Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah melemah 31 poin dalam penutupan perdagangan hari ini Jumat, 9 Agustus 2024. Nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp15.924,5 per dolar AS. Pada penutupan perdagangan kemarin, kurs rupiah ditutup menguat 141,5 poin di level Rp15.893,5 per dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan data pasar tenaga kerja AS yang baru menunjukkan bahwa tunjangan pengangguran turun lebih dari ekspektasi minggu lalu. "Meredakan kekhawatiran akan resesi yang akan segera terjadi," katanya dalam analisis rutin pada Jumat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini, kata dia fokus investor akan tertuju pada laporan inflasi harga konsumen AS bulan Juli yang akan dirilis minggu depan. Di samping itu, juga fokus pada komentar Ketua The Fed Jerome Powell pada Simposium Kebijakan Ekonomi Jackson Hole bank sentral pada 22-24 Agustus 2024.
Dari dalam negeri, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat meskipun di tengah gejolak eksternal. Tingkat inflasi juga terjaga pada kisaran target yang ditetapkan, serta sektor keuangan yang resilience. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5 persen pada 2024 dan 5,1 persen pada 2025.
"Ekonomi Indonesia membaik karena kerangka kebijakan Indonesia yang berhati-hati di bidang moneter, fiskal, maupun keuangan dinilai telah menciptakan fondasi yang kokoh untuk stabilitas makro dan kesejahteraan sosial," kata Ibrahim.
IMF mengapresiasi dan memberikan catatan positif mengenai langkah-langkah kebijakan otoritas Indonesia. Apresiasi tersebut utamanya terkait beberapa poin penting. Pertama, komitmen Indonesia terhadap disiplin fiskal.
Kedua, penurunan inflasi sesuai dengan kisaran target yang ditetapkan dan kebijakan moneter yang memerhatikan perkembangan data, upaya pendalaman pasar dan upaya penguatan efektivitas transmisi kebijakan moneter.
Ketiga, terkait upaya penguatan kerangka kebijakan makroprudensial. Keempat, agenda pertumbuhan menuju status negara berpendapatan tinggi pada tahun 2045. Kelima, komitmen mencapai target nol emisi karbon pada 2060, serta langkah-langkah yang diambil untuk membatasi emisi gas rumah kaca dan deforestasi.
Meski demikian, IMF mengingatkan beberapa risiko yang perlu diwaspadai. "Seperti volatilitas harga komoditas, perlambatan pertumbuhan negara mitra dagang utama, serta spillover akibat kondisi high-for-longer pada keuangan global.
Pilihan Editor: Rupiah Terus Menguat, Mencapai Level Rp 15.974 per Dolar