Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Perusahaan makanan raksasa asal Swiss, Nestle, menjalin aliansi strategis dengan gerai kopi Starbucks melalui investasi senilai US$ 7,15 miliar (Rp 100,3 triliun). Dengan dana tersebut, Nestle mengantongi hak penjualan produk Starbucks di seluruh dunia melalui jaringan aliansi global yang dibentuk kedua perusahaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut kabar yang dilansir CNBC, kemarin, aliansi ini memperkuat posisi Nestle sebagai perusahaan makanan terbesar di dunia. Manajemen Nestle berharap kesepakatan ini mampu mengerek volume penjualan dan penghasilan pada 2019. Namun aliansi ini hanya memasarkan produk-produk kopi kemasan Starbucks, tanpa mengakuisisi jaringan kafe yang sudah tersebar di seluruh dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Aliansi kopi global ini akan membawa Starbucks ke seluruh dunia melalui jaringan dan reputasi yang dimiliki Nestle," kata Kepala Eksekutif Starbucks, Kevin Johnson.
Pembentukan aliansi ini berjalan di tengah kelesuan bisnis Starbucsks. Dalam laporan yang dilansir bulan lalu, Starbucks melaporkan penurunan pendapatan secara global dari kafe-kafenya. Starbucks juga terpaksa melepas merek teh Tazo ke Unilever senilai US$ 384 juta dan menutup toko retail teh Teavana yang kinerjanya buruk.
Namun Starbucks mampu dengan cepat memperluas bisnisnya di Cina, yang diharapkan menjadi pasar terbesar pada masa mendatang. Ada juga rencana membuka 1.000 toko Starbucks Reserve dan gerai Roastery sebagai bagian dari strategi luas untuk bermain di pasar kopi kelas atas. Starbucks sebelumnya telah bermain dalam segmen kopi kemasan, tapi perjalanan bisnisnya tidak mulus. Bisnis yang digarap bersama Kraft Foods itu kemudian dilepas ke Mondelez International.
Adapun manajemen Nestle berharap pemasaran merek Starbucks memberikan kontribusi positif dan menyokong rencana pertumbuhan anorganik pada 2019. Menurut seorang sumber CNBC, setelah membayar royalti kepada Starbucks, Nestle akan membeli aset-aset perusahaan kopi asal Seattle, Amerika Serikat, tersebut. Nestle juga akan mengambil 500 karyawan Starbucks.
Analis dari Euromonitor, Matthew Barry, mengatakan aliansi ini akan memperkuat pangsa pasar Nestle di Amerika Serikat. Nestle, yang memasarkan kopi Nescafe, saat ini hanya menduduki urutan kelima dalam daftar penguasa industri makanan di Amerika Serikat dengan pangsa pasar kurang dari 5 persen. Menurut data Euromonitor International, Starbucks saat ini memiliki pangsa pasar 14 persen dalam industri minuman di Amerika Serikat.
"Nestle adalah perusahaan minuman panas terbesar secara global, tapi posisinya di pasar kini kurang aman karena banyak pemain baru," ujar Barry. Salah satu produsen baru yang menuai popularitas adalah Lavazza asal Italia, yang menempati posisi ketiga dalam daftar perusahaan minuman terbesar di dunia. Karena itu, Kepala Eksekutif Nestle, Mark Schneider, membidik kopi sebagai produk strategis yang akan terus dikembangkan. Nestle pun memasarkan merek baru, yakni Nespresso, dan mengakuisisi Chameleon Cold-Brew serta Blue Bottle Coffee, jaringan kafe kelas di Amerika Serikat.
Tahun lalu, Nestle membangun pabrik kopi dan biskuit senilai US$ 55 juta (Rp 742,5 miliar) di Kuba. Kabar yang dilansir Reuters menyebutkan Nestle bermitra dengan perusahaan lokal untuk mendirikan pabrik di Mariel, kawasan khusus investasi asing di negara komunis tersebut.
Di Kuba, Nestle mendirikan perusahaan baru bernama Nescor. Wakil Presiden Nestle, Laurent Freixe, mengatakan pabrik tersebut akan beroperasi pada akhir 2019. Pada tahap pertama, pabrik itu akan membuat kopi. Sedangkan produksi biskuit dan makanan lain menyusul. FERY FIRMANSYAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo