Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menggenjot Ombilin

Tambang batu bara ombilin di Aawahlunto akan meningkatkan produksinya. Kota Sawahlunto ikut berubah, ada peremajaan. Produksinya akan dilempar, a.l: ke PT Semen Indarung.

22 Agustus 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA produksinya jatuh di titik terendah tahun 1973 hampir saja dia ditutup. Tetapi sekarang, dalam suasana menguber bahan bakar nonminyak, tambang batu bara Ombilin di Sawahlunto (Sum-Bar) tampaknya akan mencuat lagi. Produksinya yang 170.000 ton tahun 1980, tahun ini diperhitungkan akan naik jadi 200.000 ton. Satu tingkat yang sebenarnya masih jauh di bawah prestasi yang pernah dicapainya tahun 1950 dengan total produksi 650.000 ton. Suasana untuk menyambut kebangkiitan Ombilin itu memang tampak nyata. Tim-tim survei dari Direktorat Sumber Daya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi bekerjasama dengan ahli-ahli dari Jepang, Polandia dan Negeri Belanda kelihatan mondar-mandir di sekitar daerah tambang itu. Mereka menduga cadangan Ombilin mencapai 170 juta ton. Satu perhitungan yang tidak jauh berbeda dari taksiran tahun 1867. Nasib tambang itu kelihatannya berangkai dengan PJKA dan PT Semen Indarung. Ketika rehabilitasi PJKA dimulai tahun 1975, Ombilin mulai dapat angin. Tiap tahun dia mensuplai 50.000 ton batu bara untuk menggerakkan kereta api. Waktu Semen Indarung I dan Indarung II rampung akhir 1978 dia dapat pesanan pula, sebesar 125.000 ton. Bangkitnya Ombilin terasa benar di Sawahlunto, sebuah kotamadya yang lebih dari 60% warganya adalah keluare tambang. Kota itu ikut pula berubah. Peremajaan terlihat di berbagai pojok. Pasar, gedung pemerintahan dan sekolah dipoles kembali. Untuk empat tahun, sejak 1981, Ombilin memperoleh dana sebesar US $ 100 juta berasal dari APBN. Dana sebesar itu akan digunakan untuk membeli peralatan baru. Separuh dari produksi selama ini diperoleh dengan menggunakan alat-alat tradisional. Dengan bor dan dinamit. Setelah diledakkan batubara yang tercerai berai dalam lubang terowongan itu dikumpulkan oleh buruh dan didorong ke luar dengan menggunakan lori. Ventilasi yang kurang terkadang membuat para pekerja sulit bergerak dan terganggu kesehatannya. Tapi denan masuknya beberapa peralatan penunjang, jaminan keselamaan kerja membaik. Untuk rehabilitasi tahap awal, dua pertiga produksi Ombilin akan dihasilkan dari tambang terbuka yang kualitasnya tentu lebih rendah. Sisanya dari tambang dalam. Tetapi untuk sistem produksi baru yang kini sedang dipersiapkan penambangan seluruhnya dipusatkan di tambang dalam. Batu bara dengan cadangan besar itu berada di perut bumi di bawah kaki bukit Waringin Sugar, sebuah bukit dengan ketinggian 300 meter yang menjadi dinding Kota Sawalunto. "Tak ada masalah yang berarti. Persiapan tenaga kerja yang akan mampu mengelola peralatan modern, secara bertahap sudah disiapkan sejak lama," kata Ir. Suhandoyo, Kuasa Direksi Tambang Batu Bara Ombilin kepada Muchlis Sulin dari TEMPO. Sekalipun begitu, ia mengusulkan pembukaan sekolah teknik menengah pertambangan di Sawahlunto, sebagai sumber tenaga cadangan. Ini, katanya diperlukan untuk menyokong rencana produksi Ombilin yang akan meningkat terus tiap tahun. Tahun 1990 direncanakan akan mencapai 1,3 juta ton/tahun. Tapi ke mana saja produksi sebesar itu akan dilempar? "Jumlah itu memang sudah kita siapkan sesuai dengan kebutuhan suplai Ombilin," jawab Suhandoyo, orang pertama di tambang Ombilin itu. Dia memperhitungkan PT Semen Indarung tahun 1990 akan memerlukan 800.000 ton. Sebanyak 200.000 ton akan ditelan pabrik Semen Andalas di Aceh. PLTU Salak akan membutuhkan sekitar 200.000 ton. Sisanya untuk kebutuhan lokal seperti kereta api dan pabrik kapur. Kalau masih bersisa akan dijual ke pabrik Semen Nusantara di Cilacap. Atau kalau masih berlebih bisa dilempar ke pasaran luar. Tahun lalu Ombilin mengekspor 5.000 ton ke negara-negara ASEAN. Iarganya US$ 50 per ton. Setengah dollar di atas batu bara Australia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus