Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Momen

9 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Minyak
Medco ke Teluk Meksiko

SETELAH menggarap ladang minyak dan gas di Libya, PT Medco Energi Internasional Tbk. kini mulai membidik Teluk Meksiko, Amerika Serikat. Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, Jumat pekan lalu, Medco, perusahaan yang didirikan pengusaha Arifin Panigoro, telah menandatangani perjanjian pembelian aset dengan Energy Resources Technology Inc. yang berdomisili di Houston, Amerika.

Penandatanganan itu terkait dengan akuisisi 100 persen hak partisipasi (83,33 persen dari pendapatan bersih) di Blok 316 Lepas Pantai Louisiana, Teluk Meksiko. Dalam suratnya, Direktur Keuangan D. Cyril Noerhadi mengatakan total pembelian aset ini US$ 18 juta atau sekitar Rp 216 miliar. Pembelian itu dilakukan atas nama Medco Energi US LLC, anak usaha Medco Energi, akhir Februari lalu.

Blok 316 memiliki luas sekitar 5.800 hektare dan berada di 110 mil barat daya pesisir Louisiana. Blok ini memiliki dua sumur produksi dengan tingkat kedalaman sekitar 200 kaki dari permukaan laut. Akuisisi itu, kata perseroan ini, dilakukan untuk memperoleh produksi gas dan meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Berapa cadangannya, Cyril tidak menjelaskan.

BI Rate
Sudah 7,75 Persen

KABAR yang dinanti-nanti akhirnya tiba juga. Rabu pekan lalu, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan 50 basis point menjadi 7,75 persen. Bila dihitung per Desember lalu, bank sentral sudah memangkas suku bunga hingga 175 basis point. Keputusan itu diambil setelah mencermati krisis keuangan global. "Kondisi pasar global masih rapuh. Banyak lembaga dunia menderita kerugian," kata Gubernur Bank Indonesia Boediono.

Langkah bank sentral itu disambut pro-kontra. Direktur Kredit Komersial PT Bank Mandiri Tbk. Zulkifli Zaini mengatakan perbankan akan mengikuti kebijakan itu dengan menyesuaikan suku bunga. Kebijakan itu, kata dia, bisa mendorong penurunan suku bunga simpanan.

Kalangan pengusaha menilai penurunan itu belum menjamin turunnya suku bunga di perbankan. Apalagi, kata Ketua Komite Tetap Perdagangan Dalam Negeri Kamar Dagang dan Industri Bambang Soesatyo, perbankan masih dililit masalah likuiditas. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan turunnya suku bunga tinggal masalah waktu.

Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk., Ryan Kiryanto, mengatakan suku bunga wajar diturunkan mengingat inflasi Februari yang hanya 0,21 persen. Rendahnya inflasi akan berlanjut pada Maret ini. Ryan menaksir suku bunga acuan akan berada di kisaran 7-7,5 persen bila inflasi berada di level 6 persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis, pada Juli nanti, inflasi 5-6 persen dapat tercapai.

Bahan Bakar Minyak
Nonsubsidi Naik

Pertamina menaikkan harga Pertamax dan Pertamax Plus sebesar Rp 300 per liter mulai 1 Maret 2009. Dengan demikian, bensin beroktan 92 (Pertamax) kini dijual Rp 5.900 dan oktan 94 (Pertamax Plus) menjadi Rp 6.500 per liter untuk wilayah Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. "Ini adalah efek dari pergerakan harga premium di pasar internasional yang merangkak naik dan melemahnya rupiah," kata juru bicara Pertamina, Anang Rizkani Noor. Perusahaan minyak dan gas pelat merah ini meninjau harga produk setiap dua pekan.

Tiga hari berikutnya, PT Shell Indonesia melakukan hal yang sama. Terhitung mulai 4 Maret pukul 22.00 WIB, bensin Super (oktan 92) naik Rp 300 menjadi Rp 5.900 per liter, sama dengan harga Pertamina. Sedangkan Super Ekstra (oktan 94) naik Rp 100 menjadi Rp 6.500 per liter, juga sama dengan harga baru Pertamina. Juru bicara Shell Indonesia, Fathia Syarif, mengatakan mekanisme perubahan harga bergantung pada harga di pasar internasional.

Ekspor
Rontok

BADAN Pusat Statistik melaporkan nilai ekspor Indonesia pada Januari 2009 hanya US$ 7,15 miliar, turun 17,7 persen dibanding Desember 2008. Ini merupakan penurunan terbesar dalam empat bulan terakhir. Jika dibandingkan dengan Januari 2008, nilai ekspor malah turun 36,08 persen. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan, penurunan ekspor pada Januari memang biasa terjadi. "Tapi kali ini relatif dalam," katanya dalam paparan inflasi Februari 2009 di Jakarta pekan lalu.

Rusman menjelaskan ekspor migas anjlok 23,85 persen dari US$ 1,2 miliar menjadi US$ 947 juta. Meski harga minyak mentah Indonesia pada periode Desember 2008-Januari 2009 naik dari US$ 38,45 menjadi US$ 41,89 per barel, volume ekspornya turun. Sedangkan penurunan ekspor nonmigas Januari 2009 mencapai 16,67 persen menjadi US$ 6,21 miliar. Adapun penurunan ekspor Januari year on year 30,64 persen.

Para pengusaha ternyata telah memprediksi penurunan tersebut. Menurut Sekretaris Umum Gabungan Pengusaha Ekspor-Impor Toto Dirgantoro, jika harga produk ekspor tetap landai dan volumenya turun, sektor riil akan memburuk. Industri tekstil dan produk tekstil merupakan sektor yang paling besar penurunannya. Sektor pertanian seperti minyak sawit dan karet juga turun signifikan. n

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus