Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Holding BUMN selama ini hanya menyelesaikan persoalan keuangan.
Pemerintah sudah membentuk sembilan holding BUMN.
Baru holding BUMN farmasi yang dianggap sukses dalam mencetak peningkatan kinerja.
JAKARTA – Pendirian holding BUMN lintas sektor, yang menggabungkan perusahaan negara yang berbeda bidang usaha, tak menjamin peningkatan kinerjanya. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan perlu masa transisi, adaptasi, hingga integrasi yang panjang untuk mencapai perbaikan kinerja BUMN sesuai dengan target. “Kinerja holding BUMN akan bergantung pada tren pasar dan kondisi eksternal, seperti makroekonomi dan perkembangan industri,” kata Bhima, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Bhima, holding bisa menjadi solusi dalam jangka pendek untuk menambal keuangan sejumlah BUMN yang selama ini belum berkinerja baik. Holding BUMN lintas sektor yang dipimpin Danareksa, kata Bhima, bisa merestrukturisasi dan memperkuat permodalan. “Induk holding yang masih punya likuiditas dan permodalan bisa membantu anak usahanya yang terlilit utang. Tapi perannya hanya semacam bailout finansial,” ujar dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Holding BUMN lintas sektor merupakan holding kesembilan yang berdiri pada masa Menteri BUMN Erick Thohir. Delapan holding lainnya adalah holding BUMN pariwisata dan penerbangan, ultra-mikro, perhotelan, farmasi, pangan, asuransi dan penjaminan, energi, serta perkebunan.
Holding BUMN pariwisata dipimpin oleh PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero), ultra-mikro dipimpin oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, perhotelan dipimpin oleh PT WIKA Realty, pangan dipimpin oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), dan farmasi dipimpin oleh PT Bio Farma (Persero). Kemudian asuransi dan penjaminan dipimpin oleh PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI), perkebunan dipimpin oleh PT PTPN III (Persero), serta holding energi di bawah PT Pertamina (Persero).
Gerbang Kawasan Industri Pulogadung (KIP) di Jakarta Timur. Dokumentasi TEMPO/Dhemas Reviyanto Atmodjo
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, mengatakan diperlukan desain superholding yang mumpuni untuk mendorong kinerja BUMN tersebut. Termasuk strategi untuk bersaing dengan perusahaan swasta. “Penggabungan aset menjadi besar ini harus dimanfaatkan untuk memilah mana sektor dan pasar yang akan digarap, mana yang ditinggalkan atau tidak lagi dijalankan,” katanya.
Salah satu holding BUMN yang telah membuktikan peningkatan kinerja, kata Tauhid, adalah di sektor farmasi. Capaian positif holding di bawah Bio Farma itu didorong oleh pesatnya pertumbuhan bisnis farmasi di tengah situasi pandemi Covid-19.
Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, pada tahap awal holding telah melakukan serangkaian transformasi untuk menata ulang portofolio produk PT Kimia Farma (Persero) Tbk dan PT Indofarma (Persero) Tbk sebagai anggota holding. “Kami melakukan itu agar dapat memenuhi kebutuhan pemerintah akan obat-obatan, menurunkan harga produk yang saling bersaing, serta menetapkan jenis produk apa saja yang akan dihasilkan masing-masing entitas,” ucapnya.
Holding BUMN farmasi juga mengharmonisasikan jaringan layanan dan distribusi perusahaan, meningkatkan kapasitas produksi, serta memastikan ketersediaan bahan baku medis, termasuk gotong royong dalam penyediaan dan pelaksanaan program vaksinasi Covid-19 serta penyediaan alat tes PCR. Sebagai gambaran, pada semester I 2021, atau 1,5 tahun setelah holding terbentuk, kinerja keuangan BUMN farmasi mencatatkan pertumbuhan 164 persen secara tahunan, dari Rp 5,78 triliun menjadi Rp 15,26 triliun. Hal itu tak terlepas dari serangkaian penugasan terkait dengan penanganan Covid-19 yang diberikan pemerintah. “Kinerja holding BUMN farmasi masih on the track,” kata Honesti.
Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Herman Khaeron, mengatakan holding BUMN diharapkan dapat memperkuat kinerja keuangan, aset, dan prospek bisnis. “Apakah konsolidasi ini akan memberikan efektivitas dalam perolehan laba dan akhirnya memberikan dividen ke negara, ini harus dihitung. Bagaimana hasilnya kalau disatukan,” ujar dia. Penggabungan BUMN, kata Herman, diharapkan dapat mengurangi beban operasional sehingga belanja modal yang dikeluarkan menjadi lebih efisien.
GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo