Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Research Analyst FXTM Lukman Otunuga memperkirakan rupiah akan melemah pada pekan ini. Hal tersebut bisa terjadi jika dolar terus menguat.
"Rupiah terancam terus melemah pekan ini, karena masalah perdagangan global yang menggerus selera pada mata uang berisiko," kata Lukman dalam keterangan tertulis, Rabu, 20 Juni 2018.
Simak: Cegah Kerugian Investor Akibat Rupiah, OJK Ubah Aturan
Lukman melihat pelaku pasar sedang memantau apakah apresiasi dolar saat ini dapat membuat nilai tukar rupiah bergerak menuju Rp 13.950. Menurut Lukman rupiah berpotensi melemah pekan ini apabila Dolar terus menguat dan sentimen risiko memburuk, karena situasi perdagangan global.
Menurut Lukman situasi perdagangan yang semakin tegang antara Amerika Serikat dan China menambah kegelisahan pasar dan memperburuk situasi untuk pasar berkembang.
Baca: Bank Indonesia Operasi Pasar, Rupiah Bergerak Naik
"Prospek kenaikan suku bunga AS dapat memicu kekhawatiran mengenai arus keluar modal dari pasar berkembang, namun masalah perdagangan global juga menjadi risiko besar," kata Lukman.
Lukman menilai ketegangan perdagangan itu dapat menimbulkan kekhawatiran pada memburuknya proteksionisme global yang berdampak negatif pada pertumbuhan berkembangannya pasar. "Karena itu, mata uang dan saham pasar berkembang dapat semakin melemah," ujar Lukman.
Simak: Merusak Rupiah Bisa Dipenjara 5 Tahun
Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di angka Rp 13.902 pada penutupan Jumat, 8 Juni 2018. Angkat tersebut menunjukkan pelemahan 34 poin dari nilai sebelumnya, yaitu Rp 13.868 pada penutupan Kamis, 7 Juni 2018.
Analis Binaartha Securitas Reza Priyambada memperkirakan rupiah akan melemah hari ini. Menurut Reza, rupiah akan bergerak dengan kisaran support Rp 13.930 dan resisten Rp 13.914.
Baca: Enggan Pakai Uang Rupiah, Anda Bisa Dipenjara
Reza mengatakan pasca sentimen pertemuan G-7, rupiah dihadapkan pada sentimen potensi kembali terjadinya perang dagang antara AS dan Tiongkok.
"Setelah AS berencana mengenakan tarif 10 persen terhadap sejumlah barang-barang impor Tiongkok senilai US$ 200 miliar sebagai lanjutan dari pengenaan barang-barang impor Tiongkok senilai US$ 50 miliar," kata Reza Priyambada saat dihubungi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini