Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Pantai Kuta, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, bocah-bocah itu sibuk mengais rezeki. Sebagian menjajakan kain khas Lombok, sebagian lagi menawarkan jasa foto dan sibuk mengarahkan gaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di pantai sepanjang 7 kilometer itu, sekumpulan bocah lainnya bermain perosotan dan ayunan. Matahari masih panas terik, tapi mereka tetap bermain dengan asyik. "Sisi barat Mandalika sekarang sudah jadi daerah yang hidup," kata Direktur Utama PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Abdulbar Mansoer di ruang kerjanya di Menara BCA, Jakarta, awal Juni lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kuta adalah sisi barat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Lombok Tengah. Luas kawasan ini mencapai 1.035 hektare. Sejak 2015, ITDC menggarap kawasan tersebut menggunakan anggaran penyertaan modal negara sebesar Rp 250 miliar. Duit tersebut dialirkan untuk membangun Masjid Nurul Bilad, jalan sepanjang 11 kilometer menuju sisi timur, toilet umum, hingga wahana permainan anak-anak. "Penyertaan modal negara ini sudah terbayar," ucap Berry-sapaan Mansoer.
Berry masih ingat, sebelum Pantai Kuta bergeliat, kawasan Mandalika masih lesu. Padahal status sebagai daerah pusat pengembangan turisme sudah keluar sejak 1988. Tujuh tahun silam, pemerintah melakukan groundbreaking pengembangan kawasan. Tapi strategi itu tidak jalan.
Untuk mempercepat pembangunan, pemerintah memberi Mandalika status KEK pada 2014, lengkap dengan kemudahan perizinan dan insentif untuk menarik minat investor. Sayangnya, satu tahun kemudian, Mandalika masih begitu-begitu saja. Baru setelah pemerintah dan ITDC ''berjudi'' menggelontorkan penyertaan modal negara, kawasan itu laris manis. Stok tanah makin tipis, mengikuti investor yang berdatangan.
Salah satunya dari Qatar. "Saya sedang menunggu kesepakatan dengan Qatar Investment Authority," kata Berry. Perusahaan investasi pelat merah itu berencana membangun kawasan marina dan padang golf. Mereka membutuhkan lahan ratusan hektare, lebih luas daripada lahan sewaan VINCI, perusahaan asal Prancis yang sedang menggarap sirkuit dan perhotelan seluas 160 hektare. "Kalau Qatar jadi, dia yang akan jadi anchor tenant kami," ujar Berry.
Keberhasilan Mandalika menggaet investor kakap jadi buah bibir. Sejak Presiden Joko Widodo meresmikan proyek KEK tiga tahun lalu, Mandalika menjadi kawasan yang paling maju.
Mandalika mengantongi komitmen investasi hingga Rp 13,5 triliun dari target awal Rp 28,6 triliun. Per Desember tahun lalu, realisasi investasi mencapai Rp 428,6 miliar. "Mandalika lebih cepat ketimbang yang lain. Mereka dari awal sudah menguasai semua tanah," kata Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Perekonomian, Wahyu Utomo, yang juga merangkap Ketua Tim Pelaksana Dewan Nasional KEK.
Keberhasilan ITDC menjaring banyak investor bukan hasil kerja satu malam. Agar investor yakin, ITDC memberi contoh. Selain menggarap infrastruktur dasar, ITDC merogoh kas perusahaan guna membangun Hotel Pullman dan Club Med. Di Pullman, ITDC berkongsi dengan PT Wijaya Karya (Persero). Adapun di Club Med, ITDC bermitra dengan PT PP (Persero). ITDC menguasai 60 persen saham di kedua hotel. "Begitu kami bangun Pullman dan Club Med, investor langsung percaya," kata Berry.
Perusahaan juga banyak belajar dari Nusa Dua, Bali-pusat turisme yang juga dikelola ITDC. Di sana, ITDC banyak diprotes karena memprivatisasi pantai di area Bali Tourism Development Centre Nusa Dua. Agar tidak diprotes masyarakat, ITDC mengikhlaskan Pantai Kuta di Lombok menjadi pantai publik. Yang akan menjadi pantai privat milik hotel hanya sisi timur.
Kebijakan itu manjur. Kawasan Kuta hidup. Berangsur-angsur, protes masyarakat di awal-awal masa pembangunan Mandalika makin kendur. Kepala Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Lalu Badarudin, mengakui warga Kuta mulai kecipratan banyak rezeki. Kedai dan penginapan milik warga Kuta terus bermunculan.
Khairul Anam, Suprianto Khafid (Lombok)
Modal Nekat di Mandalika Infografis
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo