Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Distribusi kartu Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) tak sesuai dengan target. Hingga November lalu, baru 17,6 juta kartu GPN yang terdistribusi atau hanya mencapai 15 persen dari target total. Padahal, hingga akhir tahun lalu, distribusi ditargetkan mencapai 30 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu kesulitannya, menurut Senior Vice President Consumer Deposit Bank Mandiri, Muhammad Gumilang, distribusi kartu GPN saat ini masih banyak terkonsentrasi di kota-kota sekunder. Di sana, menurut dia, pendistribusian dan aktivasinya jauh lebih berkembang dibandingkan dengan kota-kota besar, seperti Jakarta. "Karena nasabah di kota-kota primer memiliki kebutuhan lebih dari kartu debitnya untuk transaksi online atau e-commerce serta transaksi di luar negeri," ucapnya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sedangkan fitur-fitur tersebut saat ini belum dapat dilayani kartu anjungan tunai mandiri (ATM)/debit GPN. "Ini yang kami terus dorong agar bisa menjadi nilai tambah kartu GPN," kata Gumilang.
Gumilang mengatakan, sejak pertama kali program GPN dimulai pada Juli 2018 hingga saat ini, Bank Mandiri telah mendistribusikan 2 juta kartu berlogo GPN dari total 18,7 juta kartu ATM/debit. "Implementasi GPN berjalan setelah implementasi kartu cip yang semula hanya tersedia pada prinsipal luar negeri," ujarnya.
Adapun kartu ATM/debit dengan cip Bank Mandiri yang telah beredar saat ini sebanyak 4,4 juta kartu. Sementara itu, Gumilang menambahkan, semua transaksi kartu ATM/debit domestik sudah melalui jaringan GPN. "Tahun ini, kami akan berfokus pada distribusi kartu utamanya untuk nasabah di secondary city," tuturnya.
Direktur Eksekutif Departemen Elektronifikasi dan Gerbang Pembayaran Nasional Bank Indonesia, Pungky Purnomo Wibowo, memastikan realisasi pemenuhan kartu ATM/debit program GPN tak meleset dari target. "Realisasinya sudah mencapai 39 persen dari total komitmen masing-masing bank ke BI," katanya kepada Tempo, kemarin.
Total jumlah kartu ATM/debit tercatat sebanyak 150,69 juta kartu. Dari jumlah tersebut, kartu berlogo GPN yang terdistribusi sebanyak 17,6 juta dari 28,5 juta kartu GPN yang tercetak.
Pungky menuturkan, pada tahun ini, pengembangan GPN terus dilakukan dengan melihat urgensi dan menyesuaikan dengan kebutuhan atau perilaku masyarakat. "Salah satu pengembangan GPN yang sedang dilakukan di antaranya mendukung transaksi pembayaran dalam ekosistem online," ujarnya.
Vice President Divisi Product Management Bank Negara Indonesia (BNI), Donny Bima Herjuno, mengatakan sejak pertama kali menerbitkan kartu ATM/debit berlogo GPN pada Maret 2018, total kartu yang telah diproduksi mencapai 2,3 juta kartu. Sebelumnya, BNI menargetkan hingga 3 juta kartu pada akhir 2018. "Itu sudah didistribusikan ke semua cabang BNI, dan yang sudah diaktivasi oleh nasabah sebanyak 1,6 juta kartu, dengan komposisi sekitar 600 ribu yang sudah menggunakan cip," ucapnya kepada Tempo, kemarin.
Donny menuturkan, pada 2019, perseroan akan mempercepat proses penyesuaian transisi kartu ATM/debit ke sistem GPN. "Untuk yang existing perlu ditambahkan logo GPN, selain mengembangkan fitur GPN yang lain untuk memudahkan transaksi nasabah," tuturnya.
Sementara itu, dari sisi perusahaan switching, menurut Presiden Direktur PT Rintis Sejahtera, Iwan Setiawan, mitra perbankan yang digandeng untuk program GPN terus bertambah. Hal itu sejalan dengan ketentuan GPN yang mengharuskan perbankan bekerja sama dengan minimal dua perusahaan switching untuk interoperabilitas dan inter-konektivitas.
"Saat ini kami sudah bekerja sama dengan 79 bank. Nanti akan menyusul lagi tiga bank," kata Iwan. "Untuk volume transaksinya juga terus bertambah sekitar 40-50 persen."
GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo