Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ARLOJI Martalena menunjukkan pukul empat sore. Mukanya agak masam memikirkan perjalanan dari sebuah gedung departemen di Medan Merdeka menuju rumahnya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ia membayangkan asap kendaraan dan riuh klakson. "Kalau macet, bisa satu setengah jam. Kalau lancar, tak sampai setengah jam," katanya.
Jalanan Jakarta memang makin sesak. Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah DKI Jakarta tahun lalu mencatat 3,5 juta orang di kawasan Jabodetabek setiap hari menuju Jakarta, ditambah penduduk Jakarta sendiri sekitar 8,5 juta. Pada 1995, laju kendaraan bisa 20-30 kilometer per jam, 12 tahun kemudian tinggal 15-20 kilometer.
Dengan panjang jalan 7.650 kilometer, setiap hari lebih dari 5,5 juta sepeda motor dan 3,5 juta mobil melintasinya. Tingkat pertumbuhan jalan hanya satu persen, sementara pertumbuhan kendaraan bermotor 11 persen. Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Pemerintah DKI Jakarta Sarwo Handayani mengatakan rasio jalan terhadap luas Jakarta masih rendah, yaitu enam persen.
Hal itu menjadi salah satu alasan rencana pembangunan enam ruas jalan tol lingkar dalam Jakarta. Rutenya: ruas Rawa Buaya-Sunter, Sunter-Pulogebang, Duri Pulo-Kampung Melayu, Ulujami-Tanah Abang, Kemayoran-Kampung Melayu, dan Pasar Minggu-Casablanca. Keenam jalan tol sepanjang 72,53 kilometer itu akan dibangun sebagai jalan layang, terapung membelah udara Jakarta.
Yani menjelaskan, jaringan jalan darat dan padatnya permukiman tak memungkinkan pembebasan lahan. Jalan layang pun menjadi pilihan. Nantinya keenam ruas itu akan terkoneksi dengan Jaringan Jalan LingkarDalam, Jalan Tol Lingkar Luar I (JORR I) dan II (JORR II) dengan penambahan Jalan Radial Barat-Timur. Agar lalu lintas tak makin semrawut, pintu keluar-masuk tol juga dibatasi.
Gubernur Fauzi Bowo telah menyampaikan rencana ini dalam rapat bersama Wakil Presiden Boediono medio Januari lalu. Kepala Badan Pembangunan Daerah DKI Jakarta Nurfaqih telah menghitung, investasi proyek ini mencapai Rp 23 triliun. Agar tak membebani anggaran daerah, dibuatlah skema jalan tol dan melibatkan investor. "Ini akan dilelang," ujarnya.
Meski masih dalam pembahasan, sumber Tempo di pemerintahan mengatakan, sejumlah investor telah menyatakan minatnya, antara lain Grup Ciputra dan pengusaha Sandiaga Uno. Saat dimintai konfirmasi, Yani mengaku belum mengundang investor. Timnya masih melakukan harmonisasi tata kota dan memproses pembentukan perusahaan daerah yang akan menjadi pemegang saham.
Pembebasan lahan hanya pada jalan naik dan turun yang menyambung pada jaringan jalan existing. Prediksi lahan yang perlu dibebaskan untuk keenam ruas itu 60 hektare. Di mata investor, proyek infrastruktur tanpa unsur pembebasan lahan punya daya tarik. Tapi, menurut Steve Ginting, Project Director PT Lintas Marga Sedaya, masih ada tantangan berupa konstruksi dan kepadatan permukiman yang menyebabkan biaya tinggi. "Kami belum melakukan studi untuk tol dalam kota. Saat ini kami berfokus pada Cikampek-Palimanan dulu," katanya.
Jawaban Presiden Direktur dan CEO PT Bakrieland Development Tbk. Hiramsyah S. Thaib senada dengan Steve. "Kami belum studi ke sana. Tapi investasi tol layang itu pasti tinggi," katanya. Sedangkan Budi Karya Sumadi, Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk., bagian dari Grup Ciputra, mengaku tidak ingat detail soal rencana tender dan investasi
Kementerian Pekerjaan Umum telah mengakui proyek ini sebagai bagian dari sistem jaringan tol nasional. Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Nurdin Manurung mengatakan lelang jalan tol ini masih menunggu penyelesaian undang-undang mengenai pengadaan lahan. "Supaya ada kepastian hukum dan investasi," ujarnya.
Soal konsesi, kata Nurdin, pemerintah daerah sempat meminta izin untuk penunjukan langsung. Sebagai pencetus gagasan, pemerintah daerah juga ingin menjadi pemegang saham mayoritas. Agus Pambagio, pemerhati kebijakan publik dan kebijakan konsumen, mengatakan pemerintah daerah pernah mengajukan kepemilikan 67 persen melalui PT Jakarta Tollroad Development. Dari catatan laporan keuangan PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk., Jakarta Tollroad Development merupakan milik Grup Ciputra yang didirikan pada 30 Juni 2005. Yani tak menjawab saat dimintai konfirmasi soal itu.
Agus mengecam pembangunan jalan tol dalam kota ini. Menurut dia, pembangunan sarana transportasi umum seperti mass rapid transit dan busway mestinya diutamakan. "Investasinya memang mahal, tapi bisa mengangkut ratusan orang," ujarnya.
Nieke Indrietta
Nama Ruas | Panjang (Km) | Pembebasan Lahan (Ha) | Biaya (Rp Triliun) |
Rawa Buaya-Sunter | 18,95 | 18,01 | 5,271 |
Sunter-Pulogebang | 14,73 | - | 4,118 |
Duri Pulo-Kampung Melayu | 11,38 | 13,27 | 3,631 |
Ulujami-Tanah Abang | 8,27 | 14,27 | 2,544 |
Kemayoran-Kampung Melayu | 9,64 | 5 | 4,168 |
Pasar Minggu-Casablanca | 9,56 | 10,69 | 3,438 |
Total | 72,53 | 60,63 | 23,17 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo