Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Rupiah Tembus Rp 15 Ribu, Perusahaan Terancam Tutup Anak Usaha hingga Lakukan PHK

Korporasi dikhawatirkan bakal melakukan efisiensi, seperti penutupan anak usaha sampai pemutusan hubungan kerja akibat selisih nilai tukar rupiah.

6 Juli 2022 | 11.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan bakal memukul kondisi keuangan perusahaan atau korporasi besar. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memprediksi korporasi bisa melakukan efisiensi, seperti penutupan anak usaha sampai pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat selisih kurs. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau dampaknya ke korporasi yang paling berisiko adalah ketika suku bunga masih ditahan, tapi beberapa korporasi ketergantungan terhadap utang luar negerinya besar," ujar Bhima saat dihubungi pada Rabu, 6 Juli 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di tengah pelemahan rupiah, beban utang luar negeri (ULN) swasta akan meningkat. Sebab, perusahaan harus membayar utang yang pendanaannya dihitung menggunakan valas. 

"Lalu kalau menggunakan valas, acuannya adalah suku bunga di Amerika. Berarti biaya peminjaman atau cost of fund akan lebih mahal," kata Bhima. 

Sedangkan pada saat yang sama, pendapatan dihitung dengan rupiah yang terdepresiasi. Tingginya beban utang yang dirasakan perusahaan akan menyebabkan tekanan terhadap cashflow

Bhima mengatakan gelombang penutupan anak usaha mungkin terjadi apabila pendapatan perusahaan dari dalam negeri atau ekspor tak ikut terdongkrak. Belum lagi jika sebuah perusahaan memiliki konglomerasi bisnis dengan pasar yang negaranya tengah menghadapi ancaman resesi, seperti Amerika. 

"Yang perlu diingat, konglomerasi keuangan yang punya exposure terhadap risiko di luar negeri atau yang pasarnya di negara yang rentan terhadap resesi. Ini berpengaruh ke profitabilitas perusahaan," ucap Bhima. 

Bhima menyebut jika tak diantisipasi dengan kebijakan moneter di dalam negeri, rasio kredit macet atau NPL di level korporasi akan naik. Jika NPL korporasi naik, akan banyak debitur yang minta perpanjangan restrukturisasi pinjaman. "Sementara batasnya (restrukturisasi kredit) Maret 2023," ucap Bhima. Bhima mengatakan restrukturisasi kredit bisa diperpanjang, namun kudu selektif untuk mencegah moral hazard. 

Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada Rabu, 6 Juli 2022. Mata uang garuda yang ditransaksikan antar-bank loyo hingga menyentuh level psikologis Rp 15 ribu per dolar Amerika Serikat. 

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah tertekan oleh berbagai faktor, baik dari dalam maupun luar negeri. Dari sisi eksternal, rupiah terdampak kondisi di Eropa yang mengalami peningkatan harga komoditas. Kondisi itu membuat saham-saham di negara itu berguguran. 

"Di Italia sekarang dalam kondisi darurat. Sekarang musim kering, ini juga berdampak negatif ke pasar," kata Ibrahim. 

Sedangkan di Amerika, embargo Rusia terhadap minyak dan gas alam serta komoditas lainnya telah berimbas memberikan pukulan bagi inflasi. Minggu ini atau minggu depan, bank sentral Amerika, The Fed, pun berencana menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk menahan gejolak inflasi. 

"Amerika terancam mengalami resesi sehingga dolar mengalami kenaikan," ucap Ibrahim. 

Ibrahim mengatakan ada kemungkinan dolar menuju level tertinggi sepanjang masa dengan indeks menyentuh 106. Faktor lain, ada beberapa wilayah di Cina yang di-lockdown akibat mewabahnya Covid-19 yang memicu kekhawatiran pasar.

Baca juga: Pagi Ini Rupiah Tembus Rp 15 Ribu, Apa Penyebabnya?

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus