Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font face=arial size=1 color=brown><B>Ekonomi Internasional</B></font><BR />Terjebak Asuransi Kredit Rumah

American International Group mendapat talangan untuk keempat kalinya. Bank sentral Amerika tidak punya pilihan.

9 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SURAT itu dikirim Rabu pekan lalu. Ditujukan kepada Chairman Federal Reserve Ben S. Bernanke, Carolyn B. Maloney menanyakan detail dana talangan tambahan yang akan diguyurkan buat American International Group Inc. Ketua Joint Economic Committee itu berharap, bank sentral Amerika Serikat membuka data siapa saja rekanan transaksi derivatif AIG.

Dalam rapat dengar pendapat dengan House Committee on Financial Services November lalu, Bernanke berjanji akan membagikan informasi tersebut. Ini bentuk pertanggungjawaban kepada publik setelah perusahaan asuransi terbesar di dunia itu menerima uluran tangan pemerintah. "Hingga saat ini kantor Anda belum menyediakan informasi apa pun buat saya, juga buat House Committee on Financial Services," tulisnya dalam surat.

Di belakang suratnya, Maloney tak lupa melampirkan surat Joseph Stiglitz, peraih Nobel ekonomi 2001, yang ditujukan kepadanya. Profesor ekonomi di Universitas Columbia itu menulis: "Pembayar pajak Amerika memiliki hak untuk mengetahui ke mana uang mereka berlabuh."

Surat Maloney hanya terpaut dua hari setelah The Fed-sebutan buat bank sentral Amerika-dan Departemen Keuangan berencana menyuntikkan tambahan modal US$ 30 miliar buat AIG. Bila terealisasi, eksposur pajak warga Amerika yang tersalurkan buat perusahaan asuransi itu menjadi US$ 163 miliar. Ini asupan duit yang keempat sejak September 2008.

Bantuan diberikan setelah perusahaan yang berbasis di New York itu merugi US$ 61,7 miliar (Rp 740 triliun), kuartal keempat 2008-terbesar dalam sejarah industri keuangan Amerika. Gara-gara itu, indeks Dow Jones jeblok 300 poin menjadi 6.763. Total kerugian AIG lima kuartal terakhir US$ 100 miliar, setara dengan setahun produk domestik bruto Selandia Baru. Nilai sahamnya cuma US$ 0,45 per lembar, menukik 99 persen sejak Mei tahun lalu.

Perusahaan ini tersuruk setelah gencar menjajakan kredit yang dapat dipertukarkan (credit-default swaps). Transaksi derivatif ini semacam asuransi yang memberikan perlindungan bagi aset investor. Produk ini marak digunakan di pasar surat utang yang didominasi oleh kredit hipotek perumahan berisiko tinggi (subprime mortgage). Seiring dengan remuknya kredit perumahan di negeri itu, banyak surat utang gagal bayar. Brankas AIG jebol karena harus menutup klaim di sana-sini.

Pemerintah Amerika turun tangan menyuntik US$ 85 miliar pada September lalu. Imbalannya, 80 persen saham AIG jadi milik pemerintah. Untuk mencegah kerugian merembet ke industri perbankan, dana talangan AIG ditambah US$ 37,8 miliar. Pada November, mengucur lagi US$ 27,2 miliar.

Ternyata, tiga kali kucuran tidak cukup untuk menutup pembayaran. Maklum, jumlah klien AIG bejibun. Perusahaan ini memberikan perlindungan kepada lebih dari 74 juta nasabah individu dan 100 ribu entitas bisnis, mulai bisnis skala kecil, dana pensiun, hingga 500 perusahaan terbesar Amerika versi majalah Fortune.

Menurut Bernanke, The Fed dan Departemen Keuangan tidak punya pilihan. Bila AIG kolaps, imbasnya akan menyapu seluruh klien yang bertebaran di 130 negara. "Ambruknya AIG akan mengguncang stabilitas sistem keuangan dunia lebih besar," kata dia. Itu sebabnya, The Fed dari awal bilang, AIG butuh dana lebih besar bila situasi pasar tidak stabil. Langkah ini bukan untuk melindungi AIG atau para pemegang saham.

Chief Executive Officer AIG Edward Liddy mengatakan, komitmen US$ 30 miliar dari Departemen Keuangan selama lima tahun itu hanya fasilitas cadangan. "Kami masih memiliki uang tunai," kata Liddy, yang menggantikan Robert Willumstad, September lalu. Perusahaan, kini fokus melindungi pemegang polis dan akan membayar kembali uang pemerintah. Caranya dengan melego American Life Insurance Company dan American Life Insurance Company-unit asuransi jiwa yang menyebar di 50 negara.

Masalahnya, kata Phillip Phan, tidak ada yang tahu seberapa besar skala risiko yang dimiliki AIG. "Kami masih belum tahu di mana dasar krisis ini berakhir," kata profesor manajemen di Johns Hopkins Carey Business School, Baltimore itu.

Yandhrie Arvian (AP, AFP, Bloomberg, Fortune, New York Times)

Penerima Dana Talangan (miliar US$)

AIG180
Citigroup50
Bank of America45
JP Morgan Chase25
Wells Fargo25
Goldman Sachs10
Morgan Stanley10
State Street3
Bank of New York Mellon3

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus