti akan kita serahkan ke Hyatt," tambah Syarief. Hotel itu nanti berkapasitas 250 kamar, tapi masih belum ditentukan di bagian mana Kota Ujungpandang akan dibangun. Di samping keuntungan dalam bentuk uang, Kopindo akan mengirimkan tenaga pengelola asrama mahasiswa dan pondok pemuda ke hotel itu. Usaha-usaha besar Kopindo itu nanti digambarkan akan bisa ikut bicara dalam ekonomi nasional. Misalnya kebutuhan berbagai jenis koperasi anggotanya bisa dipenuhi oleh usaha besar itu. Mimpi? "Memang banyak yang menyangsikan keberhasilan Kopindo. Mungkin ada juga yang sudah meramal akan bernasib sama dengan Desa Pemuda misalnya. Tapi justru kesangsian orang itulah yang mendorong kami," ujar Syarief. "Apalagi koperasi lagi jadi primadona sekarang ini. Perhatian yang begitu besar dari pemerintah pada koperasi jadi ladang yang subur buat ideliasme kami," ujar Syarief, Ketua Umum Dema ITB tahun 1970

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus