BARU berumur dua bulan Koprasi Pemuda Indonesia (Kopindo) sudah
menarik perhatian. Dibangunnya asrama mahasiswa ITB berbentuk
flat dan pondok pemuda yang berkapasitas 100 kamar di Cibodas,
Jawa Barat. Sudah dirintis pula pembangunan Akademi Teknik Mobil
dan ini yang mengundang kontroversi sebuah hotel bertaraf
internasional di Ujungpandang.
"Kami sudah bertekat ikut terjun ke bisnis besar. Koperasi harus
ikut bicara dalam perekonomian nasional," ujar Ir. Syarief
Tando, Ketua Umum Kopindo. Karena itu Kopindo sebagai koperasi
sekunder dari koperasi-koperasi primer mahasiswa, pelajar dan
pemuda akan menjadikan anggotanya sebagai "organisasi ekonomi
yang berwajah sosial," katanya.
Sampai saat ini baru 10 koperasi primer yang jadi anggota
Kopindo, tapi sudah banyak yang menyatakan keinginan untuk
bergabung. Ide pembentukan wadah koperasi mahasiswa itu datang
dari Dirjen Koperasi Dr. Soedjanadi Ronohadiwirjo. Tiga kali
Soedjanadi mengumpulkan koperasi-koperasi mahasiswa hingga
akhirnya terbentuk Kopindo Juni lalu di Malang. Syarief Tando,
36 tahun, salah seorang putra pengusaha terkenal Sidi Tando,
sejak dua tahun lalu juga terjun membina koperasi pedagang pasar
di Malang, dan terpilih sebagai ketua umum. Dia juga bergerak
sebagai konsultan dan perencana bangunan. Awal tahun lalu dia
berhasil memenangkan tender untuk rencana bangunan (disain)
Pasar Turi dan tiga pasar lainnya di Surabaya.
"Kita memang memerlukan pengurus yang punya visi bisnis," ujar
Ir. Mohamad Iqbal, pengurus Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa
Bandung. Iqbal, bekas Ketua Umum Dema ITB, sebagai Ketua I
Kopindo. Semasih di ITB, Iqbal dikenal sebagai aktivis Masjid
Salman. Di awal 1978 ia pernah ditahan bersama Herry Akhmadi,
Ketua DM ITB waktu itu. "Kami sudah memutuskan agar setiap
koperasi anggota Kopindo mengangkat manajer yang gajinya
seperti di perusahaan swasta," ujar Iqbal yang belum lama
berselang kabarnya pernah belajar koperasi di Swedia.
Asrama mahasiswa yang akan diserahkan kepada Koperasi Keluarga
Besar ITB tadi akan dikelola oleh manajer yang diangkat
pengurus. "Manajer inilah yang harus memikirkan bagaimana supaya
bisa memperoleh keuntungan. Misalnya dengan membuka toko buku,
kantin dan usaha lain yang terkait erat dengan kebutuhan
mahasiswa," sambung Ir Erlangga Ibrahim, sekretaris Kopindo.
Kopindo sendiri akan memilih usaha tertentu yang tidak bakal
menyaingi usaha anggotanya. Kalau bisa justru menunjang.
Misalnya mendirikan usaha penerbitan untuk mensuplai toko-toko
buku anggotanya. Karena itu Kopindo akan mengangkat beberapa
orang manajer yang akan memimpin berbagai bisnisnya.
Tapi bisnis besar yang pertama dipilihnya ternyata justru hotel.
"Semula memang direncanakan agribisnis atau industri, tapi
karena ini langkah pertama perlu memilih investasi yang aman,"
ujar Syarief. "Dengan memilih hotel, dana yang tertanam bisa
terwujud tanah dan bangunan yang harganya tidak bakal turun,"
katanya.
Primadona
Dana untuk membangun hotel itu diperoleh dari kredit sebuah
lembaga keuangan luar negeri. "Dia mau memberi kredit karena
kita jamin pengelolanya profesional. Sudah kita putuskan
manajemennya nanti akan kita serahkan ke Hyatt," tambah Syarief.
Hotel itu nanti berkapasitas 250 kamar, tapi masih belum
ditentukan di bagian mana Kota Ujungpandang akan dibangun. Di
samping keuntungan dalam bentuk uang, Kopindo akan mengirimkan
tenaga pengelola asrama mahasiswa dan pondok pemuda ke hotel
itu.
Usaha-usaha besar Kopindo itu nanti digambarkan akan bisa ikut
bicara dalam ekonomi nasional. Misalnya kebutuhan berbagai jenis
koperasi anggotanya bisa dipenuhi oleh usaha besar itu.
Mimpi? "Memang banyak yang menyangsikan keberhasilan Kopindo.
Mungkin ada juga yang sudah meramal akan bernasib sama dengan
Desa Pemuda misalnya. Tapi justru kesangsian orang itulah yang
mendorong kami," ujar Syarief. "Apalagi koperasi lagi jadi
primadona sekarang ini. Perhatian yang begitu besar dari
pemerintah pada koperasi jadi ladang yang subur buat ideliasme
kami," ujar Syarief, Ketua Umum Dema ITB tahun 1970
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini